29 Oktober 2013

AKSI SPIONASE, BUKTI KRISIS KEPERCAYAAN DIRI USA DALAM PERAN DIPLOMASI GLOBAL


Ketika berita seputar penyadapan terhadap Presiden SBY saat menghadiri pertemuan puncak G-20 di London 2009 lalu mencuat ke publik, maka serentak mengundang reaksi keras  kalangan masyarakat dan pemerintah Indonesia. Presiden SBY sendiri dikabarkan serius mengikuti isu tersebut bahkan telah memantau sebelumnya melalui kawat KBRI dan BIN tentang kasus penyadapan ini sejak Juni lalu. Sikap berang pemerintah RI masih nampak rapi meski sebagian besar kalangan bangsa meradang. Namun pemerintah dalam gaya diplomatisnya terkesan lemah  menyikapi aksi memuakkan tersebut.


Menurut Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, meskipun sudah mengetahui berita tersebut, namun Presiden masih belum memberi sikap apapun. Faiza menuturkan bahwa penyadapan ini merupakan tindakan yang tidak etis. Ia mengatakan bahwa informasi harusnya diperoleh melalui cara-cara wajar baik dengan komunikasi langsung, surat menyurat dan lainnya. 
Sementara Wakil Ketua DPR Pramono Anung menilai tindakan tersebut menyalahi etika hubungan antar negara yang justru dilakukan kepada kepala negara. Ia menambahkan jika penyadapan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia dapat memberikan catatan kepada Kementerian Luar Negeri negara penyadap.
Pemerintah memang sudah mengetahui bahwa ada tindakan penyadapan yang dilakukan Amerika dan Inggris sebagai tuan rumah pada beberapa negara tertentu. Akan tetapi, menurut dia, informasi subtansi alasan penyadapan terkait dengan pencalonan sebagai Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Artinya ?? 
Apakah Demokrasi telah diancam dan dikunci terang-terangan di Majelis setingkat Perserikatan Bangsa-bangsa ??
"Substansinya beragam sekali, apakah substansi di G20 atau yang lainnya. Kita harus lihat kembali, harus dikaji kembali derajat kebocorannya, apakah esensi atau tentang pencalonan DK PBB. Kita sudah memiliki posisi yang jelas negara mana yang kita pilih atau dukung. Tanpa disadap juga sudah bisa lewat jalur normal. "

Informasi penyadapan Indonesia justru dikabarkan dua media di Australia yaitu The Age dan The Sydney Morning Herald yang berada di bawah Fairfax Media. Dalam pemberitaannya, dikabarkan bahwa pemerintah Australia mengambil keuntungan terhadap hasil penyadapan Indonesia oleh agen intelejen Inggris.

Dalam dokumen yang diterimanya, Perdana Menteri Kevin Rudd memperoleh hasil penyadapan beberapa pemimpin Asia-Pasifik, yaitu SBY, Perdana Menteri India Manmohan Singh, dan mantan Presiden Cina Hu Jintao.

Presiden sendiri belum berencana membahas informasi ini dengan Kevin Rudd yang dikabarkan sering berkomunikasi melalui telepon. Pemerintah masih berupaya untuk menyelidiki kerugian informasi seperti apa yang dihasilkan dari penyadapan di London tersebut.


MPR PROTES KERAS
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengirimkan nota protes diplomatik kepada pemerintah Inggris karena melakukan penyadapan pada delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di London. Menurut Sidarto, sikap Inggris ini tidak beretika.

" Saya prihatin, harus ada protes, Ini harus dihentikan, Indonesia harus menunjukan wibawanya. "  
Informasi mengenai Indonesia pasti tak hanya dimanfaatkan oleh Inggris, tetapi juga dengan negara-negara sekutunya seperti Australia dan Selandia Baru.

Sidarto menuturkan, saat ini pemerintah Indonesia memang lazim disadap. Menurutnya, gedung-gedung kedutaan Indonesia di luar negeri juga banyak yang disadap. Penyadapan di gedung kedutaan Indonesia, kata Sidarto, biasanya bekerjasama dengan kontraktor yang membangun atau menempatkan instalasi di kantor tersebut. Mantan ajudan Presiden pertama ini. Pemerintah Indonesia tidak boleh diam saja dan harus mengantisipasi agar penyadapan tidak terjadi lagi.
Terkait dengan persoalan ini, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pun telah didesak oleh Anggota DPR agar Pemerintah Inggris dan Australia segera memberikan keterangan resmi menyangkut kebenaran berita teersebut. Sehingga Indonesia dapat mengambil sikap resmi sesuai dengan standar diplomasi negara.

Penyadapan disebut berkaitan dengan kepentingan diplomatik Australia dalam pemilihan Dewan Keamanan PBB. Berita penyadapan ini pun berawal dari pemberitaan dua media asing terkait keterlibatan Amerika Serikat dan Inggris didalamnya. 
Informasi yang belum pasti kebenarannya, dapat mendorong kesalahan dalam pengambilan keputusan. Wajar bila Presiden masih belum memberikan reaksi atas persoalan ini.
BIN SIKAPI DINGIN
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman, mensinyalir bisa saja Edward Snowden, terlibat dalam penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karena menurut dia Snowden lah yang membocorkan berita tersebut.

“ Lho, yang membocorkan berita itu kan dia, bahwa dia adalah anggota dari National Security Agent (NSA), terus dia membocorkan itu, sehingga akhirnya dia kan dikejar oleh Pemerintah Amerika sendiri, dan dia mencari suaka ke mana-mana yang sekarang akhirnya mendapatkan izin tinggal satu tahun di Rusia, Orang yang dalam posisi seperti itu jangan terlalu dipercaya gitu lho, karena dia kan punya kepentingan untuk memang mengacaukan itu. Seperti contohnya, dia pasti sama Amerika sendiri dia sakit hati. Dia membocorkan Amerika begini, Amerika begini, dengan harapan bahwa seluruh peserta G-20 itu sendiri itu dia langsung melakukan protes keras bahwa Amerika melakukan penyadapan. ”

Lebih lanjut dia menuturkan, jika belum ada informasi yang tidak valid dari sumber yang jelas agar jangan dipercaya. Munculnya nama Edward Snowden, kata Marciano, berdasarkan informasi yang dihimpun BIN. BIN mempunyai agen intelijen di Inggris. Informasi yang dihimpun agen BIN itulah yang menjadi acuannya.

“ Oh itu informasi yang jelas, itu jelas. Kalau Anda mengikuti sejak pemberitaannya 17 Juni dari The Guardian di Inggris, itu sudah jelas, sudah pasti itu. Kita juga punya agen kita di Inggris. Dari agen kita yang di Inggris, kemudian agen kita yang di Australia juga ada sampai pemberitaan itu diangkat. "




AKSI PENYADAPAN ITU AKHIRNYA TERKUAK DI EROPA
Kabar yang masih hangat di saat ini, berasal dari Kanselir Jerman yang bernama Angela Markel yang sudah merasa sangat kesal dengan suatu ulah yang sudah di lakukan Amerika Serikat saat ini. Dari pihak negara paman Sam yang sudah menyadap dari dirinya. Seperti dari anggapan Merkel tersebut, AS yang masih menbutuhkan dari teman yang berada di seluruh dunia dan ingin kalau AS tidak hanya memberikan permintaan maaf saja. 
Merkel yang sudah memberikan desakan kepada AS untuk bisa mendirikan suatu kesepakatan dari anti penyadapan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dari sebelumnya yang sudah di ketahui adanya suatu ungkapan yang sudah di katakan dari Merkel di saat Obama untuk bisa mengunjungi dari Berlin untuk bulan Juni 2013, akan tetapi sampai saat ini masih belum ada suatu realisasinya. Merkel pun sangat tidak terima dengan suatu sikap yang semena-mena untuk melakukan sadapan dari AS tersebut. Menurut dari Merkel, pasukan dari Jerman yang juga mempunyai kerja sama pada saat berperang untuk melawan Afganistan. Maka dari itu Merkel sebutkan seharusnya dari Amerika Serikat tersebut bisa menghargai dari kerjasama dari kedua negara tersebut.


“ Kami yang sudah inginkan adanya suatu tindakan yang bisa di lakukan sang presiden AS, Barack Obama. Untuk lebih jelasnya seperti penjelasan bukan hanya permintaan maaf saja, realitanya Jerman dan AS yang memang selalu bersama-sama melawan Afganistan. Dari para prajurit yang bersamaan untuk menghadapi dari bahaya yang sama dalam pertempuran tersebut. ”

Selain dari Jerman, Prancis yang juga menjadi suatu korban yang dari penyadapan yang sudah di lakukan dari NSA (National Security Agency). Dan saat ini mereka pun sudah ingin bisa mencari dari kesalah pahaman dengan AS untuk masalah kerja sama dari badan intelejen berasal dari negara-negara tersebut. Tidak tertutup akan kemungkinan yang ada, jika memang dari negara anggota Uni Eropa akan bisa turut serta dalam adanya suatu kerja sama ini.
Kontroversi seputar operasi intelijen Amerika Serikat (AS) semakin meluas dengan munculnya klaim baru bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) menyadap atau memantau komunikasi 35 pemimpin dunia. Laporan itu berdasarkan dokumen terbaru yang dibocorkan oleh Edward Snowden dan dipublikasikan oleh surat kabar Inggris, Guardian.
EDWARD SNOWDEN, THE HERO !
Edward Snowden mungkin tak pernah membayangkan keputusannya hidupnya begitu mewabah dan mengubah politik dunia. Terlahir sebagai Edward Joseph Snowden di Elizabeth City, North Carolina, AS pada 21 Juni 1983, putaran kehidupan Snowden kini berubah cepat. Dari musuh utama Pemerintah AS menjadi pahlawan rakyat AS, bahkan dunia.

Edward Snowden adalah putra pasangan Lon Snowden dan Elizabeth Barrett Snowden. Ayahnya seorang mantan perwira Coast Guard dan kini tinggal di Pennsylvania. Sedangkan ibunya yang akrab disapa Wendy di lingkungan kampungnya di Ellicot City, adalah seorang Wakil Kepala Administrasi dan Teknologi Informasi di Pengadilan Distrik AS di Baltimore.

Berawal dari pemikiran bahwa apa yang dilakukan negaranya adalah salah, Snowden pun membocorkan sejumlah fakta tentang sepak terjang badan keamanan AS (National Security Agency/NSA). Tak pelak, pria mantan karyawan Dell dan Booz Allen, subkontraktor konsultan teknologi Badan Intelijen AS (Central Itelligence Agency/CIA) untuk NSA itu, jadi buruan nomor wahid negaranya.

“Saat ini, tidak ada telepon di AS yang melakukan sambungan tanpa catatannya diketahui NSA. Kini tidak ada transaksi internet yang dibuat tanpa melalui tangan NSA. Wakil-wakil kita di Kongres mengatakan ini bukan pengintaian. Mereka salah.” 

Proyek mata-mata NSA yang disahkan Kongres AS dengan tajuk Patriot Act itu awalnya langkah strategis mendeteksi aksi terorisme. Sebuah aturan yang diklaim sangat diperlukan menyusul terjadinya aksi pemboman tower kembar WTC.

Namun, Snowden menilai ada yang salah, karena penerapannya juga melakukan penyadapan terhadap rakyatnya sendiri dan negara lain, termasuk para pemimpin dunia. Dia pun membocorkan seputar program-progam NSA yang sangat rahasia seperti PRISM kepada The Guardian dan The Washington Post, Juni 2013.

Pria yang dikenal tetangganya di Ellicot City sebagai pemuda pendiam yang menghabiskan banyak waktu di komputer itu juga membocorkan perintah FISA terkait pengambilan data oleh NSA. Keputusan yang mengubah hidupnya itu dilakukan karena aksi NSA ternyata bertujuan mengungkap apa yang diyakini sebagai tindakan berlebihan oleh pemerintah dalam memantau aktivitas warga AS.

Awalnya, publik AS dan negara-negara Eropa yang menjadi sekutunya, diam saja tatkala Pemerintahan Barrack Obama menetapkannya sebagai buron negara. Namun, kesadaran publik mengemukan setelah Snowden mengungkapkan aksi culas NSA terhadap rakyat AS, rakyat negara lain dan pemimpinnya, termasuk negara sekutunya macam Jerman dan Prancis.



Akibatnya, gelombang kecaman dan demonstrasi atas sikap tak terpuji Pemerintahan AS dengan dalih keamanan negara itu merebak di seluruh dunia. Sejumlah demonstran di Jerman bahkan menuntut negara-negara yang menjadi korban spionase NSA untuk tidak mengekstradisi Snowden.

Bagi mereka, putra pasangan Lon Snowden dan Elizabeth Barrett Snowden adalah pahlawan yang perlu dilindungi dari keculasan Pemerintah AS, karena telah membuka kedok aktivitas NSA yang memberangus kehidupan pribadi manusia. Tak hanya warganegara biasa, melainkan juga para pemimpinnya.

Tercatat, setelah membuka pengintaian terhadap Presiden Brasil dan Meksiko, Snowden mengungkapkan aksi penyadapan telepon seluler Kanselir Jerman Angela Merkel. Rahasia NSA yang menyimak dan merekam hubungan telepon jutaan rakyat Prancis, termasuk sang Presiden François Hollande, juga diungkap Snowden.

NSA SADAP 35 PEMIMPIN NEGARA
The Guardian, menurunkan fakta baru, mata-mata AS berkedok Patriot Act dilaporkan telah menyadap pembicaraan telepon 35 pemimpin dunia. Penyadapan dilakukan setelah Gedung Putih, Pentagon dan para Pejabat Departemen menyerahkan nomor-nomor telepon itu kepada badan tersebut.

AFP melengkapi dengan sebuah dokumen rahasia yang dirilis Edward Snowden. Dokumen itu menyebut NSA bekerjasama dengan pelanggannya, yaitu sejumlah departemen Pemerintah AS untuk mencari nomor telepon politisi asing terkemuka. Dokumen itu menyebut seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya menyerahkan 200 nomor, termasuk milik para pemimpin dunia yang segera digarap untuk diawasi NSA.

Pengungkapan terbaru itu muncul di tengah kehebohan skandal AS telah menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel, jutaan rakyat Prancis, termasuk presidennya François Hollande dan memantau komunikasi pemimpin Brasil dan Meksiko.

Kendati Gedung Putih telah menolak tudingan penyadapan terhadap telepon genggam Merkel di masa lalu, tetapi kecaman atas aksi spionase berkedok keamanan negara itu makin meluas di Jerman dan Prancis.

Faktanya, ada sebuah Memo NSA yang dikutip The Guardian menunjukkan, pengawasan tidak terisolasi dan rutinitas NSA melacak nomor telepon para pemimpin dunia.


Sebuah memo pada 2006 beredar di kalangan staf di Direktorat Sinyal Intelijen berjudul “Para Pelanggan Dapat Membantu Memperoleh SID Nomor Telepon Target”. Memo itu menggarisbawahi para agen NSA bisa memperoleh informasi kontak yang dikumpulkan para pejabat di cabang lain dari pemerintah.

Memo itu mencatat, “Dalam satu kasus baru-baru ini, seorang pejabat AS memberi NSA 200 nomor telepon 35 pemimpin dunia.”

Memo itu juga mengakui, penyadapan itu telah menghasilkan sedikit laporan intelijen.Dan berkat pengungkapan memo-memo rahasia milik NSA itu, Snowden kini tengah menapaki kehidupan baru sebagai pahlawan dunia dengan melawan pemimpin negaranya yang selalu mengklaim sebagai polisi dunia.

Sebuah memo rahasia menunjukkan NSA memperoleh nomor-nomor para pemimpin negara dari seorang pejabat senior di departemen pemerintah lain, yang memberikan kontak 200 orang. Guardian melaporkan NSA meminta para pejabat senior di departemen-departemen seperti Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Pentagon untuk berbagi “Rolodexes” (indeks kartu) yang berisi nomor-nomor kontak politisi asing.



Tuduhan baru ini muncul menyusul laporan bahwa NSA menyadap telepon selular Kanselir Jerman Angela Merkel. Berita itu, mendorong Merkel membeli 10.000 perangkat enskripsi khusus yang gunanya untuk memproteksi dan menjaga keamanan data. Laporan terbaru Guardian itu juga meningkatkan ketegangan antara AS dan Uni Eropa, yang merupakan sekutu Washington. Informasi penyadapan yang dilakukan AS terhadap para pemimpin negara dunia telah memicu kemarahan kolektif Uni Eropa.

Pada hari pertama KTT Uni Eropa di Brussels, Kamis, para pemimpin pemerintahan Eropa mengecam aktivitas NSA. Merkel mengangkat isu penyadapan AS dalam KTT dan mengusulkan kemungkinan sebuah perjanjian “anti penyadapan” dengan AS, yang kemungkinan akan diikuti oleh negara Uni Eropa lain. AS hanya memiliki kesepakatan “anti penyadapan” dengan Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Kanada, sebuah aliansi yang dikenal dengan “Lima Mata” usai Perang Dunia II.

“Jerman dan Prancis akan mencari sebuah saling pengertian dengan AS untuk kerjasama antara badan intelijen, dan negara-negara anggota Uni Eropa pada akhirnya akan mengambil peran. Ini berarti sebuah kerangka kerja sama antara jasa (intelijen) terkait. Jerman dan Prancis akan mengambil inisiatif.”
UNI EROPA AKAN PERKETAT PROTEKSI
Jerman juga telah menyerukan agar pembicaraan perjanjian pasar bebas antara Uni Eropa dan AS ditangguhkan karena masalah ini. Isu penyadapan juga diperkirakan akan berdampak pada kebijakan Uni Eropa untuk memperketat perlindungan data pribadi.

"Perlindungan data harus dilakukan tak peduli itu menyangkut e-mail rakyat biasa atau telepon genggam Angela Merkel, Kini saatnya melakukan tindakan dan tidak hanya sekadar deklarasi dalam KTT Uni Eropa. Hanya dengan bersatu maka kredibilitas kita diperhitungkan. "

Pernyataan Reding diatas merujuk pada undang-undang perlindungan data Uni Eropa yang terbengkalai selama berbulan-bulan akibat perbedaan pandangan ke-28 anggotanya.
Jika undang-undang itu bisa diadopsi, maka, menurut Reding, itu sama dengan sebuah deklarasi "kemerdekaan" Eropa karena memungkinan Eropa secara kredibel menghadapi AS.

Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel marah setelah muncul kabar AS menyadap telepon genggamnya. Dalam KTT Uni Eropa yang dimulai Kamis ini, Angela Merkel akan mendiskusikan masalah penyadapan ini dengan Presiden Perancis Francois Hollande. Demi meluruskan kabar penyadapan telepon genggam Merkel ini Kementerian Luar Negeri Jerman telah memanggil duta besar AS di Berlin.
Majalah Der Spiegel turut membongkar kelakuan pemerintah AS melalui Intelijen AS yang disebut menyadap Kedutaan UE di Kota Washington dan New York. Mereka juga menyadap markas UE yang terletak di Kota Brussels, Belgia.
AS melakukan aksi mata-mata dalam proses negosiasi kerja sama dagang AS-UE. Pejabat UE menyatakan, skandal ini dapat mengancam keberlangsungan kerja sama ekonomi antara kedua belah pihak. Komisioner Hukum UE, Viviane Redding telah memberikan respon keras terhadap aksi tersebut.

“Sesama rekan seharusnya tidak saling memata-matai, Kami tidak bisa melanjutkan kerja sama ekonomi jika kami merasa dimata-matai. Pemerintah AS harus menghapus rasa tidak saling percaya ini secepatnya."


Uni Eropa akan mendukung serius undang-undang yang diusulkan Komisi Eropa pada awal 2012 lalu untuk membatasi cara pengumpulan data di Eropa oleh perusahaan-perusahaan internet, seperti Google dan Facebook, yang dibagi dengan negara-negara non-Uni Eropa. Undang-undang itu juga akan memberikan hak kepada warga Uni Eropa untuk meminta jejak digital mereka dihapus dan mengenakan denda 100 juta euro (US$ 138 juta) atau lebih atas pelanggaran aturan.

AS mengkhawatirkan jika aturan itu menjadi undang-undang akan menaikkan biaya pengelolaan data di Eropa. Sementara hingga kini Google, Yahoo!, Microsoft dan perusahaan internet lain sedang berusaha keras melakukan lobi untuk menghalangi proposal itu di setujui pemimpin-pemimpin uni eropa.

Apakah kepercayaan yang sudah dirusak bisa dapat dikembalikan? Ini menjadi pertanyaan dari para pemimpin negara-negara Eropa setelah terbukti Amerika Serikat (AS) melakukan penyadapan terhadap mereka.

Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi sosok simbol kemarahan Eropa atas AS tentang tuduhan penyadapan itu. Merkel merupakan salah satu kepala negara yang disadap oleh Negeri Paman Sam. Merkel pun bergabung dengan Presiden Brasil Dilma Rousseff untuk mengajukan proposal resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai perlindungan kebebasan hak sipil. Keduanya merupakan kepala negara yang menjadi sosok yang disadap oleh dinas intelijen AS, NSA. 
Pemerintah Jerman memutus kerjasama intelijen yang dimilikinya dengan AS dan Inggris. Langkah itu diambil sebagai sanksi atas aksi penyadapan yang dilakukan kedua negara di Jerman. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle, seperti dikutip BBC :

“Pemutusan kerjasama ini adalah sanksi yang setimpal atas aksi penyadapan mereka."

Terbongkarnya aksi penyadapan AS sempat membuat berang warga Jerman. Beberapa politis bahkan mendesak Pemerintah Jerman memberikan suaka pada Edward Snowden.

Jerman memang sensitif dengan aksi penyadapan. Aksi represif pada masa pemerintahan Nazi dan rezim komunis di Jerman Timur membuat negara itu sangat menghargai kebebasan warganya.

Snowden membongkar aksi penyadapan AS kepada Jerman melalui majalah Der Spiegel. Selain Jerman, AS juga menyadap negara-negara anggota Uni Eropa (UE).

Namun, ada juga yang mengkritik sanksi yang dikeluarkan Pemerintah Jerman. Mereka menyebut sanksi itu tidak cukup karena kerjasama intelijen yang dibatalkan hanya sebagian kecil saja.

“Pemutusan kerjasama ini tidak akan banyak melukai AS,” ujar pengamat politik Jerman, Henning Riecke.
Merespon kritik itu lebih jauh bahkan kini Jerman dan Prancis juga mendesak dilahirkannya aturan anti-penyadapan transatlantik untuk segera dikeluarkan akhir tahun ini. Namun Presiden Pusat Keamanan dan Intelijen Strategis Eropa Claude Moniquet memiliki keraguan atas aturan itu.

"Saya tidak yakin apakah AS akan duduk bersama dengan Prancis dan Jerman dan negara lainnya untuk membicarakan program intelijen. Tentunya tidak yakin bila AS akan membicarakan pembatasan mengenai kapasitas intelijen mereka."

Para pemimpin Uni Eropa memberikan peringatan, rasa saling tidak percaya akan merusak kerjasama intelijen. AS pun berupaya untuk terus meredakan kemarahan dari sekutunya. Melalui Juru Bicara Kementerian AS Jen Psaki mencoba meredakan kedongkolan para sekutu AS di Eropa :
"Presiden (Barack Obama) sudah memberikan perintah mengenai pengkajian aktivitas mata-mata, termasuk untuk menghormati sekutu kami. Kami ingin memastikan agar bisa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan bukan hanya kami mampu."

Namun beberapa senator dan beberapa petinggi Pemerintah Amerika Serikat (AS) membela aksinya menyadap Uni Eropa (UE). Mereka menyebut aksi itu juga biasa dilakukan negara lainnya. Badan Keamanan Nasional AS, NSA, merilis hal tersebut melalui Assoaciated Press.

“Kami tegaskan AS mengumpulkan data intelijen seperti halnya negara-negara lain.”




AKSI NSA MENUAI KECAMAN UNI EROPA DAN DUNIA


Presiden Brasil Dilma Rouseff, mengutuk aski penyadapan Amerika Serikat (AS) saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-68. Rouseff menuduh AS telah melanggar hukum internasionaldi hadapan pemimpin dari 192 negara anggota Majelis Umum PBB lainnya, seperti dikutip Guardian .

“Semua data milik warga disadap. Informasi perusahaan dan misi diplomatik Brasil menjadi sasaran utama, Tindakan AS merupakan pelanggaran hukum internasional. Penyadapan tidak bisa diterima di antara komunitas negara-negara yang bersahabat. " 
Kecaman Brasil menjadi pukulan tersendiri bagi AS. Berbeda dengan Iran dan Korea Utara (Korut) yang memang dianggap sebagai musuh AS, Brasil sebenarnya memiliki hubungan baik dengan Negeri Paman Sam itu. Respons keras Brasil terhadap penyadapan AS menunjukkan menurunnya pengaruh AS di dunia internasional. Pemerintah AS sudah berjanji akan menjelaskan aksi penyadapannya ke Brasil. Namun, janji tersebut sampai kini tidak juga dipenuhi.

Rouseff tidak hanya merespons aksi AS melalui kata-kata saja. Sebelumnya, dia juga membatalkan pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama sebagai bentuk protes. Pemerintah Brasil juga mengkaji kembali rencananya membeli pesawat tempur dari AS. Penyadapan AS terhadap Brasil pertama kali diungkap oleh suratkabar El globo. Harian itu mendapat dokumen rahasia intelijen AS dari mantan karyawan CIA, Edward Snowden.


AKSI PARLEMEN UE GERUDUK WASHINGTON
Sejumlah anggota parlemen Uni Eropa pada Senin (28/10/13) berkunjung ke Washington untuk menemui para pejabat AS terkait tuduhan meluas bahwa AS memata-matai sekutunya .

Laporan Voice Of America yang dikutip pada Selasa (29/10/13) menyebutkan ke-23 anggota delegasi Parlemen Eropa memulai serangkaian pertemuan pada Senin (28/10/13) dengan anggota DPR Amerika dan pejabat di beberapa instansi pemerintah, termasuk National Security Agency (NSA/Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat) di Gedung Putih. Pembicaraan dijadwalkan akan berlangsung hingga Rabu (30/10/13).

Sementara itu disebutkan dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin Eropa mengecam laporan mengenai NSA yang memata-matai negara-negara sekutu, termasuk pemantauan ponsel Kanselir Jerman Angela Merkel. Lebih jauh dalam protes terbaru, Spanyol mengecam pemantuauan itu sebagai tindakan "tidak pantas dan tidak bisa diterima."

Lebih dalam disebutkan bahwa Kementerian Luar Negeri Spanyol telah memanggil Duta Besar Amerika James Costos untuk pertemuan selama 45 menit di Madrid, beberapa jam setelah dua surat kabar Spanyol melaporkan bahwa AmerikaSerikat telah menyadap 60 juta lebih pembicaraan telepon warga Spanyol dalam waktu satu bulan.

Bahkan secara khusus harian El Mundo dan El Pais melaporkan NSA memantau pembicaraan telepon dari 10 Desember 2012 lalu hingga 8 Januari 2013. Dilaporkan, yang dikumpulkan adalah nomor-nomor telepon dan panjangnya percakapan, dan bukan isinya.
WARGA AS BERANG DAN MENENTANG AKSI NSA

Ribuan pengunjuk rasa, akhir pekan lalu, berkumpul di Washington menuntut dibentuknya aturan baru di Amerika Serikat untuk membatasi program penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) yang dianggap telah mengganggu kehidupan pribadi.

Unjuk rasa digelar di tengah kian meluasnya meluas soal pengintaian yang dilakukan AS terhadap komunikasi warga negara biasa dan para pemimpin global hingga menimbulkan kemarahan di berbagai belahan dunia. Tercatat sekitar 4.500 demonstran ikut ambil bagian dalam aksi protes, Sabtu (26/10/13).

Tepat 12 tahun pada hari yang sama saat Kongres mengesahkan Patriot Act untuk memperluas pengumpulan data-data intelijen anti-teror, setelah terjadinya serangan teroris 11 September, para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya spionase massal.

“Hey, hey, ho, ho, NSA harus pergi,” demikian dikumandangkan para pengunjuk rasa, sebagaimana dilaporkanAFP.

Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk yang bertuliskan "jangan mengintai kami lagi" di bawah jendela-jendela US Capitol, gedung tempat Kongres berkantor. Spanduk-spanduk itu menyuarakan penghentian pemerintahan rahasia, penghentian spionase AS, penghentian kebohongan.

Kepada Kongres, mereka menyerahkan petisi yang ditandatangani 575.000 orang melalui internet. Petisi itu mendesak para anggota parlemen untuk mengungkapkan secara rinci program pengintaian oleh NSA.


NSA belakangan ini dihujani kritik sejak pembocor rahasia yang menjadi buronan AS, Edward Snowden, menguak penyadapan besar-besaran yang dilakukan NSA terhadap kegiatan internet dan komunikasi telepon jutaan warga AS dan para pemimpin dunia, termasuk sekutu-sekutunya, Prancis dan Jerman.

“Bukan hanya warga AS yang terperangkap dalam jala ini. Kita perlu bangkit untuk seluruh dunia juga. Ini bukan masalah kanan dan kiri, melainkan tentang yang benar dan salah,” kata Presiden dan Kepala Eksekutif Media Free Press dan kelompok pembelaan teknologi Craig Aaron di depan kerumunan orang.

Trevor Timm, dari kelompok hak digital Electronik Frontier Foundation mengatakan, unjuk rasa akhir pekan itu merupakan aksi kali pertama yang digelar sejak masalah NSA mencuat. Skandal NSA itu membuat orang-orang berkumpul untuk membela hak-hak pribadi mereka.

“Opini publik Amerika sudah sangat berubah menyangkut NSA dan kerahasiaan pribadi. Presiden Barack Obama telah mengatakan banyak hal, sekarang kami ingin melihat aksi yang dilakukan,” kata Timm yang mengenakan kaos bertuliskan Berhenti Mengintai Kami.

Kelompok Tim merupakan bagian dari 100 organisasi yang berpartisipasi dalam sebuah koalisi untuk menekan Kongres AS agar mereformasi guna meningkatkan keamanan kerahasiaan pribadi.

Pasca munculnya skandal NSA, Agustus lalu Presiden mengenalkan serangkaian langkah untuk memastikan keterbukaan yang lebih baik dalam program pengintaian. Termasuk langkah yang paling mengejutkan publik AS dengan mengumpulkan metadata dari catatan percakapan telepon.

Kongres AS berencana mengadakan sidang pembahasan baru menyangkut program pengintaian dalam pekan-pekan mendatang, sementara beberapa rancangan undang-undang sedang disusun untuk mengamandemen sistem.

“Saat ini, tidak ada telepon di AS yang melakukan sambungan tanpa catatannya diketahui NSA. Kini tidak ada transaksi internet yang dibuat tanpa melalui tangan NSA. Wakil-wakil kita di Kongres mengatakan ini bukan pengintaian. Mereka salah,” kata Snowden dalam pesan yang disampaikan kepada para pengunjuk rasa. Snowden mencari suaka di Rusia, tampaknya untuk menghindari tuntutan hukum di Amerika Serikat.
 
KAJIAN KECIL
Peristiwa-peristiwa dalam beberapa tahun terakhir telah mengungkapkan kelemahan dari sistem demokrasi sekuler dan wajah sebenarnya dari kapitalisme global. Negara kaya dan kuasa telah membangun sebuah sistem politik, media dan bisnis untuk memastikan mereka terus dapat memperkaya diri sekaligus penerima manfaat yang nyata sistim ini, sementara banyak negara ketiga  harus membayar harganya dengan darah dan airmata demi keberlangsungan kemerdekaannya.
Inggris, Eropa dan Amerika begitu membanggakan diri mereka sebagai Negara-negara yang lebih superior dari Negara-negara Dunia Ketiga, di mana kesenjangan dan ketidakadilan merupakan hal yang marak, korupsi dan kekerasan politik merupakan hal biasa dan konflik menjadi norma. Mereka menganggap keunggulan ini dikarenakan sistem kapitalis, keyakinan sekuler dan sistem demokrasi yang dibuat abu-abu. Namun begitu keras dan tegas bagi negara lemah ketika sedikit saja bersentuhan dengan Pelanggaraan HAM di dalam negerinya.
Tapi mari kita tengok Efek dari runtuhnya sistem ekonomi setelah krisis keuangan tahun 2008 yang masih belum terurai hingga hari ini. Lihat contoh kerumitan dan krisis dari sistem politik akibat skandal pembiayaan para anggota parlemen seperti di Inggris tahun 2009. Lalu yang marak dan mejadi bahan berita utama didunia atas jebloknya supremasi AS melalui sekuel Edward Snowden yang telah memberi pukulan telak pada pemerintahan Obama, Snowden kabur bersama ocehannya tentang kasus penyadapan yang dibeber pada media dan politikus dunia oleh NSA. Gejala anomali politik sejak pembicaraan tentang hak asasi manusia dan aturan hukum telah lama terlihat konyol setelah perang melawan teror, Teluk Guantanamo, Abu Ghraib dan kasus-kasus penyiksaan di daerah konflik lainnya.Nah, inilah episode terkonyol sepanjang sejarah sekutu Uni Eropa, Inggris yang mendadak berperan ganda serta yang sekarang badut politiknya dipercayakan kepada uncle sam, Amerika Serikat.
Tak satu pun dari hal itu terjadi karena sistem yang salah. Sebenarnya semuanya adalah hasil dari sistem materialistik masyarakat kapital saat ini. Krisis global adalah produk dari budaya keserakahan yang didukung oleh suatu sistem berbasis kapitalis dengan rasionalisasi ekonomi perjudian tingkat tinggi.  Sebuah sistem di mana ‘pasar bebas’ mendorong koran untuk menghibur pembaca dengan gosip, umpatan dan fitnah. Yang disebut pers ‘bebas’ telah terungkap sebagai bebas untuk menghasilkan uang dengan cara apapun yang bisa dilakukan, dan untuk menggunakan cara-cara curang dalam prosesnya! Termasuk melakukan tindakan mata-mata pada sekutu terlebih pada rival dan musuhnya. Sementara yang menangguk untung justru seolah tak tahu apa-apa, liat saja gejala sikap Inggris yang pura-pura bodoh. Atau liat saja gaya Australia yang sok-sok an melotot pada Indonesia setelah banyak dapat bocoran informasi intelijen dari AS dan Inggris.
Gaya intelijen yang biasanya diperagakan negara-negara adi kuasa  dengan Sistem kapitalis sekuler memberikan keuntungan kepada sekelompok kecil negara kaya di atas masyarakat dunia yang menghasilkan jutaan dolar melalui sebuah sistem yang merugikan masyarakat dalam negara-negara dunia ketiga, Ini adalah sebuah sistem yang mengatakan akan Membuat Kemiskinan Sebagai Sejarah (Make Poverty History) di Afrika dan dunia ketiga lainnya, namun malahan melembagakannya dengan bunga utang yang melumpuhkan hingga terkuras SDA dan SDM negara-negara dunia ketiga alias sekuel penjajahan edisi terbaru telah dimulai oleh negara adidaya.

Lembaga keuangan dunia membayar miliaran dollar untuk menyelamatkan bank-bank setelah krisis keuangan yang disebabkan oleh negara-negara adidaya. Sementara Dana terkumpul dari sekian banyak metode penjajahan model baru dan konflik yang dijalankan oleh badan-badan intelijen, bank dan didukung oleh para politisi dunia dengan meninggalkan kesengsaraan dan kemiskinan disegenap penjuru dunia. Ketidakadilan ini ditopang dan difasilitasi oleh sistem yang disebut sebagai sistim politik ‘demokrasi’. Peristiwa krisis perbankan dan skandal penyadapan telepon telah mengungkap hubungan yang nyaman antara para presiden, perdana menteri, pebisnis besar dan perusahaan-perusahan media – yang merupakan hal yang universal dalam sistem demokrasi. Para politisi itu tergantung pada bisnis besar dan perusahaan media untuk membawa mereka ke tampuk kekuasaan, dan setelah memegang kekuasaan mereka membuat undang-undang yang melayani diri, kelompok mereka sendiri atau lebih lanjut melayani kepentingan bisnis dari perusahaan-perusahaan yang telah menunjang suksesnya mereka meraih kekuasaan.
Tidak mengherankan bahwa para politisi di negara-negara adikuasa banyak membuat undang-undang yang mendukung bisnis besar bagi kelompok, negara atau  dalam masyarakat di mana uang dan kenikmatan materi adalah tujuan akhir dalam hidup mereka.
MAKA SESEKALI TIDAKLAH DEMIKIAN DENGAN INDONESIAKU......
JAYALAH NEGERIKU, JAYALAH TERUS INDONESIA.....


Kabar yang masih hangat di saat ini, berasal dari  Kanselir  Jerman yang bernama Angela Markel yang sudah merasa sangat kesal dengan suatu ulah yang sudah di lakukan Amerika Serikat saat ini. Dari  pihak negara paman Sam yang sudah menyadap dari dirinya. Seperti dari anggapan Merkel tersebut, AS yang masih menbutuhkan dari teman yang berada di seluruh dunia dan ingin kalau AS tidak hanya memberikan permintaan maaf saja.
Merkel yang sudah memberikan desakan kepada AS untuk bisa mendirikan suatu kesepakatan dari anti  penyadapan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dari sebelumnya yang sudah di ketahui adanya suatu ungkapan yang sudah di katakan dari Merkel di saat Obama untuk bisa mengunjungi dari Berlin  untuk bulan Juni 2013, akan tetapi sampai saat ini masih belum ada suatu realisasinya.
“Kami yang sudah inginkan adanya suatu tindakan yang bisa di lakukan sang presiden AS, Barack Obama. Untuk lebih jelasnya seperti penjelasan bukan hanya permintaan maaf saja,” ujar dari Merkel yang sudah di katakan kepada media Reuters untuk jumat ini, (25/10/13).
Selain dari Jerman, Prancis yang juga menjadi suatu korban yang dari penyadapan yang sudah di lakukan dari NSA (National Security Agency). Dan saat ini mereka pun sudah ingin bisa mencari dari kesalah pahaman dengan AS untuk masalah kerja sama dari badan intelejen berasal dari negara-negara tersebut. Tidak tertutup akan kemungkinan yang  ada, jika memang dari negara anggota Uni Eropa akan bisa turut serta dalam adanya suatu kerja sama ini.
Merkel pun sangat tidak terima dengan suatu sikap yang semena-mena untuk melakukan sadapan dari AS tersebut. Menurut dari Merkel, pasukan dari Jerman yang juga mempunyai  kerja sama pada saat  berperang untuk melawan Afganistan. Maka dari itu Merkel sebutkan seharusnya dari Amerika Serikat tersebut bisa menghargai dari kerjasama dari kedua negara tersebut.
“Jerman dan AS yang memang selalu bersama-sama melawan Afganistan. Dari para prajurit yang bersamaan untuk menghadapi dari bahaya yang sama dalam pertempuran tersebut,” terang dari Merkel.
- See more at: http://ruangkabar.com/berita-dunia-terhangat-merkel-akui-kesal-dengan-penyadapan-as/#sthash.J4ypbxUv.dpuf
Kabar yang masih hangat di saat ini, berasal dari  Kanselir  Jerman yang bernama Angela Markel yang sudah merasa sangat kesal dengan suatu ulah yang sudah di lakukan Amerika Serikat saat ini. Dari  pihak negara paman Sam yang sudah menyadap dari dirinya. Seperti dari anggapan Merkel tersebut, AS yang masih menbutuhkan dari teman yang berada di seluruh dunia dan ingin kalau AS tidak hanya memberikan permintaan maaf saja.
Merkel yang sudah memberikan desakan kepada AS untuk bisa mendirikan suatu kesepakatan dari anti  penyadapan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dari sebelumnya yang sudah di ketahui adanya suatu ungkapan yang sudah di katakan dari Merkel di saat Obama untuk bisa mengunjungi dari Berlin  untuk bulan Juni 2013, akan tetapi sampai saat ini masih belum ada suatu realisasinya.
“Kami yang sudah inginkan adanya suatu tindakan yang bisa di lakukan sang presiden AS, Barack Obama. Untuk lebih jelasnya seperti penjelasan bukan hanya permintaan maaf saja,” ujar dari Merkel yang sudah di katakan kepada media Reuters untuk jumat ini, (25/10/13).
Selain dari Jerman, Prancis yang juga menjadi suatu korban yang dari penyadapan yang sudah di lakukan dari NSA (National Security Agency). Dan saat ini mereka pun sudah ingin bisa mencari dari kesalah pahaman dengan AS untuk masalah kerja sama dari badan intelejen berasal dari negara-negara tersebut. Tidak tertutup akan kemungkinan yang  ada, jika memang dari negara anggota Uni Eropa akan bisa turut serta dalam adanya suatu kerja sama ini.
Merkel pun sangat tidak terima dengan suatu sikap yang semena-mena untuk melakukan sadapan dari AS tersebut. Menurut dari Merkel, pasukan dari Jerman yang juga mempunyai  kerja sama pada saat  berperang untuk melawan Afganistan. Maka dari itu Merkel sebutkan seharusnya dari Amerika Serikat tersebut bisa menghargai dari kerjasama dari kedua negara tersebut.
“Jerman dan AS yang memang selalu bersama-sama melawan Afganistan. Dari para prajurit yang bersamaan untuk menghadapi dari bahaya yang sama dalam pertempuran tersebut,” terang dari Merkel.
- See more at: http://ruangkabar.com/berita-dunia-terhangat-merkel-akui-kesal-dengan-penyadapan-as/#sthash.J4ypbxUv.dpuf
Kabar yang masih hangat di saat ini, berasal dari  Kanselir  Jerman yang bernama Angela Markel yang sudah merasa sangat kesal dengan suatu ulah yang sudah di lakukan Amerika Serikat saat ini. Dari  pihak negara paman Sam yang sudah menyadap dari dirinya. Seperti dari anggapan Merkel tersebut, AS yang masih menbutuhkan dari teman yang berada di seluruh dunia dan ingin kalau AS tidak hanya memberikan permintaan maaf saja.
Merkel yang sudah memberikan desakan kepada AS untuk bisa mendirikan suatu kesepakatan dari anti  penyadapan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dari sebelumnya yang sudah di ketahui adanya suatu ungkapan yang sudah di katakan dari Merkel di saat Obama untuk bisa mengunjungi dari Berlin  untuk bulan Juni 2013, akan tetapi sampai saat ini masih belum ada suatu realisasinya.
“Kami yang sudah inginkan adanya suatu tindakan yang bisa di lakukan sang presiden AS, Barack Obama. Untuk lebih jelasnya seperti penjelasan bukan hanya permintaan maaf saja,” ujar dari Merkel yang sudah di katakan kepada media Reuters untuk jumat ini, (25/10/13).
Selain dari Jerman, Prancis yang juga menjadi suatu korban yang dari penyadapan yang sudah di lakukan dari NSA (National Security Agency). Dan saat ini mereka pun sudah ingin bisa mencari dari kesalah pahaman dengan AS untuk masalah kerja sama dari badan intelejen berasal dari negara-negara tersebut. Tidak tertutup akan kemungkinan yang  ada, jika memang dari negara anggota Uni Eropa akan bisa turut serta dalam adanya suatu kerja sama ini.
Merkel pun sangat tidak terima dengan suatu sikap yang semena-mena untuk melakukan sadapan dari AS tersebut. Menurut dari Merkel, pasukan dari Jerman yang juga mempunyai  kerja sama pada saat  berperang untuk melawan Afganistan. Maka dari itu Merkel sebutkan seharusnya dari Amerika Serikat tersebut bisa menghargai dari kerjasama dari kedua negara tersebut.
“Jerman dan AS yang memang selalu bersama-sama melawan Afganistan. Dari para prajurit yang bersamaan untuk menghadapi dari bahaya yang sama dalam pertempuran tersebut,” terang dari Merkel.
- See more at: http://ruangkabar.com/berita-dunia-terhangat-merkel-akui-kesal-dengan-penyadapan-as/#sthash.J4ypbxUv.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar