03 Juni 2013

BOM BUNUH DIRI, POSO


Kejadian Bom bunuh diri di mapolres kembali terjadi. Kali ini pelaku bom bunuh diri beraksi di halaman Polres Poso setelah berhasil menerobos penjagaan. Polisi mengejar identitas pelaku dengan mengecek fisik kendaraan yang digunakan pelaku.
Pelaku yang masuk ke halaman Polres sempat ditahan petugas jaga, tetapi pelaku tetap saja nyelonong masuk dengan menggunakan sepeda motor.


Sebelum meledak, pelaku sempat ditahan anggota jaga Polres Poso Bripda Andry Wahyudi dengan maksud agar melapor di penjagaan. Namun pelaku tetap jalan dan masuk ke dalam lokasi Polres dengan menggunakan sepeda motor.

Karena tidak mau berhenti, Bripda Andry Wahyudi berusaha mengejarnya, pelaku tetap saja masuk ke dalam Mapolres. Tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan dan saat itu Bripda Andry Wahyudi curiga dan secara spontan mengatakan kepada teman-temannya yang ada di penjagaan Polres "Bom Bunuh Diri ini," ucap Bripda Andry.

Kemudian Bripda Andry Wahyudi berlari membunyikan lonceng penjagaan. Tak berapa lama, terdengar bunyi ledakan kedua yang begitu besar.  Akibat kejadian tersebut tubuh pelaku terhambur dan tidak bisa dikenali lagi. Beruntung tidak ada korban jiwa dari anggota Polres Poso.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar membenarkan peristiwa tersebut. "Ya benar di halaman Polres Poso terjadi peristiwa di duga aksi bunuh diri," katanya.

POLISI CEK KENDARAAN PELAKU
"Nomor kendaraan sedang diidentifikasi," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Suhardi Alius, di Gedung Divisi Humas Polri, Jalan Senjaya, Jakarta Selatan.

Identifikasi fisik kendaraan sendiri dilakukan Direktorat Lalu Lintas Polda Sulteng.

Suhardi menambahkan, biasanya para pelaku teror menggunakan pelat nomor palsu dalam aksinya. Namun hal itu tetap akan diusut pihaknya.

"Kita tidak berasumsi, kita periksa semuanya," kata Suhardi.

Bom meledak setelah pelaku sekaligus korban menerobos pintu penjagaan Polres yang dijaga petugas Sabhara Polres Poso.


Kondisi pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, sangat memprihatinkan. Hampir seluruh bagian tubuh pelaku hancur dan berserakan di pelataran parkir dekat Masjid At Taqwa di kompleks mapolres.

“Bom ditaruh di motor, tepatnya di sela-sela paha,” ungkap Kapolres Poso, AKBP Susnadi, saat dihubungi wartawan .

Pihaknya masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengetahui detail bahan bom serta bagaimana ledakan terjadi. Belum diketahui jenis bom apakah termasuk low atau high explosive. Sementara itu, wajah pelaku bom bunuh diri tidak sepenuhnya rusak sehingga masih bisa diidentifikasi.

SEORANG WARGA SIPIL TERLUKA
Ledakan bom bunuh diri di halaman Maporles Poso di Jalan Pulau Sumatera, juga melukai seorang pekerja bangunan yang sedang merenovasi Masjid At Taqwa.

Korban mengalami luka ringan terkena serpihan bom, namun kondisinya stabil. Dia kini menjalani perawatan di rumah sakit.

Sementara itu, petugas forensik dari Polres Poso hingga kini masih melakukan oleh TKP. Olah TKP dilakukan setelah petugas Jibom Polres Poso melakukan penyisiran untuk memastikan tidak ada lagi bom di sekitar lokasi.

Para petugas forensik mengumpulkan dan merekam letak benda-benda yang diduga bahan bom. Petugas juga memeriksa bangkai sepeda motor yang terlempar dan ringsek akibat ledakan keras tersebut.

Personel Kodim 1307/Poso tampak mengamankan di sekitar mapolres. Mereka menghadang masyarakat yang ingin mendekat ke lokasi. Jarak radius 300 meter dari mapolres diamankan petugas.

EVA : TERORIS KAKAP BERKUMPUL DI POSO
"Salah satu dugaan kenapa kelompok teroris seperti mendapat energi lagi adalah adanya napi-napi teroris kelas kakap seperti disersi TNI (Sabar Subagyo), mantan trainer moro (Upik Lawangan), ahli bom (Santoso) dan penjagal (Basri) yang kabur dari penjara semua berkumpul di Poso," kata Anggota Komisi III DPR, Eva Kusuma Sundari di Gedung DPR, Jakarta.
Eva mengatakan faktor lemahnya pengawasan di dalam lapas diduga merupakan kesempatan teroris mengorganisir kelompok dari lapas.
"Sepatutnya mereka ditempatkan di lapas-lapas yang terpisah-pisah," kata Politisi PDIP itu.
Eva mengungkapkan dugaan lain adalah kebangkitan kelompok teroris juga merupakan dampak kampanye kelompok Islam moderat untuk pembubaran Densus 88 yang tentu makin memperberat beban Densus 88.
"Sepatutnya bom di mako Polres Poso pagi tadi menjadi peringatan bahwa persoalan terorisme masih merupakan ancaman serius bagi Islam dan NKRI," katanya.
Ia pun berharap BNPT segera menyelesaikan Cetak Biru Strategi Nasional Penanggulangan Terorisme sehingga ada koordinasi dari lembaga-lembaga terkait program pemberantasan terorisme seperti BIN, BAIS, Densus 88 termasuk TNI dan Polri.
"Blue Print ini penting untuk mengefektifkan program keseluruhan dan tentu untuk menghindari tumpang tindih dan pembiayaan oleh lembaga-lembaga tersebut baik dalam bentuk operasi intelijen maupun operasi pengendalian keamanan," ujarnya.
Ia mengatakan blue print juga akan membantu kesatuan langkah dalam pemberantasan terorisme misalnya keputusan salah satu lembaga intelijen untuk merekrut eks teroris tanpa pertimbangan komprehensif bisa menyebabkan kegagalan operasi penindakan oleh lembaga lainnya.
"Cetak Biru ini mendesak dan darurat mengingat ancaman kelompok radikal Islam sudah menjadi ancaman regional Asia-Pasifik dimana Indonesia diharapkan dapat menjadi mediator konflik internal dengan kelompok muslim radikal di beberapa negara di kawasan ini. Jika Poso masih jadi hot spot maka Indonesia kehilangan legitimasi dan peran penting di dunia diplomasi baik di regional maupun dunia," ungkapnya.

DIKECAM
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengecam keras aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah.
Kepada Tribun Jogja (Tribunnews.com Network), Din Syamsudin mengatakan, segala bentuk kekerasan apalagi yang menghilangkan nyawa orang lain yang dilakukan oleh siapapun kepada orang lain adalah tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, Din juga mengkritik penanganan kasus terorisme di Tanah Air yang tidak transparan.
"Harusnya penanganan terorisme itu terbuka dan transparan, jadi tidak menimbulkan pertanyaan. Tahu-tahu sudah ditangkap, dan selalu pemberantasan terorisme di Indonesia itu ditembak, meskipun ada yang ditangkap. Tapi aktor intelektual dibalik ini semua siapa, itu yang gagal diungkap oleh Kepolisian dan Densus 88," ujarnya usai menghadiri pembukaan Mahathir Global Peace School di UMY, Senin (3/6/2013).
Din Syamsudin menambahkan, aksi terorisme di Tanah Air akan terus ada sebab cara menghadapinya tidak tepat.

Ah, apapun namanya aksi ini telah banyak mencoreng bahkan melukai wajah ibu pertiwi. Damai ini rasanya semakin jauh dari kenyataan. Bahkan beranganpun rasanya enggan, tanpa ingin pesimis berharap lagi tapi tetap damai itu seolah enggan menghinggapi negeri ini. Ada apa denganmu ayy ... ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar