Presiden
Jokowi sudah bertekad menjadikan militer Indonesia bergigi dan
bertaring dengan melakukan pembelanjaan berbagai alutsista. Prediksi nilai
belanja itu minimal mencapai US$ 20 milyar mulai tahun ini dan lima
tahun ke depan. Andi Widjajanto sebagai seorang cendikiawan pertahanan adalah salah satu pemberi
semangat Presiden untuk menguasai seluk beluk pertahanan berikut sista yang sesuai dengan kebutuhan pertahanan NKRI....
Menunggu hasil perburuan dan kedatangan lanjutan berbagai alutsista yang sudah
dipesan sebelumnya antara lain jet tempur F16 setara blok 52, MBT
Leopard 2, Roket Astross, Artileri Caesar Nexter, Hercules, CN295, Radar
dan lain lain, membuat momentum tanya kemampuan pemerintahan baru NKRI dalam upaya perkuatan militer, seringlah diuji dan diteliti. Presiden dengan background sipil tentu wajar jika dicurigai gaptek tekhnologi militer alutsista terkini. Tapi tentu bukan alasan sipil atau berlatar militerlah yang menjadi penentu kemaslahatan negeri ini. Dalam hal hankam,
Presiden tak akan berdiri sendiri dalam memilih pagar dan alarm negeri. Disekitarnya tentu berjajar para jendral, pengamat militer dan penasehat keamanan yang akan selalu mengisi kebijakan panglima tertinggi kita ini. Atau bahkan bisa jadi sekedar terinspirasi harapan dalam diskusi para WARJAGERS di dunia maya ini. hehehe....
Presiden tak akan berdiri sendiri dalam memilih pagar dan alarm negeri. Disekitarnya tentu berjajar para jendral, pengamat militer dan penasehat keamanan yang akan selalu mengisi kebijakan panglima tertinggi kita ini. Atau bahkan bisa jadi sekedar terinspirasi harapan dalam diskusi para WARJAGERS di dunia maya ini. hehehe....
BTW, Sementara produksi
dalam negeri sudah berjalan bagus seperti Panser Pindad, KCR40, KCR60,
Roket Rhan. Pengembangan alutsista berteknologi produksi dalam negeri
pertaruhannya ada di periode ini,misalnya tank Pindad, peluru kendali,
kapal perang PKR 10514, kapal selam. Pembangunan 3 kapal selam Changbogo yang sedang
berlangsung saat ini di Korea Selatan adalah untuk percepatan target
perolehan 8 kapal selam sampai tahun 2020, Indonesia diperkirakan juga akan
mengakuisisi minimal 2 kapal selam jenis lain selain Changbogo.
Dengan visi poros
maritim sebagai pemersatu pulau-pulau nusantara maka Angkatan Laut
dipastikan akan mendapatkan perolehan alutsista kapal perang yang lebih
berkualitas. Kita memerlukan lebih banyak kapal perang berkualifikasi
fregat atau destroyer, maka prediksi lima tahun ke depan ini akan ada
akuisisi 7-8 kapal fregat bekas pakai bersama 2-3 kapal destroyer.
Sementara kapal perang kelas KCR yang sudah mampu dibuat di tanah air
akan lebih fokus dengan ukuran 50-60 meter. Untuk lima tahun ke depan
tidak sulit membuat 20-25 KCR di beberapa galangan kapal swasta
nasional.
Penambahan kekuatan
divisi Marinir menjadi tiga divisi sejalan dengan pemekaran armada
tempur laut menjadi tiga armada tentu memerlukan isian alutsista dan
komponen pendukungnya. Korps Marinir diperkirakan akan menambah
persenjataan kavaleri dan artilerinya dengan penambahan alutsista
minimal untuk 2-3 batalyon termasuk peluru kendali anti serangan udara
untuk melindungi pangkalan angkatan laut di beberapa tempat.
Angkatan Laut jelas butuh seabreg kapal perang. Natuna, pantai selatan Jawa, Arafuru, Ambalat dan selat Malaka adalah titik penting yang harus menjadi perhatian. Oleh sebab itu penambahan minimal 8 kapal perang jenis fregat, 5 PKR 10514, 8 KCR 50m, 6 KCR 60m, 2kapal selam selain Changbogo, 2 LPD dan 4 kapal buru ranjau sangatlah realistis. Ini bukan sesuatu yang muluk atau mimpi tetapi berdasarkan kebutuhan untuk menghadapi ancaman dan tantangan penguasaan teritori melalui klaim negara lain.
TNI AU telah menjawabnya dengan beroperasinya skuadron 16 Pekanbaru, maka Dragon Family (sebutan bagi fighter F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif. Setelah diresmikan, maka Lanud Roesmin Nurjadin sudah memiliki 2 skuadron udara di Pekanbaru, yaitu Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi 80-an serta Skuadron Udara 16 yang berisikan pesawat F-16.
Pesawat F-16 setara Block 52 memiliki kemampuan perang udara di luar jarak visual mata manusia, yang sering dikenal dengan istilah Beyond Visual Range (BVR). Pesawat ini dilengkapi radar APG-68(v) Upgrade dan sejumlah komponen avionic canggih. Untuk senjata, F-16 setara Block 52 mengandalkan alutsista Indonesia, yaitu senjata non-BVR yang dimiliki TNI AU sebelumnya, seperti AGM-65 Maverick dan AIM-9P yang sering dipakai pesawat tempur Indonesia lainnya. Untuk perang BVR ini, pemerintah Indonesia dikabarkan sudah memesan puluhan rudal VBR seperti AIM-120C dan AIM-9X. Tapi kedatangannya belum diketahui.
Angkatan Laut jelas butuh seabreg kapal perang. Natuna, pantai selatan Jawa, Arafuru, Ambalat dan selat Malaka adalah titik penting yang harus menjadi perhatian. Oleh sebab itu penambahan minimal 8 kapal perang jenis fregat, 5 PKR 10514, 8 KCR 50m, 6 KCR 60m, 2kapal selam selain Changbogo, 2 LPD dan 4 kapal buru ranjau sangatlah realistis. Ini bukan sesuatu yang muluk atau mimpi tetapi berdasarkan kebutuhan untuk menghadapi ancaman dan tantangan penguasaan teritori melalui klaim negara lain.
TNI AU telah menjawabnya dengan beroperasinya skuadron 16 Pekanbaru, maka Dragon Family (sebutan bagi fighter F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif. Setelah diresmikan, maka Lanud Roesmin Nurjadin sudah memiliki 2 skuadron udara di Pekanbaru, yaitu Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi 80-an serta Skuadron Udara 16 yang berisikan pesawat F-16.
Pesawat F-16 setara Block 52 memiliki kemampuan perang udara di luar jarak visual mata manusia, yang sering dikenal dengan istilah Beyond Visual Range (BVR). Pesawat ini dilengkapi radar APG-68(v) Upgrade dan sejumlah komponen avionic canggih. Untuk senjata, F-16 setara Block 52 mengandalkan alutsista Indonesia, yaitu senjata non-BVR yang dimiliki TNI AU sebelumnya, seperti AGM-65 Maverick dan AIM-9P yang sering dipakai pesawat tempur Indonesia lainnya. Untuk perang BVR ini, pemerintah Indonesia dikabarkan sudah memesan puluhan rudal VBR seperti AIM-120C dan AIM-9X. Tapi kedatangannya belum diketahui.
Sementara itu bertepatan dengan peringatan Hari
Nusantara 2014 lalu yang diselenggarakan di Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel),
Senin, Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan pembentukan Badan Keamanan
Laut (Bakamla).
Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto seperti dikutip dari laman
sekretaris kabinet mengatakan, pembentukan Bakamla berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut. Bakamla memiliki
tugas pokok melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan dan
yurisdiksi Indonesia. Pembentukan Bakamla
(Badan Keamanan Laut) alias Coast Guard pertengahan Desember 2014 ini
adalah salah satu cara dan jawaban untuk mengantisipasi gerakan ilegal
kapal nelayan asing atau kapal asing yang menyamar jadi kapal nelayan.
Kapal-kapal patroli akan dibangun sebanyak mungkin. Sementara TNI AL
menghibahkan 10 kapal patroli non rudalnya kepada Bakamla, institusi
pengaman laut yang baru ini juga memesan sedikitnya 30 kapal patroli
pantai berbagai ukuran.
Bakamla sedang
mengembangkan diri menjadi kekuatan pengawal pantai. Seirama dengan itu
kekuatan AL dan AU kita juga sedang dalam proyeksi menuju kekuatan yang
memiliki daya pukul kuat lima tahun ke depan. Untuk AU perlu juga
diperhatikan penambahan kekuatan jet tempur Sukhoi SU30 sembari
menantikan seri yang terbaru SU35 yang digadang-gadang itu. Dengan
kekuatan 16 Sukhoi dari seri SU27 dan SU30 dirasa kurang kuantitasnya
untuk mengcover kedaulatan Nusantara yang luas ini. Setidaknya kita
butuh 1 skuadron tambahan dari seri eksisting. Kita berharap dalam lima
tahun ke depan sedikitnya ada penambahan 3 skuadron tempur untuk
meyakinkan nilai kekuatan yang kita miliki.
Matra udara
diperkirakan akan memperoleh 1 skuadron jet tempur Sukhoi SU35 dan 2
skuadron jet tempur lainnya, bisa dari jenis F16 blok 60, Gripen atau
Typhoon. Jet tempur Sukhoi SU35 sangat diperlukan sebagai bagian dari
perkuatan Sukhoi Family dan untuk menjawab akuisisi jet tempur siluman
F35 dari dua negara tetangga Singapura dan Australia. Tidak hanya itu
TNI AU akan memperkuat alat pandang dengarnya dengan menggelar
radar-radar terbarunya termasuk satuan radar dan rudal yang bersifat
mobile. Nunukan adalah satu contoh pergelaran satuan radar dan rudal
mobile dalam satu paket.
Pembangunan
pangkalan militer di Natuna diharapkan akan menjadi home base permanen
jet tempur dan kapal perang. TNI AD juga memperkuat pulau besar terluar
di Laut Cina Selatan ini dengan menempatkan 1 batalyon infantri
permanen, 1 skuadron heli serbu dan kemungkinan tambahan 1 batalyon
arhanud. Natuna adalah pertaruhan agar keterjagaan eksistensi teritori
tidak diusik dan diremehkan. Maka sudah sepantasnya disiapkan lebih dini
infrastruktur militer dan berbagai alutsista modern di pulau itu. Yang
menarik tentu perkuatan instalasi militer di Natuna membawa nilai
gentar bagi Malaysia karena menjadi sekat militer yang bisa menghalangi
jalur logisik Semenanjung dengan Serawak, Sabah jika terjadi konflik
kedua negara.
Modernisasi militer
Indonesia yang diamati cermat oleh beberapa negara tetangga, lebih
sering dipublikasikan oleh media militer luar negeri termasuk ulasan
pengamat militernya. Dalam pandangan kita tentu perkuatan militer itu
untuk memastikan jaminan keyakinan kemampuan pada kekuatan militer yang
dimiliki,mampu mempertahankan teritori NKRI. Dalam pandangan beberapa
jiran tujuan mulia itu tentu diapresiasi tetapi mereka juga memantau
ketat pergerakan arah kiblat kekuatan militer Indonesia disamping sejauh
mana kekuatan itu berpotensi menjadi ancaman mereka.
INDONESIA REBUTAN PRODUSEN SISTA DUNIA
70%
kiblat alutsista Indonesia tetap ke Barat sedang sisanya adalah
keinginan mandiri dan menyeimbangkan perolehan alutsista dengan Rusia
dan Korea Selatan. Dengan Cina kita berupaya melakukan kerjasama
militer, sayangnya belum nampak terlalu menggembirakan dari hasil diplomasinya. Misalnya dalam transfer teknologi peluru kendali anti kapal C705.
Sejauh ini hanya Korea Selatan yang lebih terbuka dalam manajemen
kerjasama militer sementara Rusia kelihatannya baru membuka diri, cenderung wait n' see.
Rusia
harus mengambil strategi lain agar pemasaran produk alutsista yang
ditawarkan ke Indonesia bisa terus mulus, tak tergerus oleh kompetisi
keras dari pemasok asal Korea Selatan, Eropa Barat dan AS yang rajin
menawarkan skema ToT ke Indonesia. ToT menjadi isu yang krusial,
mengingat pemerintah Indonesia telah mensyaratkan harus adanya ToT dalam
tiap produk alutsista yang di impor.
Tawaran produk
Rusia yang menjadi fokus perhatian utama adalah Sukhoi Su-35 BM, sebagai
calon pengganti jet tempur F-5 E/F Tiger II TNI AU, pembelian gelombang
kedua tank amfibi BMP-3F dan kapal selam diesel listrik Kilo Class.
Terkait hal tersebut, otoritas Rusia dan pemerintah Indonesia akhirnya
berikrar untuk menandatangani perjanjian kerjasama produksi alutsista.
Dikutip dari Janes.com (15/1/2014), rencana kerja sama ini sudah disusun
dalam draft perencanaan untuk ditindak lanjuti dengan negosiasi
industri pertahanan Indonesia.
Kebutuhan akan
pesawat-pesawat ini dikarenakan pesawat F-5E/F "Tiger II" yang sekarang
tergabung di Skuadron Udara 14 harus pensiun karena usia. Panglima TNI Moeldoko
sendiri mengatakan bahwa selain faktor teknis, faktor politik juga
menentukan dalam memutuskan pembelian pesawat tempur tersebut.
Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4,5 buatan "Komsomolsk-on-Amur
Aircraft Production Association". Jika pembelian jadi dilakukan, Su-35
akan melengkapi jajaran Sukhoi yang sudah dimiliki TNI sebelumnya. Jenis
Sukhoi yang sudah dioperasikan oleh TNI AU adalah Su-27 dan Su-30.
Su-27 masuk dalam Skuadron Udara 11 yang berpangkalan di Pangkalan Udara
Utama Hasanuddin, Makassar. Sementara Pemerintah Rusia
menganggap Indonesia adalah negara penting untuk kerja sama
pengembangan ekonomi dan militer.
Pembicaraan antara
Indonesia dan Rusia dibuka 2014 lalu saat Presiden Joko Widodo bertemu
dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin disela-sela pertemuan APEC tahun
2014 lalu. Dilanjutkan dengan Delegasi JSC Rosoboronexport dari Rusia
yang dipimpin oleh Director General of JSC Rosoboronexport Anatoly P.
Isaykin mengunjungi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia Letjen TNI Ediwan Prabowo di kantor Kementerian Pertahanan RI,
Jakarta.
Kementerian
Pertahanan Indonesia mengatakan rencana ini berpusat pada pengembangan
skema offset pertahanan yang mencakup transfer teknologi, produksi
bersama di Indonesia untuk komponen dan struktur, serta pembentukan
pemeliharaan, perbaikan, dan pusat layanan perbaikan alutsista di dalam
negeri.
Kembali ke soal
offset, Indonesia sudah cukup familiar dalam hal kerjasama offset
alutsista. Kilas balik ke tahun 1988 – 1989, Indonesia memilih membeli
F-16 A/B Fighiting Falcon salah satunya karena faktor offset. AS
menawarkan 35% offset, sementara Perancis dengan Mirage 2000 hanya
menawarkan 25% offset kepada Indonesia. Wujudnya PT Dirgantara Indonesia
(d/h PT IPTN) mendapat pesanan untuk memproduksi suku cadang pesawat
F-16. Hasil produksi suku cadang tersebut kemudian di ekspor PT IPTN ke
pihak AS. Ada sekitar lima jenis komponen suku cadang F-16 yang
diproduksi PT IPTN kala itu. Total pesanan offset di atas merupakan
bagian dari kontrak pembelian 12 unit F-16 A/B Fighting Falcon untuk
Skadron Udara 3 senilai US$337 juta.
Apa itu offset?
Dalam setiap pengadaan alutsista di hampir setiap negara dipersyaratkan
adanya defence offset yang dibagi menjadi direct offset dan indirect
offset. Direct offset yaitu kompensasi yang langsung berhubungan dengan
traksaksi pembelian. Indirect offset sering juga disebut offset
komersial bentuknya biasanya buyback, bantuan pemasaran/pembelian
alutsista yang sudah diproduksi oleh negara berkembang tersebut,
produksi lisensi, transfer teknologi, sampai pertukaran offset bahkan
imbal beli.
Perjanjian Rusia-RI
dalam kasus ini termasuk dalam kategori yang terakhir. Karena Rusia
juga menyatakan kesiapannya pelaksanaan ToT untuk setiap alutsista TNI
yang dibeli dari Rusia, mengadakan joint production untuk berbagai suku
cadang alutsista TNI yang dibeli dari mereka serta mendirikan service
center di Indonesia. Semua dengan catatan Indonesia membeli produksi
alutsista dari Rusia.
Sesuai dengan
kebijakan Presiden Joko Widodo dalam memperkuat Poros Maritim, pihak
Kementerian Pertahanan dan TNI AU pun mengincar Be-200, pesawat yang
mampu mendarat di laut. Enath kebetulan atau tidak, Beriev Be-200 juga
turut diikutkan Rusia dalam misi evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 yang
jatuh di Selat Karimata. Keberadaannya berguna untuk patroli di laut
terhadap pencurian ikan di laut dan bisa digunakan untuk membantu
pencarian kecelakaan jatuhnya pesawat di laut.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga sedang mempertimbangkan melanjutkan pembelian kapal selam
Kilo Class Rusia yang dibatalkan awal 2014.
Informasi ini bersumber dari Voice of Rusia tanggal
21/10 mengutip Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Denis Manturov,
mengumumkan setelah pertemuan dengan presiden baru Indonesia, Joko Widodo.
Federasi Rusia dan Indonesia berharap dalam dua tahun ke depan untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral dari 3 sampai 5 miliar dolar. Mereka juga mempertimbangkan kemungkinan kerjasama di bidang energi. Perusahaan Rusia akan membangun pabrik di Indonesia dan penyaringan minyak. Didiskusikan juga perihal pasokan peralatan militer ke Indonesia, termasuk kapal selam diesel Rusia, yaitu proyek 636, - kata Menteri Denis Manturov.
Namun, sumber berita tidak menunjukkan berapa banyak kapal selam yang dibahas dalam diskusi bilateral tersebut. Tapi perencanaan kebutuhan kapal selam yang diungkapkan pada akhir 2013 menunjukkan bahwa kemungkinan untuk membeli tidak kurang dari 10 unit tipe 636 Kilo Rusia.
Namun, sumber itu tidak mengungkapkan bahwa Indonesia akan membeli kapal selam yang digunakan sebelumnya oleh Rusia. Kesepakatan yang lama antara Jakarta dan Moskow dibatalkan karena alasan jaminan kualitas.
Federasi Rusia dan Indonesia berharap dalam dua tahun ke depan untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral dari 3 sampai 5 miliar dolar. Mereka juga mempertimbangkan kemungkinan kerjasama di bidang energi. Perusahaan Rusia akan membangun pabrik di Indonesia dan penyaringan minyak. Didiskusikan juga perihal pasokan peralatan militer ke Indonesia, termasuk kapal selam diesel Rusia, yaitu proyek 636, - kata Menteri Denis Manturov.
Namun, sumber berita tidak menunjukkan berapa banyak kapal selam yang dibahas dalam diskusi bilateral tersebut. Tapi perencanaan kebutuhan kapal selam yang diungkapkan pada akhir 2013 menunjukkan bahwa kemungkinan untuk membeli tidak kurang dari 10 unit tipe 636 Kilo Rusia.
Namun, sumber itu tidak mengungkapkan bahwa Indonesia akan membeli kapal selam yang digunakan sebelumnya oleh Rusia. Kesepakatan yang lama antara Jakarta dan Moskow dibatalkan karena alasan jaminan kualitas.
Jika negosiasi dengan Rusia berhasil, Indonesia
akan menjadi negara ke-2 di Asia Tenggara yang memiliki kapal selam Kilo Class,
setelah Angkatan Laut Vietnam dan menempatkan kekuatan Angkatan Laut bawah air
Indonesia sangat meningkat.
Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam dari tahun 1967, Indonesia telah menerima kapal selam Whiskey Class dari Uni Soviet. Pada tahun 1981, Indonesia membeli dua kapal selam Cakra Class dari Jerman untuk menggantikan Whiskey Class. Tapi selama beberapa dekade unit kapal selam Indonesia tidak bertambah.
Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki armada kapal selam dari tahun 1967, Indonesia telah menerima kapal selam Whiskey Class dari Uni Soviet. Pada tahun 1981, Indonesia membeli dua kapal selam Cakra Class dari Jerman untuk menggantikan Whiskey Class. Tapi selama beberapa dekade unit kapal selam Indonesia tidak bertambah.
Sampai Mei 2012, karena ketidakstabilan di kawasan
LCS, Indonesia telah memutuskan untuk membeli lagi 3 kapal selam Chang Bogo
Class dari Korea Selatan senilai US$ 1,070 juta. Diharapkan, semua
diserahterimakan pada periode 2015-2016.
Indonesia selalu berdiri di luar sengketa teritorial di Laut Cina Selatan [LCS]. Namun, sengketa kedaulatan pulau antara Cina, Vietnam, dan Filipina meningkat, Jakarta terpaksa mengubah strategi militer.
Indonesia selalu berdiri di luar sengketa teritorial di Laut Cina Selatan [LCS]. Namun, sengketa kedaulatan pulau antara Cina, Vietnam, dan Filipina meningkat, Jakarta terpaksa mengubah strategi militer.
TIKUNGAN AKHIR, JAS GRIPEN PUN HADIR
Isu pemilihan
Gripen seri F (tentunya dengan seri E) 32 unit, yang mengeser Eurofigter
typoon mulai ramai dimediakan. Bahkan beberapa kolom tetangga yang ber link dekat penguasa telah menyebutkan beberapa deal kesepakatan. Seperti sebagai bentuk kompensasinya, maka diantaranya Indonesia mendapat TOT dan dukungan penuh
bagi pembangunan mesin mobil murah nasional di 2016 by SAAB Swedia.
Menyimak sebuah tulisan artikel
tertanggal 18 Januari 2015 tersebut telah didapatkan informasi kita telah memilih SU
35 berjumlah terbatas dengan kemampuan penuh.
Status kedua
pesawat tersebut adalah kredit dengan fasilitas kredit luar negeri yang
ditawarkan negara penjual.
JAS Gripen sangat dimungkinkan mengisi sista TNI sebagai pengganti F5 yang hendak dipensiunkan (rencananya press release & MOU awal april ini), sementara kuat dugaan sukhoi SU 35 juga akan melengkapi skuadron sukhoi
yang sudah ada -sampai jumlahnya benar-benar dirasa pantas untuk
membentuk skuadron baru. (informasi yang beredar penujukan SU
35 ini adalah atas petunjuk penghuni teuku umar).
Dalam info inipun ternyata juga terdapat info menarik beberapa sista yang akan diakuisisi TNI. Alusista lain yang sudah dipilih dalam status utang lainya adalah: 3
unit C-130 tanker menyisihkan IL-76, 2 pesawat C295 AEW technology AEW
by SAAB, 2 pesawat amfibi beriev BE-200 yang di-MPA-kan, 3 unit kapal
selam improved project 636, 4 unit C-130 eks ROKAF.
Yang telah dibayar lunas: 7 unit CH-47, BMP-3F & BTR 80 untuk marinir, 3 unit perusak seri KDX II (1 dibangun di Korsel dan 2 dibangun di Indonesia).
Artinya sah juga sas sus tentang rencana Puspenerbal akan mengaktifkan kembali roon tempur 600nya. TNI AL akan memiliki kembali wing tempur, Cilangkap rupanya pandai memberi hiburan dan surprise ini semoga disempurnakan dengan pengisian alutsitanya yang juga GAHAR ! semoga.....
Kumpulan berbagai info berita,artikel
hidup indonesia jika punya 24 kapal selam mas brooo negri segudang pulau masak hanya di diami 2 kapal selam
BalasHapussiplahhhh
BalasHapussiplahhhh
BalasHapushidup indonesia jika punya 24 kapal selam mas brooo negri segudang pulau masak hanya di diami 2 kapal selam
BalasHapussudah hampir terpenuhi capaian mef I & II, jika semua yang sudah dilisted dalam daftar pembelian konsisten? sudah ada SU35BM, SU 34 Platypus, Euro Typhoon, Jass Gripen NG, F16 Block 61, ss300MPA, ss400, BUK M1, Panshyr, Javelin, Milan, NiLaw, R Han 350,SK Type 636, U214/U212, Astute Class? Mef III kali ya, bersama kapal Induk Nusatara, ch. Bogo 1300, TU 22M3 atau Black Jack Tu 120, Tambahan Radar lagi 10- 12 di Indonesia tengah dan Timur, Kirov class, Slava class, MBT Lepard 2A6Ri, Medium Tank Pindad, UAV Drone LIPI PTDI, Kamov 52 aligator, Chinook, AH 47 apache Guardian, UH64 Black Hawk, AH Gandiwa PTDI dan IFX ditunggu, sudah selayak nya Indonesia Berani maju memagari ZEE 200mil,dan berpatroli di samudra hindia dan LCS dengan PD, kasi liat sama pancalongok baik yang mau curi ikan maupun teritory sesekali boleh langsung di shock therapy , ini dadaku mana dadamu. NKRI harga mati.
BalasHapusKementerian pendidikan/Kemenhan hrs segera menyeleksi para mahasiswa yg nilainya bagus (Cumlaude), utk diberi beasiswa menempuh S2/S3 (Fak Naturlugi, Aerodinamika, Radar, Avionic, Hidroulis dan electronika, mekanik pesawat ) dikirim kesemua negara yg bagus pengembangan pesawat terbangnya.
BalasHapusCopy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu