Insiden kedua Fokker 27 TNI AU
Pesawat Fokker 27 milik TNI AU hancur setelah jatuh di Perumahan Rajawali, sekitar Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (21/6/2012). Sebanyak 7 awak serta 3 orang warga meninggal dunia. Pesawat lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma pukul 13.10 WIB untuk misi latihan rutin dan jatuh pukul 14.45 WIB. Penyebab kecelakan Fokker F-27 yang jatuh di kawasan Halim Perdanakusuma Jakarta Timur hingga kini masih dalam penyelidikan. Pesawat yang dikemudikan Mayor Heri Setyawan dan mengangkut enam awak lainnya, memiliki 14.936 jam terbang, sedangkan copilot Lettu Paulus Adi Prakoso di Fokker F-27 128 jam, Letda Ahmad Syahroni di Fokker 27 87 jam. Sesuai dengan sistem kalender, masih ada 23 hari sisa pemeliharaan, 3 bulan sekali diperiksa. Pesawat latih Fokker 27 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang jatuh diketahui dalam kondisi laik terbang. Hal tersebut diungkapkan Kepala Sub Dinas Penerangan Umum, Kolonel Agung Sasongkojati.
Korban Fokker 27 TNI AU bertambah
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal pertama TNI Azman Yunus menyatakan jumlah korban meninggal dalam kecelakaan Fokker 27 milik TNI AU yang Kamis malam dilaporkan berjumlah 10 orang ternyata harus diubah menjadi 11 orang.
"Awalnya korban pesawat Fokker A2708 berjumlah 10 orang. Namun tadi malam bertambah satu orang lagi korban meninggal dunia atas nama Onchi Belorundun," kata Marsma Azman Yunus di Jakarta, Jumat.
Onchi merupakan adik perempuan perwira TNI AU bernama Mayor Adm Johannes Tandi Sosan. Onchi kritis kemarin dan meninggal dunia hari ini.
Onchi dan tiga kerabat Mayor Johannes lainnya yakni Martina Loren Sosan (ibu kandung), Brian Sosan (anak laki-laki), dan Nevlin Tanonen (keponakan) berada di dalam rumah saat Fokker A2708 jatuh di perumahan TNI AU Halim Perdanakusuma. Pesawat Fokker F27 jatuh di kawasan Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Pesawat ini sudah lama akrab dengan Indonesia. Pesawat pabrikan Belanda ini mengabdi di Indonesia sejak 1966. Memasuki pengabdian di tahun ke-46, ada catatan sejarah yang harus ditorehkan. Pesawat ini jatuh dan menimpa sejumlah rumah warga saat akan mendarat.
46 Tahun mengabdi untuk Indonesia
Fokker F-27 pertama
kali beroperasi di Indonesia pada 1966. Bukan TNI AU yang pertama kali
mengoperasikan pesawat ini di Tanah Air, melainkan PT Pertamina. Baru 10 tahun
kemudian, pesawat ini memperkuat Skadron 2 Wing Operasi 001 Lanud Halim
Perdanakusumah.
Di lingkungan
militer, F27 mendapat julukan 'Troopship'. Pesawat bermesin turboprop ini
dirancang dan dibangun oleh produsen pesawat Fokker asal Belanda yang sudah
bangkrut.
Pesawat ini mulai
didesain pada tahun 1950-an dan menjadi pengganti pesawat Douglas DC-3.
Produsen mengevaluasi sejumlah nomor konfigurasi berbeda sebelum akhirnya
memutuskan penggunaan mesin ganda Rolls-Royce Dart. Kabinnya bisa membuat 28
penumpang.
Prototipe pertama,
PH-NIV, terbang pertama kali pada 24 November 1855. Prototipe kedua dan mesin
produksi awal adalah 0,9 m (3 kaki) lebih panjang. Prototipe ini mampu
mengangkut 4 penumpang lebih banyak, yakni totalnya 32 orang. Pesawat ini juga
menggunakan mesin yang lebih kuat yakni Dart Mk 528. engine.
Model produksi
pertama, F27-100, dikirim ke Aer Lingus pada November 1958. Pembeli awal
pesawat ini antara lain Braathens AMAN, Luxair, Ansett, New Zealand National
Airways Corporation, Trans Australia Airlines dan Turkish Airlines.
Pada 1956, Fokker
menandatangani kesepakatan lisensi dengan produsen pesawat AS, Fairchild, untuk
membangun F27 di AS. Pesawat yang dibuat di AS ini terbang pertama pada 12
April 1958. Fairchild juga mengambangkan sendiri versi lain yang dinamakan
FH-227. Kebanyakan pesawat yang dijual Fairchild dibuat di Amerika Utara.
Pada akhir produksi
Fokker F27 di tahun 1987, 586 unit telah dibuat, ditambah 207 F-27 dan FH-227
di Amerika Serikat oleh Fairchild. Sementara itu banyak pesawat yang telah
dimodifikasi dari pesawat untuk layanan penumpang ke kargo. Fedex Express
adalah perusahaan layanan kargo di AS yang pernah menggunakan F27.
Pesawat ini
kemudian dipensiunkan dan digantikan oleh ATR42 dan ATR72 pada akhir tahun
2009. Pesawat terakhir yang dimiliki lantas disumbangkan ke museum penerbangan
Hickory.
Pada awal 1980-an,
Fokker mengembangkan penerus F-27 yakni Fokker 50. Meskipun didasarkan pada
badan pesawat F27-500, Fokker 50 merupakan pesawat baru yang menggunakan mesin
Pratt & Whitney dari Kanada dan memiliki sistem modern. Kinerja dan
kenyamanan penumpang pun ditingkatkan dari F27.
Sementara itu,
Fokker-27 TNI AU yang jatuh di Halim adalah buatan tahun 1977. Pesawat ini
membawa 7 orang, dipiloti Kapten Hery dengan kopilot Paulus. Pilot bersama 5
tentara lainnya tewas, sedang kopilot kritis.
Penghormatan Terakhir Korban Fokker 27
TNI Angkatan Udara menggelar upacara penghormatan terakhir bagi 11 korban tewas jatuhnya pesawat latih Fokker 27, Jumat (22/6/2012) pagi, di Skadron Udara 2, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Empat dari 11 korban merupakan warga yang rumahnya tertimpa pesawat. Pesawat tersebut jatuh di permukiman penduduk, Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma. Turut hadir dalam upacara itu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsudin dan seluruh pejabat TNI AU. Menurut rencana, setelah menjalani prosesi penghormatan terakhir, para korban akan dimakamkan sesuai dengan keinginan keluarga. Ada yang dimakamkan di TMP Kalibata, ada pula yang dibawa ke kampung halaman. Mayor Penerbang Heri Setiawan akan dimakamkan di Yogyakarta, kopilot teknik Agus Supriadi di Taman Makam Pahlawan Kalibata; Letda PNS Ahmad Syahroni ke Bandung; Serka Wahyudi ke Magetan; Serma Simmulato dan Lettu Paulus ke Solo, Sertu Purwo Adianto ke Madiun; serta empat orang warga sipil, yaitu Brian, Naflin, Martina dan Onci, dibawa ke Makassar. Peti jenazah tampak dikawal belasan prajurit TNI berseragam lengkap. Genderang tabuhan mengiringi peti jenazah hingga masuk ke dalam pesawat TNI Air Force dengan nomor ekor A-1317. Suasana duka hinggap di keluarga dan handai taulan yang berada di barisan. Beberapa di antaranya tampak tak kuat menahan kesedihan. Pesawat latih Fokker 27 milik TNI Angkatan Udara jatuh dan menimpa delapan bangunan di RT 11 RW 10, Jalan Branjangan 2, Kompleks Rajawali, Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Kamis (21/6/2012) pukul 14.45 WIB. Pesawat berangkat dari landasan udara pukul 14.10 WIB dengan misi latihan landing dan take off. Pukul 14.45 WIB, pesawat berisi tujuh awak tersebut tampak berputar dua kali di udara dan menurunkan ketinggiannya hingga jatuh. Delapan rumah di RT 10 RW 11, Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, hangus terbakar akibat musibah ini.
(berbagai berita/Indonesia_media)