05 Desember 2013

SADAP DEMI MENAHAN LAJU MILITER INDONESIA



Dalam perspektif politis, Australia memandang Indonesia sebagai ancaman, selain itu  juga menempatkan India dan China sebagai kekuatan level merah. Perkembangan situasi hankam di kawasan Laut Pasifik Selatan, menjadi perhatian Australia dengan kerjasamanya bersama Amerika. Pada pemerintahan Kevin Ruud Australia berposisi anti India dan China, pada posisi ini menempatkan Australia terpaksa menganggarkan membeli F-35. Belum efektif berjalan telah muncul superior Flankers Rusia lainnya SU-35 BM yang membuat F-35 kembali menjadi diragukan kemampuannya. Dalam skenario berikutnya, pemerintahan Julian Gillard, Australia harus bersalto agar bisa mendekati India dan bermanuver unik demi menjadi sekutunya. Hal itu perlu dilakukan  agar berpeluang bisa mendapatkan kesempatan memiliki Sukhoi T-50 PAK FA dan secara licik memberikan kesempatan pada NATO untuk mengorek tekhnologinya. Apalagi demi mengingat kekuatan China dan Indonesia yang sudah menjadi begitu lihai dan luar biasa dengan skuadron Flankersnya.

Konon, itulah logika dilakukannya penyadapan oleh Australia terhadap Indonesia (selanjutnya melibatkan banyak negara dibelakangnya) yang menjadi fenomenal ini terpantik. Hal yang tak lain berasal dari kekhawatiran atas perkembangan kekuatan militer diseluruh Asia-pasifik. Bahkan situasi tersebut membuat RBTH menyimpulkan aneh dengan merekomendasikan ide ekstrim agar pemerintah Australia lebih baik memiliki Super Flankers yang superior tapi murah (USD 66 juta/buah) dibandingkan mengakuisisi F-35 yang notabene sangat mahal harganya (USD 238 juta) dan memiliki titik batas kemampuan yang sanggup diatasi oleh flankers begitu mudahnya. Persepsi itulah yang memicu kegiatan mata-mata dengan menggunakan  traktat lima mata dilakukan, sembari memecahkan dilema dari rencana strategis militer Australia dan sekutu AS lainnya di Asia-pasifik raya, aksi spionase dilaksanakan dengan segala cara.

 
Bahkan, Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga penyadapan oleh Australia untuk membidik rencana RI membeli kapal selam Rusia. Pasalnya, tarik-ulur atau negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia terjadi pada Agustus 2009.

“Sofyan Djalil saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi menyangkut negosiasi itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak, tekhnologi kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia) tentu takut sama kita.”

Sejumlah pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini memang ada kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. Penyadapan terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri. Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui Dino.


Hal lain disinyalir berkaitan dengan aksi sadap oleh Australia terhadap Indonesia itu ketika mengetahui Indonesia tertarik untuk mendirikan sebuah pusat perawatan bersama untuk pesawat fixed dan rotary wing Rusia. Victor Komardin, wakil kepala Rosoboronexport, eksportir peralatan perang Rusia, telah mengumumkan hal tersebut di Air show LIMA 2013 di Malaysia.
Hal itu membuat analis intelijen Australia berkesimpulan, dengan sudah mengawali kepemilikan keluarga Flankers (Su 27/30), Indonesia (TNI AU) menjadi negara yang sangat diperhitungkan oleh Australia dan pasti juga oleh tetangga lainnya. Alih teknologi ke pesawat yang lebih canggih hanyalah soal waktu yang tidak terlalu rumit dilakukan TNI AU apabila ada pengembangan kekuatan. Australia sangat khawatir Indonesia berpeluang memiliki Su-35 dan bukan tidak mungkin dengan ekonominya yang semakin baik dan maju, suatu saat Indonesia akan memiliki pesawat tempur Sukhoi T-50 PAK FA. 

Hal itulah yang membuat kalangan intelijen dan militer Australia mendesak sekutu mereka mencegah upaya peningkatan militer Indonesia dengan apapun caranya. Meski pada perkembangan selanjutnya memang pemerintah Indonesia dikabarkan (tanpa konfirmasi) batal membeli kapal selam Rusia karena alasan keterbatasan biaya lalu lebih memilih membeli kapal selam Korea Selatan. Barangkali Australia hingga AS dan Jepang menjadi lega, sementara publik Indonesia tentu kecewa dan bertanya-tanya, namun banyak kalangan telah menduganya sebagai efek tekanan diplomatis akibat aksi penyadapan Australia_Singapura_Korsel, Jepang dan AS terhadap pemerintah Indonesia. Meskipun, beberapa info intelijen dan kawat diplomatik negara-negara tetangga  menyebutkan jika diam-diam Indonesia sebenarnya telah mengakuisisi kapal selam Rusia berikut tekhnologi canggih dan telah dioperasikannya secara rahasia.

Diketahui Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari Rusia konon batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini dengan sederhananya Rusia kembali menawarkan 10 unit kapal selam kilonya kepada Indonesia. Sepintas, info ini terkesan datar dan asal lewat saja, akan tetapi sesungguhnya bisa saja sebagai kontra intelijen untuk menutupi kepemilikan alutsista strategis tersebut yang sebenarnya telah berada ditangan Indonesia. Indonesia sebagai mitra setia tentu berkepentingan jika Rusia tetap melindungi segala informasi alutsista militer Indonesia.

Bukan menjadi rahasia lagi jika Rusia telah bermain sendiri dalam pengadaan peralatan pertahanan Indonesia beberapa tahun terakhir. Sebagian besar yang diekspose adalah Indonesia melakukan transaksi dengan membeli kendaraan darat dan pesawat dari Rusia, meski secara mengejutkan ketika TNI AL telah membeli rudal supersonik P800/SS-N-26 (Yakhont) untuk dipasang di beberapa kapal perang TNI AL. Dan kegemparan terjadi ketika TNI AL menguji kemampuan rudal tersebut.

Indonesia tertarik dengan harga yang ditawarkan oleh Rusia dan efek deterrent yang ditimbulkan setelah menggunakan alutsista Rusia. Penggunaan semacam Kapal selam kilo/kilo improved yang telah teruji dengan baik di kawasan India, dan merupakan kapal selam paling populer di dunia tentu membuat efek getar dan menggentarkan.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan penambahan kapal selam sangat penting dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia. Jika Indonesia memiliki armada kapal selam lengkap, Menteri Pertahanan yakin pertahanan negara akan lebih kuat sehingga Indonesia tidak mudah menjadi obyek penyadapan pihak asing. Dalam diskusi panel bertajuk ‘Membangun Kemampuan Kekuatan Pertahanan Berkelanjutan’ yang diselenggarakan Forum Pemred di Jakarta, Jumat 29 November 2013, Menhan menyebutkan,

" TNI Angkatan Laut kita punya kapal selam 10-15 buah, kita tidak akan disadap lagi. "

Sementara ini, TNI terus melakukan modernisasi peralatan utama sistem persenjataan (alutsista). Seperti penambahan  54 tank jenis amphibi dari Rusia yang akan segera mengisi arsenal TNI AL. Tank lainnya yang akan datang adalah jenis BTR sebanyak 4 buah. Pihak TNI AL juga saat ini sedang menjalankan pengadaan 3 buah kapal selam yang dibeli dari pemerintah Korea Selatan. Kepala Staf Angkatan Laut Marsekal TNI Marsetio menegaskan,

"Marinir pada akhir tahun ini di bulan Desember akan kedatangan 54 tank amphibi marinir dari Rusia, kemudian 2 kapal Frigate yang dibangun di PT PAL. Kita tahun depan secara bertahap mulai April membeli 3 Frigate dari Inggris, Akan ada 16 kapal cepat roket, termasuk alutsista helikopter AKS sebanyak 14 buah."
 

Senada dengan MENHAN dan KASAL, Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, mengatakan TNI Angkatan Laut masih lemah dalam menjaga pertahanan laut. TNI AL perlu diperkuat dengan pembangunan alutsista berupa armada kapal selam yang lengkap. Tak berhenti disitu saja, proyek penguatan alutsista sebagai renstra TNI sangat dianggap vital dan mendesak mengingat semakin tak menentunya situasi regional kawasan Asia-Pasifik pada umumnya.
Mulai semester I pada tahun 2014 sesuai dengan rancang bangun kekuatan pertahanan pada renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara diharapkan telah diperkuat dengan beberapa Alutsista Dirgantara baru yang lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang melibatkan beberapa pihak seperti pelaku industri Pertahanan, kalangan akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya. Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista terbaru dan canggih ini Kemhan telah meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16 dengan Engine Block 25 menjadi Engine blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat yang telah juga disetujui oleh Anggota Komisi I DPR RI. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung upgrade tersebut sekitar 600 juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan melibatkan beberapa pihak termasuk tenaga ahli dari kalangan akademisi, peneliti serta kalangan pelaku industri pertahanan dalam negeri. Untuk jangka yang lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015) Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dalam hal produk bersama pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat tempur generasi ke 4++++ sekaligus melakukan lobi-lobi penting terhadap Rusia, China dan India mengenai pengadaan alutsista strategis berupa kemungkinan akuisisi rudal pertahanan S-300, radar canggih, akuisisi SU-35BM, T50 dan penambahan Kapal Selam serta alutsista darat lainnya.

Dijelaskan Menhan, saat ini khusus di Korea terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan tengah mengadakan tahap rancang bangun pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210 tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan berbagai fase produk bersama pesawat tersebut.

Dalam hal pengawasan dan pencegahan rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya untuk menutup dan melindungi wialayah udara ini dengan dilengkapi system radar yang canggih. Sementara ini peralatan pengawasan yang sudah ada saat ini adalah Integrated Marritym Survailance System yang dipasang di beberapa titik strategis wilayah Indonesia.
 

Untuk mengisi kekurangan pesawat penutup celah angkasa NKRI saat ini, Indonesia membeli 24 pesawat bekas F-16 block 25 dari AS. Indonesia telah melepas salah satu kartu truf-nya sebagai bentuk rujukan (agar barat tak merajuk) dengan pembelian pesawat lawas tersebut. Padahal hitungannya adalah dalam 5-10 tahun ke depan pesawat SU-30 MK2 dan F-16 block 25 Indonesia, harus berhadapan dengan F-16 block 52 dan F-35 Singapura, atau F/A 18 Hornet dan F-35 Australia. Jadi wajar jika Indonesia butuh segera deal dengan penguasaan pesawat tempur setara semisal SU-30 dengan cantelan Brahmos India, SU-35 BM dan pertahanan luar biasa S-300 Rusia.

Hal itu perlu dipertimbangkan petinggi militer Indonesia dan pemerintah  karena Indonesia belum bisa berharap banyak dengan proyek pesawat tempur KFX. AS masih mencoba menarik proyek KFX ini agar menjadi KFX E, singgle engine yang lebih sebagai upgrade single TA-50 atau F-16. Sementara Korea Selatan bersikukuh untuk membangun KFX C103 twin engine dengan fitur weapons bay (stealth). Tanpa didukung AS, Korea Selatan akan kesulitan untuk mendapatkan fitur stealth tersebut. Jika flashback pada sejarah maka kasus Korea Selatan ini mirip dengan cerita saat Jepang ingin membangun pesawat tempur sendiri namun diredam habis oleh AS.

Kalau pun jadi, pesawat KFX akan operasional sekitar tahun 2023-atau 2025. Untuk menutup gap tersebut, Korea Selatan menyiapkan diri dengan memesan 40 pesawat F-35 dalam menghadapi tantangan di depan mata. Indonesia jelaslah harus ke sahabat lamanya, untuk sepadan dan setara jika tak mau jadi bulan-bulanan di Asia tenggara dan Asia-Pasifik pada umumnya.

Tetangga serumpun kitapun Malaysia, masuk dalam situasi dilematis. Rencana meng-upgrade atau mengganti Mig 29N Fulcrum dengan pesawat-pesawat generasi ke 4 di atas, tidak memecahkan persoalan, ketika negara tetangga seperti Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi kelima, F-35 dari AS. Vietnam saja telah meningkatkan kemampuan militernya secara berkala dan mengesankan melalui akuisisi alutsista rusia. Indonesia menggeliat tanpa bisa dibendung pertumbuhan ekonomi dan mengartikan kenaikan anggaran pertahanannya. Jika negara tetangganya Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi ke 5, F-35, maka membeli pesawat tempur generasi ke 4, untuk proyeksi masa depan, adalah sesuatu yang mubazir.

Pada bulan Februari 2003 Singapura bergabung dalam program pembuatan pesawat tempur siluman F-35. Sebagai anggota Security Cooperative Participant (SCP), Singapura diberi kesempatan untuk mengeksplorasi F-35 sesuai kebutuhan khusus yang diinginkan. Singapura kemungkinan memilih model F-35B yang memiliki fungsi STOVL(short take-off and vertical landing). F-35 Joint Strike Fighter (JSF) programme, melibatkan 10 negara di luar AS yakni: Inggris, Italia, Kanada, Norwegia, Turki, Denmark, Belanda, Australia, Jepang dan Korea Selatan.

Setelah digelarnya Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition LIMA, 26 Maret 2013, Malaysia mulai tertarik dengan SU 35 Hunter Killer atau Sukhoi T-50 PAK FA. Namun dalam Paris Airshow 21 Juni 2013, Wakil Rosoboronexport Victor Komardin hanya menawarkan tambahan Sukhoi SU-30M Flanker, yang merupakan jet tempur tercanggih yang dioperasikan Royal Malaysian Air Force/ RMAF. Atas keinginan Malaysia itu untuk mendapatkan Sukhoi T-50 PAK FA, Victor Komardin menjelaskan:
 

Rusia sedang menimbang permintaan pesawat generasi kelima, seperti yang diinginkan pemerintah Malaysia. Pilihannya mungkin Sukhoi PAK FA atau versi flanker yang lebih advance, yakni SU-35″. 

Namun jawaban Victor ditangkap semacam isyarat penundaan diplomatis dari pihak Rosoboronexport terhadap minat Malaysia. Akibatnya, tanggal 9 September 2013 Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein menyampaikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Menurutnya tidak ada rencana dari pemerintah saat ini untuk mengganti skuadron Mig-29 dengan pesawat tempur yang baru. Penggantian dan pembelian pesawat tempur baru, harus dilihat dalam konteks keamanan dan ancaman terhadap negara Malaysia.

“Untuk saat ini, pemerintah belum memiliki rencana untuk mengganti Mig-29 ataupun Sukhoi. Kami justru mengupayakan pemenuhan persenjataan untuk skuadron helikopter Agusta dan upgrade Helikopter Nuri. "

Padahal jika ada skenario Singapura berkonflik dengan Malaysia, tentunya F-35 Republic of Singapore Air Force’s (RSAF) akan diposisikan sebagai armada pemukul, untuk menusuk ke dalam wilayah Malaysia. Sementara F-16 block 52 diposisikan sebagai air defence. Skenario yang sama persis jika diterapkan pada Korea Selatan dalam mengantisipasi ancaman Korea Utara. Australia pun tampaknya tidak jauh dari skenario tersebut. Untuk mengantisipasi ancaman dari utara benua tersebut (Indonesia), RAAF Australia tak sabar lagi menerima pesawat F-35 pertamanya, yakni bulan Juni 2014. Sepintas kehadiran F-35 dikawasan Asean ini bak goliath sang pemangsa. Pasti mudah bagi pesawat F-35 Singapura dan Australia untuk menari-nari di dekat wilayah atau di atas wilayah udara asia tenggara, tanpa  mampu mendeteksinya. Hal itupun dibaca oleh Korsel. Membaca situasi kawasan yang cenderung akan meningkat eskalasi militernya, Korsel mendepak F-15 Silent Eagle – Boeing, atau pun Typhoon – Eurofighter, dan langsung lompat membeli pesawat generasi kelima F-35 Lockheed Martin. Korea Selatan mengambil langkah tersebut karena negara tetangganya seperti China, Jepang dan Rusia juga menyiapkan pesawat generasi ke 5 (Prototype Sukhoi T-50 PAK FA pertama kali terbang 29 Januari 2010. Angkatan Udara Rusia diproyeksikan menerima 60 pesawat Sukhoi T-50 PAK FA pada tahun 2016).

Lalu, seperti apa skenario Indonesia untuk menghadapi tantangan dan perubahan ini selain dengan memaksimalkan daya gebuk armada sukhoinya ? Tentu sebagian besar adalah rahasia sifatnya dan info yang sedikit dilempar ke publik sehingga hanya sanggup menduga-duga saja meskipun berkali-kali TNI menyuguhkan surprise alutsista baru di setiap rencana strategisnya. Dalam olah bermain catur tentu kekuatan benteng dan menteri sangat menonjol, lompatan tak terduga serta strategi kuda adalah pemukul acak dan senyap sekaligus pengunci pertahanan, dan gerakan pion adalah tekhnik sederhana meratakan area pertempuran digaris terdepan. Maka tak ada yang perlu diragukan lagi untuk segera menata strategi, membentengi wilayah kedaulatan dengan terus meningkatkan kualitas alutsista yang dimiliki, baik menggenjot produk militer nasional maupun mendatangkan alutsista dari luar negeri hingga setara. Kita mengapresiasi sebagai langkah tepat yakni memulai dengan perkuatan militer diperbatasan negara, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjawab adanya kekurangan jumlah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) di beberapa perbatasan di Indonesia dengan terus mendatangkan alutsista dan pemenuhan sarana dan prasarana militer dan pematangan kesiagaan tempur personelnya. Untuk mengisi kekurangan itu, TNI berencana menambah jumlah alutsista dalam waktu dekat.

 

"Kami akan hadirkan ada 12 Helikopter Fennec dari Prancis, lalu helikopter serangnya ada Apache minimum 6, ke depan mungkin Chinook untuk memindahkan personel di perbatasan khususnya. Kita sangat membutuhkan itu. Apache sudah clear, Chinook harapan kami nanti. Mudah-mudahan tahun 2015 bisa dianggarkan, karena tidak terlalu mahal. "




Helikopter Chinook yang merupakan helikopter pengangkut untuk di wilayah perbatasan. Moeldoko menyatakan, penambahan jumlah alutsista tersebut, telah mendapat persetujuan dari Komisi I DPR. Dia berharap, pengadaan jumlah alutsista di perbatasan tersebut dapat terpenuhi pada tahun 2015. Sebaran renstra yang mengakuisisi berbagai alutsista dengan basic serta kiblat yang berbeda, tentu telah matang diperhitungkan para elit militer TNI. Jelas menimbulkan keunggulan diantara kelemahannya. Dan TNI telah menjawabnya dengan kemampuan me mixing rudal canggih Yakhont yang notabene buatan Rusia sehingga dapat disinergikan maksimal dari atas kapal berlisensi NATO punya
Hasilnya ?? 
Anda pasti setuju dengan saya jika menyebut hal itu dengan kata LUARRR  BIASA !!
Jayalah Negeriku, Jayalah Indonesiaku........

5 komentar:

  1. wih matap infonya thanks gan

    BalasHapus
  2. Jadi, rumor yg mendekati kenyataan....

    BalasHapus
  3. dengan penambahan minimal 3 sekuadron su 35 dan 3 kapal selam klas kilo "amor" serta sistem pertahanan rudal BUK-M3 dan S400 masing masing 5 batalyon saya kira saat ini indonesia cukup terlindung dari ancaman luar tanpa bermaksud untuk menjadi negara agresor,syukur ditambah tank armata T14

    BalasHapus
  4. Sy setuju banget..tapi ingat bung sy hanya pesan tolong TNI dilibatkan untuk menanam kembali sebanyak mungkin pohon bambu...ketika senjata kita kelak habis kita bisa buat bambu runcing sebanyak mungkin..kita tahu kita merdeka dulu gara2 bambu runcing dan meriam belina..karena bambu itu anti sadap..merdeka!!!!!

    BalasHapus
  5. Sy setuju banget..tapi ingat bung sy hanya pesan tolong TNI dilibatkan untuk menanam kembali sebanyak mungkin pohon bambu...ketika senjata kita kelak habis kita bisa buat bambu runcing sebanyak mungkin..kita tahu kita merdeka dulu gara2 bambu runcing dan meriam belina..karena bambu itu anti sadap..merdeka!!!!!

    BalasHapus