26 Agustus 2012

AKU MENYEBUTNYA ALUR (Menengok suara Hati)

Tinggalkan kami disini, dengan hati saja...
Meski samar, dengan lentera tua nan usang ini maka hati kami tersinari;
Bukan apa-apa...
Sebab hanya ingin menjaga keyakinan jika diujung sana masihlah ada jalan keluar.
Yang remang-remang ini, bahkan tak terpungkiri terkadang gelap menyelimuti;
Adalah kekuatan kami untuk bersama, meyakini tanpa berlebih perasaan suci...
Tak tersandera oleh realita dan suguhan mustahil dalam kedok putus asa...
Biar saja sederhana, biar saja tiada mengapa dalam buai senyap sepi....
Api tak hanya tercipta dari sebuah percik rumit batu jentera;
Tapi hati telah membakar sebagian ruangnya hingga menjelma sebagai pelita jiwa.
Juni ditahun ini, apalah bedanya dengan agustus sekian masa tahun berlalu ??
Tapi sebenarnya aku berbohong, banyak hal telah kau ubah pada rentang Juli tahun ini.
Begitu baik kau memerankan interfal hari siang dan malam Juni, hingga rongga masa maya bulan Juli.



Aihh...ayy,
Sebenarnya apalah yang kutulis ini ??
Apalah yang begitu ingin kututupi ??
Hingga kubawa bulan-bulan lalu tanpa detail aku tahu yang sebenarnya terjadi...??
Cintakah ?? heey, dimanakah kalimat itu tertera selain aku bertanya tadi ?
Galaukah Agustusku ?? Terlalu naif rasanya berlama dengan atribut prosa ribuan kata sastra...
Atau....
Aku alurkan saja klip dan slide hati ini begitu sederhana hingga semua bisa memaknainya dengan leluasa ?
Tentu akan beda hasilnya penafsiran dan maknanya,
Akan semakin banyak tanya tanpa aku berani menjawabnya dengan realita.

Ayy....
Yang kutahu bahwa aku ingin selalu mendengarmu,
Yang kupaham adalah deretan huruf namamu kerap ku eja dengan lirih lagu
Yang terasa adalah coretan pesan disetiap nadaku adalah asaku,
Terkadang aku begitu sabar menunggu..
Terkadang aku begitu panik menilai setiap aksenmu...
Aku selalu ingin definisi,
Selalu ingin ada tanda koma disetiap bait kata, tak pernah ingin berakhir...
Bahkan tanpa sadar menuang makna yang sesungguhnya meski rapi kutata dengan kiasan.

Ketika paruh waktu makin menjalar, aku tertukar keadaan...
Semakin kukenal, semakin nampak asing keadaanku sendiri.
Tapi benar, aku telah menulisnya saat ini...
Sesuatu yang hanya datar akan terbaca...
Tumpukan kata tanpa perlu kernyit cerna sedemikian dalamnya...
Tanpa kelambu prosa yang perlu pijakan khas sastra,
Mengalir begitu saja,
Tertuang...
Dan tercipta dengan sederhana....
Tapi sungguh, aku sangat memahaminya;
Bahwa aku hanya membuang separuh masa ketika hati ingin selalu bertanya tentang kau Ayy....
Bahkan hanya sebuah memori dari situasi dadakan yang kita bilang tanpa sengaja.

Aku tak bisa terpasung jarak dan waktu,
Hal rumit hanyalah membuatmu terbiasa dengan ideku...
Sebab kau mungkin belum tahu tentang lorong waktu,
Di saat sekian orang berkata tanpa berusaha percaya, maka inilah yang terjadi....
Lorong waktu itu ada dan telah kita masuki tanpa butuh setiap orang menyadari....
Sebab hanya jiwa-jiwa yang tertaut dan ditautkan yang merasa nyatanya.
Bukan sekumpulan realita olah karya pemikiran sederhana semata,
Tapi kepelikan kita memahami setiap kesempatan yang sama pada tiap diri manusia terhadap keajaibannya.

Ayy...
Aku berujar tanpa samar, diseparuh lorong yang mulai tak samar...
Tak ingin terus menerus dalam kejutan hasil duga mengira-ngira....
Tapi kalimat sederhana dengan dimensi yang tak terlalu sederhana pemaknaannya,
Aku memainkan lentera dengan sentuhan angin isyarat...
Aku mengayun sesering alun detak jantung yang kian tak teratur.....
Aku telah memerankan babak terpentingnya dengan berterus terang,
Bahkan teramat terang sebelum ujung lorong ini benar terang benderang.




Rainnesannce, Illuminati Bingkai Ilussi Anai-anai Juni :