19 Februari 2015

DEMI IBU PERTIWI KEMBALI



 

Negara ini sedang demam, bangsa ini sedang meriang sehingga banyak geletar yang terasa membuat seolah limbung dan goyah. Negara ini akan hancur ?? Nonsense alias Omong kosong ae,
hadehhh...rasanya beberapa berita belakangan ini terlalu mengejar sensasi. Demi rating terkadang menepikan bobot dan efek samping. Bagiku yang terjadi hanya gejala alam biasa saja. Bagiku yang terjadi belakangan ini  seolah melihat geliat merapi atau batuk anak krakatau saja, hanya perlu waspada agar dampaknya tak terlalu berpengaruh apalagi hingga mengancam keselamatan jiwa. Setiap peristiwa yang menimpa bangsa ini  kuyakini sebagai bagian untuk memperkokoh sejarah bangsa, sebagai timing untuk lebih waspada dan introspeksi untuk tetap berada pada rel GBHN yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Semata hanyalah menjadi pelengkap diaroma rekam jejak sejarah yang memang harus dilalui agar kelak anak cucu kita belajar dan tak mudah untuk terperosok kekacauan hingar bingar politisi senayan ditingkahi kicau LSM dan para pengamat yang kacamatanya sering tertukar hihihi. Bangsa ini sejatinya tumbuh menggeliat, menggurita dan meraksasa, setiap geraknya tentu menimbulkan kelelahan hingga sakit namun pada bagian lainnya tentu imun ibu pertiwi semakin kukuh dan tumbuh semakin kuat. Riap kibar merah putih bukan lagi dihalaman negeri ini, sejatinya telah jauh membumi dan mengangkasa dihampir seluruh pelosok dunia. Merah  keberanian dalam menegakkan keadilan dan kebenaraan dimuka bumi, juga ketulusan yang suci dalam memikul amanah sebagai bangsa yang menjunjung tinggi hak asasi dan perdamaian yang abadi. Barakallah.....


Jika aku atau wahai engkau si fulan telah sanggup mencintai negeri, jika  hanya sanggup menjaga dengan demikian sederhananya kebesaran nusantara ini maka apalah perlu ditanyakan kembali kesanggupan kesetiaan setiap insan bumi putera pertiwi untuk berkorban jiwa raga demi kedaulatan NKRI ? Jawabannya jelas Ya, aku dan kita semua meyakini bahwa negara kesatuan republik Indonesia adalah sah berdaulat, merdeka dan keutuhannya adalah harga mati. Tak ada satupun yang akan sanggup membiarkan NKRI terjatuh, terjerembab apalagi hingga terjajah kembali. Nyawa;lah taruhannya, sesiapapun mengganggu, apapun yang berkhianat adalah sah darahnya tertumpah. Ya, aku tak peduli hak hidupku apalagi hak hidup para musuhku jika menyangkut imanku dan negaraku. Apapun yang merongrong persatuan bangsa ini, aku tutup mataku mengayun senjata meski dia adalah saudaraku sendiri. Republik ini harus tegak dan kukuh agar kelak sanggup gagah menaungi garis trahku. Sekalipun jasad terpendam tanpa nisan, aku tak perlu merisaukankan itu semua ketika bangsa ini dalam garis yang benar menuju muara cita-cita bangsa. Sejumput pengabdianku adalah mutlak demi negaraku. Tiada berpangkal pada jasa, tiada berbilang pada ketenaran namun satu demi kejayaan bangsa dan negaraku, maka bissmillah aku merelakan hidupku jika ibu pertiwi telah memanggil.

 

 
 
 
Setiap anak bangsa ini adalah pecinta damai, penjunjung tinggi kesetaraan dalam persamaan hak dan bertoleransi dalam ragam kemajemukan. Semua adalah anugerah dan bagian kekayaan republik ini yang tiada ternilai. Dari sabang sampai merauke kami adalah satu Indonesia, tiada lain. Perbedaan adalah sumber energi kami demi meyakini nilai persatuan adalah karunia tertinggi republik tercinta ini. Lalu apalah gunanya berita pagi ini bagiku ? Carut marut politik yang selalu berkutat diranah abu-abu semata demi ego kekuasaan semata. Media yang selalu menyudutkan, yang sibuk dengan kegagalan mengatasi gejala pesimisme akut. Deretan kicau mencaci dan menghujat sesama anak bangsa. Sebenarnya aku lebih suka mencibir para jiran negeri yang terkadang lupa akan besarnya negara ini, ya Indonesia raya. Mereka lupa arti sebuah militansi bagi rakyat negeri santun dan senantiasa rendah hati, ya Indonesia. Bahkan aku lebih tertawa jika pemimpin negeri jiran justru lupa sejarah bangsa Indonesia sehingga mudah menekan dan menggertak para pemimpin negeri ini seolah lupa kisah papan catur terbaru dibenua eropa, skakmat IMF, IGGI atau jauh di era Trikora. Bukankah berkali kejadian kita justru sanggup mempermalukan dan membingungkan pengamat negeri sebelah ?? Ya Indonesia, yang berkali pula justru suka bermain diranah halaman istana negera-negara besar dunia mengisi setiap celah berita negeri-negeri jauh dengan lakon kelincahan dan keberanian para patriotnya. Ya Indonesia, yang diam-diam menjadi nafas ekonomi dunia, yang menjadi kekuatan perdamaian bangsa-bangsa dan menorehkan banyak pelajaran berharga bagi sejarah perdamaian dunia. ya Indonesialah negeriku, deretan pulau yang disebut jamrud katulistiwa dengan segudang pesona, hingga mampu membuat bebatan emosi terdalam bagi yang menyandang sebutan sebagai anak bangsa. Dan sungguh miris jika hari ini masih ada saja hujatan dan cacian didalam negeri sendiri sementara dunia sedang sibuk mencetak buku kemasyuran republik ini. Ah, semoga mereka yang mencaci hanya terlalu bersemangat dalam meraih cita-cita bangsa sehingga terlalu terburu menikmati sehingga lupa mawas diri. Atau justru sebenarnya mereka tak tau apa-apa tentang sejarah bangsanya sendiri ?? Semoga terbersit setitik cahaya dan menjadi pencerahan bagi segenap anak bangsa.
Demi merah putih, demi NKRI maka jiwa raga kami.... JAYALAH INDONESIA...
Rain 015

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar