28 Februari 2015

DARI PAPAN CATUR RUSIA, INDONESIA MENATA LANGKAH, MENGEJA GEJALA DUNIA




Ketika itu masih Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang pada Hari Ulang Tahun TNI ke-68 di Skadron Halim Perdanakusuma Jakarta, 5 Oktober 2013, menjanjikan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) RI akan meningkat signifikan dalam waktu dekat hingga akhir tahun 2014. Untuk memodernisasi alutsista sekaligus meningkatkan kualitas sistem pertahanan RI, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan industri pertahanan di dalam dan luar negeri. Ucapan Presiden SBY itu bukan omong-kosong. Sejumlah negara pada akhir Oktober tahun itu membeberkan kerjasama pertahanannya dengan Indonesia.
Sebut saja kerjasama pembuatan Tank dengan Turki, kerjasama ranpur dengan Belarusia, radar dengan Ceko, proyek ambisius KFX/IFX dengan Korea selatan selain pengadaan KS dengan full TOT, rudal dan satelit dengan China, serta beberapa proyek rahasia dengan beberapa negara sahabat lama Indonesia. RI aktif menggandeng berbagai negara untuk memperkuat militernya. Mulai negara-negara di kawasan Asia sampai benua Eropa, semua digaet RI demi transfer teknologi pertahanan. Anggaran modernisasi dan perawatan alutsista TNI sampai akhir tahun 2014 tercatat Rp 99 triliun, dan Kementerian Pertahanan masih membutuhkan tambahan anggaran Rp 57 triliun ketika itu.
 

Perkuatan alutsista TNI bukan untuk membandingkan dan menyamakan dengan kekuatan militer negara tetangga tetapi untuk mengantisipasi dengan melihat dari sisi cakrawala horizon bahwa masa depan dunia ada di Asia Pasifik dengan segala dinamikanya. Kebangkitan Cina, perebutan pengaruh antara AS dan Cina, mengawal sumber daya energi yang ada di laut Cina Selatan, laut Sulawesi, laut Timor, laut Arafuru dan Papua, itu alasan logisnya.




Antara Rusia dan AS
Berlanjut kembalinya hubungan militer Rusia-Indonesia sangat dipengaruhi oleh perpecahan antara Indonesia dan AS.
Washington memberlakukan embargo yang berlarut-larut terhadap penjualan senjata ke Jakarta, dengan menuduh Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Larangan penuh penjualan senjata, termasuk suku cadang, berlangsung sejak 1999 hingga 2005.




AS kini memang telah memperbaiki hubungan dengan Indonesia, tetapi Jakarta sudah belajar untuk tidak menaruh semua menu sistanya dalam satu porsi saja. Indonesia mendiversifikasi impor senjatanya, membeli baik dari AS, Eropa maupun Rusia.

Hal ini ada kaitannya dengan politik luar negeri indonesia yang Non blok sehingga terlihat alutsista gado gado. Alutsista yang diakuisisi dari negara produsen sista berkaitan dengan masalah politik juga. Pemerintahan Jokowi saat inipun tentu akan me mix alutsista kombinasi barat dan timur dengan presentasi 60-40 atau 40-60 seiring arus politik dan ekonomi yang naik turun. Dan yang harus diperhatikan adalah,
1. Tidak ada kompensasi politik apapun, just business no less or more,
2. Berdasarkan undang-undang persenjataan yg ada, setiap pembelian senjata harus ada off-set yang diberikan produsen alutsista. 
Untuk membangun rangkaian Network Centryc warfare System yang kuat dan kokoh secara mandiri maka Alutsista kita juga harus produk sendiri. Setidaknya 70%+ Alutsista harus produk dalam negeri dan target MEF lll di akhir thn 2024 adalah mengarah kepada kemandirian sista produk dalam negeri.  Btw,
Pada 2011, AS setuju mengirimkan 24 jet tempur bekas Lockheed Martin F-16 C/D Block 25 ke Indonesia.
Pada akhir 2012, kedua negara membuka pembicaraan mengenai pengiriman helikopter utilitas Sikorsky UH-60 Black Hawk dan helikopter serbu Boeing AH-64D Apache.
Pendekatan pragmatik ini memungkinkan Jakarta untuk piawai memainkan peran global dan memiliki nilai tawar dalam berdiplomasi serta sanggup melindungi impornya dengan tetap menjaga kenetralanannya dalam urusan militer kawasan regional. Sementara disisi lain juga mengakuisisi sista yang memiliki efek detterent sebagai faktor pembeda dan nilai plus standar netral dengan tekhnik gado-gado alutsista ala Indonesia. Namun jelas tujuan utamanya demi kemandirian industri hankam dalam negeri.

 


Mitra Strategis, Rusia
 

Jumlah kapal selam Indonesia tampaknya akan terus ditambah seiring dengan modernisasi militer Indonesia yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini terkait dengan rencana besar pemerintah Indonesia yeng menginginkan jumlah kapal selam Indonesia mencapai 12 unit pada tahun 2024 mendatang. Kebutuhan 12 unit Kapal Selam Indonesia diyakini sebagai kebutuhan minimal untuk mengamankan perairan Indonesia yang sangat luas dari segala bentuk ancaman kedaulatan Indonesia. 
Rusia sudah mengirimkan 16 pesawat tempur Sukhoi ke Indonesia sejak 2003; masih ada empat pengiriman lagi yang ditangguhkan.
Moskow juga telah menjual kepada Jakarta helikopter Mil Mi-35 dan Mi-17, kendaraan tempur infantri BMP-3F, pengangkut personil berlapis baja BTR-80A, dan senapan serbu AK-102.
Rusia kembali menegaskan tawarannya ke Indonesia untuk memperluas kerja sama di bidang pertahanan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memperkuat posisi Rusia di pasar industri pertahanan dunia.
Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan, rencana yang ditawarkan berpusat pada rancangan pengembangan pertahanan dengan sistem ofset yang mencakup transfer teknologi (transfer of technology/TOT), produksi komponen dan infrastruktur bersama, dan pembentukan pusat layanan pemeliharaan dan perbaikan di Indonesia.
Saat ini, semakin banyak negara yang hanya mau menandatangani kontrak pembelian senjata dengan sistem transaksi ofset. Ofset adalah sistem pembelian barang yang mewajibkan pabrik penghasil sebagai penjual untuk memberikan lisensi pembuatan sebagian komponennya pada industri di negara pembeli.
Dengan sistem transaksi ofset, negara-negara berkembang, seperti di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, yang mengimpor senjata dari Rusia tak hanya menerima ‘perangkat’ senjata, tapi juga mendapat hak untuk merakit, merancang, memodifikasi, serta memiliki lisensi untuk mengekspor kembali senjata hasil pengembangan mereka.


Kementerian Pertahanan mengatakan, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin telah menyampaikan tawaran ini kepada Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu pada 15 Januari 2015 lalu, demikian yang ditulis situs IHS Jane’s. Tawaran ini sekaligus menindaklanjuti usulan serupa yang diajukan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Presiden RI Joko Widodo dalam pertemuan antara kedua pemimpin negara tersebut di KTT APEC di Beijing, Tiongkok, pada November 2014 lalu. remlin telah menyadari tren jual-beli senjata yang tengah berkembang. Dalam pertemuan Komisi Kerja Sama Militer Teknis yang diselenggarakan pada April 2014 lalu, Presiden Putin pun membahas pentingnya mempelajari penggunaan metode keuangan dan pemasaran modern, termasuk penggunaan sistem transaksi ofset.


Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah membeli beberapa pesawat tempur multifungsi dari Rusia, yakni Su-27 dan Su-30, sepuluh helikopter Mi-35, 14 helikopter Mi-17, 17 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, 48 kendaraan lapis baja BTR-80A, dan sembilan ribu senapan Kalashnikov AK-102. Pada Desember 2011, Rusia dan Indonesia telah menandatangani kontrak pengiriman enam pesawat tempur ke Indonesia seharga 500 juta dolar AS. Dapat dikatakan, kompleks industri pertahanan Rusia memiliki tempat yang kuat dalam perbendaharaan senjata Indonesia. Rusia terus bertahan di peringkat kedua dunia dalam jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ekspor senjata dan teknologi militer. Pada awal 2014 lalu diumumkan hasil akhir pendapatan ekspor senjata selama 2013 telah melewati angka 15 miliar dolar AS. Dalam waktu sepuluh bulan terakhir, Presiden Vladimir Putin mengumumkan saat Sidang Komisi Bidang Kerja Sama Militer bahwa para pemesan mancanegara telah mendapatkan teknologi militer milik Rusia seharga 10 miliar dolar AS, atau mencapai 70 persen dari volume pengiriman yang ditargetkan dalam tahun berjalan. Jumlah pesanan produk industri pertahanan Rusia dari luar negeri kukuh bertahan di angka 50 miliar dolar AS, dan tahun ini para produsen senjata Rusia telah menandatangani kontrak ekspor senjata baru yang nilainya mencapai 7,5 miliar dolar AS. 
Polemik seputar pemberian sanksi terhadap para produsen senjata Rusia berangsur-angsur menurun secara perlahan, ditandai dengan pameran-pameran senjata dan teknologi militer internasional yang mengundang para pakar senjata dan teknologi militer Rusia beserta produk pertahanan negara dengan teknologi muktahir miliknya.

 

Jika pada Juli lalu sebagian delegasi Rusia tak dapat hadir dalam pameran aviasi di Farnborough, pinggiran kota London, karena berbagai penyebab, maka pameran teknologi angkatan laut Euronaval 2014 pada Oktober lalu di Paris justru dihadiri oleh seluruh perwakilan Rusia yang terkait dengan bidang tersebut. Dalam pameran itu, 19 perusahaan Rusia mendapat area khusus untuk memamerkan produk buatannya, beberapa di antaranya adalah Sevmash, Severnoye PKB, Admiralteyskiye Verfi, Baltiyskiy Zavod, Almaz, dan berbagai perusahaan lain. Mereka memamerkan 180 model baik kapal besar, kapal kelas kecil, kompleks peluncur roket dan persenjataan berat, serta berbagai persenjataan muktahir lainnya.
Terbukti ketika pameran internasional bidang aviasi dan antariksa terbesar di Asia, Airshow China dibuka di Kota Zhuhai, pameran tersebut dihadiri oleh para delegasi Rusia yang membawa 1.500 produk buatannya. Salah satu dari produk tersebut adalah pesawat tempur multifungsi Su-35, yang rencananya akan dibeli oleh Tiongkok sendiri. Berdasarkan pernyataan dari kepala delegasi grup perusahaan Almaz-Antey Vyacheslav Dzirkaln, para pakar ahli perusahaannya akan melakukan presentasi kepada para mitra Tiongkoknya mengenai salah satu jenis modernisasi dari sistem peluncur rudal balistik Top-M1, yang sebelumnya pernah dikirimkan ke Tiongkok.


Perkembangan hubungan bilateral di jalur pengiriman sistem pertahanan udara terbaru Rusia untuk Tiongkok yang dikategorikan sebagai jenis senjata bertahan ini memiliki arti khusus dalam kondisi aktual saat ini. “Perkembangan tersebut akan membantu memperkuat stabilitas keamanan di wilayah Asia Pasifik,” tegas Vyacheslav Dzirkaln dalam wawancaranya bersama TASS.


Sebelum pameran di Zhuhai, berlangsung pula pameran senjata dan teknologi militer internasional Indo Defense 2014 di Jakarta. Dalam pameran tersebut, produk-produk Rusia ditampilkan secara gemilang.


Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah membeli beberapa pesawat tempur multifungsi dari Rusia, yakni Su-27 dan Su-30, sepuluh helikopter Mi-35, 14 helikopter Mi-17, 17 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, 48 kendaraan lapis baja BTR-80A, dan sembilan ribu senapan Kalashnikov AK-102. Pada Desember 2011, Rusia dan Indonesia telah menandatangani kontrak pengiriman enam pesawat tempur ke Indonesia seharga 500 juta dolar AS. Maka dapat dikatakan bahwa kompleks industri pertahanan Rusia memiliki tempat yang kuat dalam perbendaharaan senjata Indonesia.


Selain itu, Malaysia juga merupakan salah satu mitra yang menjanjikan bagi Rusia dalam bidang persenjataan dan teknologi militer di Asia Tenggara. Bukan tahun pertama Kuala Lumpur menggunakan pesawat tempur multifungsi Rusia Mig-29 dan Su-30MKI. Dalam perbendaharaan senjata Malaysia, terdapat juga kompleks peluncur rudal anti-tank Metis-M1 dan kompleks peluncur rudal antipesawat Igla.

Kerja sama teknologi militer dengan negara-negara asing merupakan hal yang serius dan rumit, sekaligus sangat kompetitif. Namun, contoh yang telah dijabarkan di atas telah menunjukkan bahwa para produsen senjata Rusia mampu memenangkan kompetisi di pasar senjata dunia dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Hal tersebut bisa terwujud bukan hanya karena produk persenjataan Rusia yang lebih baik dan andal dibanding negara lain, namun karena Rusia juga tak pernah melakukan pengiriman senjata menggunakan paksaan ataupun ancaman pemberian embargo.





Sebenarnya sebuah komisi antar pemerintah untuk kerja sama teknis militer telah dibentuk sejak 2005. Bahkan pada 2007, Moskow telah memberikan pinjaman sebesar $1 miliar kepada Jakarta guna membeli berbagai peranti keras militer Rusia.


Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia telah berkembang hingga ke luar perdagangan senjata.


Pada 2011, angkatan laut Rusia dan Indonesia berlatih tindakan pencegahan bajak laut dalam latihan bersama mereka yang pertama sepanjang sejarah.Rusia dan Indonesia juga melanjutkan kerja sama multilateral dalam format ASEAN. Pada bulan Juli 2004, Rusia dan ASEAN menandatangani sebuah deklarasi tentang tindakan pencegahan bersama melawan terorisme.
Pertemuan Menteri-Menteri Pertahanan ASEAN Plus Latihan Kontraterorisme dilakukan di Indonesia pada tanggal 9-13 September.
ASEAN dan Rusia pun menyelenggarakan pertemuan tahunan dan sesi-sesi kelompok kerja menyangkut keamanan maritim, bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, obat-obatan militer, operasi penjagaan kedamaian, dan aksi ranjau kemanusiaan.








Federasi Rusia (kala itu masih Uni Soviet) mulai menjual senjata kepada Indonesia segera setelah kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1950.
Pada tahun-tahun awal itu, personil angkatan laut dan udara Indonesia dikirim untuk belajar ke Uni Soviet. Namun demikian, hubungan ini memburuk pada pertengahan 1960-an karena alasan politik.


Kedua pihak berusaha untuk melanjutkan hubungan pada awal 1990-an, tetapi sejumlah faktor membuat mereka tidak dapat membangun kembali hubungan yang dekat hingga tahun 2000-an.
Sebagai contoh, telah dilakukan beberapa kali pembicaraan mengenai pengiriman pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-30 ke Indonesia sejak 1997, tetapi unit-unit contoh pertama tipe ini baru berhasil dikirimkan tahun 2003.





Pada hari Senin, tanggal 27 Januari 2014, bertempat di Pusat Latihan Tempur (Puslaptur) Karang Tekok, Jakarta, telah dilaksanakan upacara penyerahan kendaraan tempur amphibi infanteri buatan Russia, BMP-3F, kepada korps marinir Indonesia. Menurut pendapat para ahli militer, sebanyak 54 BMP buatan Russia dapat meningkatkan ketahanan dan kekuatan marinir Indonesia secara signifikan. BMP-3F (amphibi) memang merupakan modifikasi dari BMP-3, yang diciptakan untuk angkatan laut. Kendaraan tersebut telah diakui oleh para ahli militer sebagai salah satu yang terbaik di kelasnya.
Sebagai pemain baru, BMP-3F harus berkompetisi dengan kendaraan tempur milik Amerika (Bradley), CV-90 buatan Swedia dan Marder-2 buatan Jerman. Yang menjadi perbedaan BMP-3F dengan yang lainnya adalah ukuran kendaraan yang lebih kompak, sehingga hanya memiliki berat 20 ton. Inilah yang membuat BMP dapat diangkut lewat jalur udara ataupun kapal pendarat kecil, namun tak mengurangi kemampuan berperangnya yang tetap bisa melebihi pesaing.


 

Kemampuan lain, kendaraan tempur ini berbeda dengan kendaraan tempur sekelasnya. BMP-3 dapat bergerak di air dengan bantuan mesin jet air di belakang kendaraan tersebut. BMP juga dapat bergerak di air dengan kecepatan relatif tinggi, yaitu 10 km/jam. Kemampuan untuk berperang di air dan mendarat di pantai bahkan pada saat terjadi ombak dengan kecepatan angin berskala 3.
Peralatan pengurasan air yang cepat (1500 liter/menit) membuat BMP aman berada di air tak kurang dari 7 jam. Konstruksi BMP-3F juga memungkinkan untuk menarik kendaraan tempur sekelas BMP di dalam air, ataupun ditarik oleh kapal perang. Kapal ini juga dilengkapi dengan gabungan persenjataan dalam satu wadah. Ini merupakan murni buah pikiran pembuat senjata asal Rusia.BMP-3 pada bagian turel (di atasnya) dilengkapi dengan senapan 100 mm dan juga peluncur rudal anti-tank. Jarak tembaknya mencapai 4 000 m, sedangkan hulu ludak kumulatif rudal dapat menembus kendaraan lapis baja setebal 700 mm.
Di BMP-3 juga terdapat senapan 30 mm yang diperuntukkan untuk peperangan dengan sasaran udara dan kendaraan tempur darat kelas lapis baja ringan. Kecepatan tembaknya rata-rata 500 kali/menit. Di sana juga dirancang senapa mesin kaliber 7.62 mm PKT. Di 2 sisi bagian depan BMP, terdapat 2 senapan mesin yang dapat dioperasikan oleh salah satu dari awak kendaraan lapis baja yang duduk di samping pengemudi, ataupun pengemudi itu sendiri.
Di dalam BMP juga disediakan tempat untuk peluncur granat genggam, peluncur roket ringan “Igla” dan “Strela-2”, ada juga dudukan untuk senapan mesin dan peluncur otomatis granat AGS-17 “Plamya”. Kendaraan tempur itu sendiri dapat menampung sampai 7 personil di dalamnya.
Sebagai perbandingan, CV-90 buatan Swedia memiliki senapan otomatis 40 mm. “Bradley” buatan Amerika memiliki senapan 45 mm, sedangkan. “Marder-2” buatan Jerman memiliki senapan 50 mm, yang menjadi dasar percobaan kendaraan tempur dengan persenjataan kaliber 75-120 mm. Tetapi berat kendaraan tersebut membuatnya masuk kategori yang lain, sehingga tidak bisa dibandingkan lagi dengan BMP-3.


Tetapi bukan karakteristik kendaraan tempur ini saja yang menjadikan kendaraan tempur Russia tersebut terdepan. Keunggulannya dibuktikan oleh lolos uji praktek yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sebagai contoh, di Uni Emirat Arab.


Di era 90-an, telah terjadi operasi militer pertama Storm Dessert angkatan perang Amerika dan Inggris melawan Irak. Saat itu, perusahaan pemerintah Russia Rosoboroneksport pertama kali menawarkan ekspor kendaraan perang baru. Pada saat tender, perusahaan Russia harus melawan Bradley milik Amerika.
Seperti yang teringat oleh saksi mata kejadian itu, pesawat transport militer Russia mendarat di pangkalan militer Amerika di UAE dan menurunkan 2 unit BMP-3 yang disamarkan dengan warna pasir di gurun. Setelah itu, truk trailer pun dibawa ke pusat latihan tempur milik Amerika untuk diujicoba.


Percobaan yang dilakukan untuk pengujian sangatlah ekstrem: dengan suhu udara 45-50 derajat Celsius, dan kelembaban 90%.
BMP harus melewati bukit berpasir dengan kecepatan maksimum yang berjarak tidak kurang dari 2000 km. Di puslatpur tersebut juga diadakan uji tembak sasaran untuk BMP. Pada saat yang sama, uji tembak sasaran juga dilakukan oleh Bradley. Ujian terdiri atas kemampuan mengenai sasaran yang tidak lebih dari 1 km. Dalam ujian ini, BMP-3 dapat mengenai sasaran berjarak 2 km lebih.
Kontrak pun ditandatangani oleh Moskow dan Abu Dhabi mengenai ekspor BMP-3. Dan dari situlah, pintu kesempatan untuk ekspor kendaraan tersebut ke Indonesia terbuka. Rosoboroneksport tidak membeberkan isi dari kontrak tersebut. Pengiriman pertama sebanyak 17 unit sudah dilakukan Russia pada tahun 2010.Kontrak baru untuk pengiriman kedua BMP-3F telah ditandatangani bulan Mei 2012. Berdasarkan informasi media setempat, kontrak itu bernilai 114 juta dolar AS, di mana Jakarta memesan lagi 37 unit BMP-3F dari Moskow. Tentara Nasional Indonesia (TNI) sangat puas dengan performa BMP-3F, baik dari segi mobilisasi sampai kemampuan perang dan tembak kendaraan tersebut.




TNI AU Berharap Su-35

TNI Angkatan Udara (AU) Indonesia menilai pesawat Sukhoi Su-35 buatan Rusia memenuhi spesifikasi untuk melengkapi kekuatan TNI AU. Hal tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Agus Supriatna kepada kantor berita Antara, Rabu (4/2). 

“Semoga pengadaan pesawat Sukhoi Su-35 disetujui pemerintah. Semua boleh menawarkan (pesawat), tapi keinginan kami sebagai orang-orang operasional ingin kalau bisa pesawat generasi IV ke atas,” ujar Supriatna usai membuka Rapim TNI AU di Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur.


Menurut Supriatna, selain memenuhi spesifikasi, pesawat Sukhoi Su-35 dipilih TNI AU karena perawatan pesawat tersebut lebih mudah dilakukan.
TNI AU menginginkan pesawat tempur yang lebih canggih untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger II yang telah memasuki masa pensiun.







Opsi pembelian 16 pesawat tempur Su-35 dari Rusia tengah dipertimbangkan Kementerian Pertahanan Indonesia. Opsi pembelian pesawat tersebut telah lama dibicarakan dalam pertemuan perwakilan Kementerian Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro (kala itu) dengan Kepala Staf dan Komando Angkatan Udara Rusia pada pertengahan Januari 2014 lalu.


Saat ini Indonesia memiliki 16 pesawat tempur Su-27SK/SKM dan Su-30 MK/MK2. Hingga 2024, akan ada delapan skuadron yang berisi 16 unit pesawat tipe “Su” per skuadronnya. Kemungkinan skuadron tersebut akan diisi oleh pesawat unggulan saat ini, yakni Su-35.




Dari RBU hingga Yakhont


Pada saat ini sangat diyakini kita sudah mampu memproduksi rudal SAM jarak sedang yang digelar statis atau mobile. Pada era ini juga kita sudah mampu memproduksi Panser canon, Tank medium, kapal Light Fregat dan Kapal selam. Artinya pengadaan alutsista strategis kecuali jet tempur sudah dikuasai oleh industri hankam dalam negeri. Dengan kata lain pada periode renstra 2015-2019 itu 70% kekuatan militer kita sudah based on industri hankam dalam negeri
Namun mari kita tengok sejenak apa yang tersemat dan tak bisa kita tepikan kehadirannya. 

RBU (Reaktivno-Bombovaja Ustanovka ) 6000 Sosok senjata yang sangar ini boleh dibilang menjadi sajian favorit TNI AL dalam gelar-gelar latihan tempur, seperti pada level Latihan Gabungan TNI. TNI AL cukup beruntung memiliki jenis senjata ini, sebab RBU-6000 termasuk senjata anti kapal selam di era Perang Dingin yang cukup diandalkan oleh negara-negara pakta Warsawa. RBU-6000 mulai dioperasikan oleh AL Uni Soviet pada tahun 1960-1961.


Adaptasi RBU-6000 cukup luas, tidak hanya kelas korvet, jenis frigat hingga destroyer juga lazim mengandalkan RBU-6000. Pengoperasian RBU-6000 sudah tergolong modern, yakni dengan sistem kendali otomatis dari pusat informasi tempur yang mengandalkan Burya fire control system agar akurasi serta arah elevasi multi larasnya dapat terjaga.


Secara total, pola penembakkan RBU-6000 dapat di setting untuk satu kali tembakan, 2x, 4x 8x atau salvo 12x. Menyadari panasnya laras setelah dilakukan penembakkan, dilakukan pendinginan dengan air. Bila amunisi sudah habis, sementara kapal selam yang diburu belum ‘keok’ juga, tak jadi masalah. RBU-6000 siap melakukan reload amunisi secara otomatis dengan teknologi 60UP loading system yang terletak dibawah dek peluncur.


Umumnya tiap-tiap peluncur dapat memuat magazine yang berisi 72 hingga 96 roket. Jumlah yang cukup besar untuk mengkandaskan atau paling tidak membuat kapal selam musuh rusak berat. Satu unit RBU-6000 memiliki berat 3.100 kg, lebar 2 meter, tinggi 2,25 meter, dan lebar 1,75 meter. Untuk menyesiakan arah sasaran, tingkat elevasi dapat disesuaikan mulai dari -15 sampai 60 derajat. Untuk sudut putarnya mencapai 180 derajat.

TNI AL saat ini tak hanya mengandalkan sang legend RBU, namun arsenal matra ini telah dilengkapi usungan rudal dengan efek deterrent sangar yang tersemat pada yakhont.



RI-RUSIA semakin mesra
Dalam Indo Defence Expo Forum yang diadakan di Indonesia pada 2012, ketika itu menhannya Purnomo Yusgiantoro meminta agar Rusia melibatkan diri secara langsung dalam mengembangkan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.


Permohonan ini membuka lebih banyak kesempatan untuk bekerja sama. Moskow pun sudah menawari Jakarta bantuan untuk mengembangkan pertahanan udaranya.


Sekarang ini, pasukan pertahanan udara Indonesia hanya memiliki sistem misil surface-to-air (SAM) jarak dekat.


Viktor Komardin, wakil kepala eksportir senjata milik pemerintah Rusia, Rosoboronexport, berkata Moskow dapat menjual sistem SAM secara satuan kepada Jakarta maupun membantunya membangun jaringan pertahanan udara yang komprehensif.
Mengutip kalimat Edy Prasetyono, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia: "Kerja sama militer Indonesia-Rusia belum mencapai kemajuan yang signifikan tidak hanya dalam penjualan militer, melainkan juga dalam bidang-bidang kerja sama militer lain seperti praktik, latihan, dan pendidikan militer. Terdapat banyak bidang yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh kedua negara: tindakan antiteror, operasi bantuan bencana, dan pertukaran personil.

Kedua kedutaan di masing-masing ibukota perlu berinteraksi lebih intensif untuk menentukan tujuan bersama dan merumuskan kebijakan operasional untuk mencapainya. Indonesia kini memiliki anggaran industri pertahanan yang akan digunakan untuk mengembangkan industri pertahanan melalui kerja sama internasional. Maka dari itu, masih ada ruang bagi Rusia untuk bekerja sama dengan Indonesia terutama dalam mengembangkan platform senjata tertentu. Kedua negara perlu bernegosiasi tentang bidang yang satu ini."


Rusia Siap  Berbagi Alutsista Mutakhir ke Indonesia



Dalam sesi konferensi pers di kediaman Duta Besar Rusia di Jakarta, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov membenarkan bahwa Rusia berminat meningkatkan kerja sama militer dengan Indonesia sebagai pemasok sista andalan TNI.
Alutsista yang ditawarkan Rusia ke Indonesia diantaranya adalah pesawat tempur Su-35 BM, kapal selam Kilo project 636, Helikopter Mi-17, Helikopter Mi-35, tank medium Amphibi BMP-3F dan lainnya. Bahkan dikabarkan Rusia juga menawarkan pesawat amphibi Be-200 untuk menjadi alutsista TNI dalam mengatasi illegal fishing yang marak terjadi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi Presiden RI yang menginginkan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.

Menurut Margulov, Rusia siap untuk mengadakan berbagai jenis alutsista termutakhir ke Indonesia. Namun, Margulov menambahkan, bukan hanya kerja sama teknis militer yang dibicarakan, tetapi juga kerja sama antara kementerian pertahanan.


“Dalam pertemuan saya bersama Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, kami juga membahas mengenai pertukaran kerja sama antarkementerian pertahanan. Rusia bisa mendatangkan kapal-kapal militer ke Indonesia, atau bisa juga melakukan pertukaran kunjungan kapal, atau berbagai format kerja sama lainya yang biasa dilakukan dalam kerja sama militer”.


Margulov berkunjung ke Indonesia dalam rangka memperingati 65 tahun hubungan diplomatik Rusia dan Indonesia. Sebelum menghadiri perayaan di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Margulov terlebih dulu menemui Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani. Kedua belah pihak telah membahas berbagai hasil kerja sama kedua negara selama sepuluh tahun terakhir serta tantangan kedua negara dalam menghadapi berbagi isu sosial, politik, dan ekonomi di lingkup bilateral, regional, dan internasional.



Sekilas pandang, menuju 10 besar militer dunia



Visi hankam RI memang seharusnya tidak lagi melihat Singapura atau Malaysia sebagai kompetitor. Tetapi bergerak ke cara pandang yang lebih luas bahwa dengan kemampuan ekonomi yang maju pesat dan stabil, kita harus mampu menjaga kedaulatan dan kewibawaan wilayah RI dengan racikan  militer yang kuat, modern dan profesional. Bahwa seluruh wilayah negeri ini harus dikawal dengan kekuatan militer untuk menjaga sumber daya energi tak terbarukan. Tak lagi memunggungi laut, sebab dari laut saja kita  mampu menghasilkan  puluhan trilyun rupiah per tahun jika dikawal dan dikelola dengan smart efektif. Ke depan sumber daya energi tak terbarukan di laut termasuk isi laut itu sendiri akan menjadi pusat eksplorasi dan eksploitasi untuk menghidupi dan memajukankan ekonomi bangsa ini sekaligus menjadi nilai tak terbantahkan dari nilai dasar pengadaan alat dan penjamin kelangsungan pertahanan RI.


  
Berikut perhitungan beberapa variabel kekuatan militer Indonesia yang dihitung oleh sebuah lembaga pemeringkat kekuatan militer dunia Global FirePower military dimana Indonesia berada di urutan 12 dengan Power Index: 0.5231


TENAGA KERJA

Melampaui Total peralatan militer yg ada dimana ketersediaan jumlah tenaga kerja yg sewaktu waktu siap untuk melayani negara dalam sebuah keadaan perang jumlahnya cukup besar. Hal ini mendorong kekuatan militer indonesia ke arah kesiapan tempur pada titik tertentu.


Jumlah penduduk: 253,609,643

Tenaga kerja : 129,075,188

Personil aktif : 476.000

Personil aktif Reserve: 400.000

Reaching military age annualy : 4.455.139


KEKUATAN DI DARAT

Tank tempur utama, light tank dan tank penghancur Termasuk jg pengangkut personel lapis baja (APC) dan Infantry Fighting kendaraan (model APC).


TanK: 468 UNIT

Lapis baja (AFVs): 1,089

Self-propelled senjata (SPGs): 37

Artileri: 80

MLRS: 86


KEKUATAN UDARA

Jumlah pesawat tempur termasuk pesawat sayap tetap dan rotary.


Jumlah pesawat: 405

Pesawat tempur/sergap: 30

Pesawat bersayap tetap: 52

Pesawat Transportasi : 187

Pesawat latih: 104

Pesawat lain: 148

Helikopter serbu : 5


KEKUATAN ANGKATAN LAUT

Jumlah kapal perang dan beberapa material yg lainnya.


Kapal perang: 171

Kapal induk: 0

Fregat: 6

Kapal perusak: 0

Kapal Corvette: 26

Kapal selam: 2

Pertahanan pantai : 21

Mine Warfare: 12


SUMBER DAYA (MINYAK)

Minyak tetap nyawa dari kekuatan dalam suatu perang.


Produksi minyak: 983,000 bbl/hari

Konsumsi minyak: 1,355,000 bbl/hari]

Proven oil reserves : 4,030,000,000 bbl/hari


LOGISTIK

Salah satu variabel penting untuk memenangkan sebuah peperangan adalah logistik. Jumlah Tenaga kerja yang mencerminkan juga sebuah kekuatan memanfaatkan industri untuk perang secepat mungkin.


Angkatan kerja: 120,000,000

Merchant Marine strength: 1,340

Pelabuhan utama : 9

Cakupan jalan: 437,759km

Cakupan Kereta api: 5,042km

Jumlah Bandara: 673


KEUANGAN (dalam USD)


Terlepas dari kekuatan memanfaatkan militer dalam jumlah, perang masih didorong oleh pembiayaan sebanyak apapun.


Anggaran pertahanan: $6,900,000,000

External debt : $223,800,000,000

Reserves of foreign exchange and gold : $83,450,000,000

PPP: $1,285,000,000,000


GEOGRAFI (km)

Nilai-nilai geografis terutama keaslian angka ke dalam perang defensif-berpikiran (berlaku invasi).


Luas wilayah : 1,904,569 km

Pantai: 54,716 km

Panjang Perbatasan: 2,958 km

Waterways : 21,579 km


Berikut Urutan Lengkap :


1. USA Pwrindx 0.1661

2. Rusia 0.1868

3. China 0.2341

4. India 0.2695

5. Inggris 0.2743

6. Prancis 0.3065

7. Korsel 0.3098

8. Jerman 0.3505

9. Jepang 0.3836

10. Turki 0.4335

11. Israel 0.4074

12. Indonesia 0.5231

13. Australia 0.5281

14. Canada 0.5625

15. Taiwan 0.5671

16. Italia 0.5735

17. Pakistan 0.6122

18. Mesir 0.6214

19. Polandia 0.6688

20. Thailand 0.6833


Sumber GFP 2015.




Kekuatan Militer Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan hasil program modernisasi militer Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Program Minimum Essential Force (MEF) Restra I yang sudah dijalankan pada tahun 2009 sampai 2014 ini. Hasil dari belanja alutsista TNI pada MEF I-II ini sudah bisa sebagian kita lihat pada HUT TNI ke-69 yang dirayakan beberapa waktu lalu di Surabaya. Semua terlihat jelas pertambahan kualitas dan kuantitas kekuatan militer Indonesia. Dalam pergeleran itu ada banyak sekali alutsista kelas wahid yang baru tiba di Indonesia yang dipamerkan kepada rakyat Indonesia, diantaranya MBT Leopard, KRI Bung Tomo Class, PKR/KCR produk dalam negeri, Su-30/27, heli tempur canggih serta beberapa kendaraan pengusung rudal dan radar andalan TNI yang kesemuanya itu tercatat dan terpublish resmi oleh kemenhan RI. 

(hehehe...jadi ingat sebuah pertanyaan menggelitik, lah yang ngawal pekarangan/teritori kita tuh siapa dan yang mana tuh ?? masak pada kongkow di Surabaya ??)



Terbaru 2015 untuk TNI AD



Penambahan kekuatan militer Indonesia untuk matra angkatan darat (AD) ditandai dengan banyaknya alutsista TNI AD terbaru dalam tahun 2014 ini.Diantaranya adalah MBT Leopard, Howitzer 155mm Caesar, MLRS Astross II Mk6 dan masih banyak lagi. Bahkan Alutsista TNI AD akan dilengkapi dengan Helikopter serang terbaik dunia yaitu AH-64E Apache dari AS beberapa tahun mendatang.

Berikut daftar alutsista TNI AD terbaru yang akan menambah kekuatan militer Indonesia tahun 2015 ini :

a. 103 unit MBT Leopard 2A4/2RI (sekitar 30 unit sudah tiba di Indonesia) b. 50 unit IFV Marder (sekitar 22 unit sudah tiba di Indonesia) c. 38 unit Howitzer 155 mm Caesar ( 4 unit sudah tiba) d. 36 unit MLRS Astross II Mk6 (beberapa sudah tiba di Indonesia) e. 24 unit Heli Bell-412 EP (sebagain sudah di serahkan sejak 2013) f. 12 unit Heli serang Fennec (sebagian akan direahkan tahun ini) g. Upgrade AMX-13 (sedang berjalan) h. Panser Anoa (produksi dalam negeri) i. 5 Battery Rudal Starstreak j. 5 Battery Rudal Mistral.

Militer Indonesia matra darat 2015 nanti masih akan ditambah dengan alutsista-alutsista yang sedang dalam proses pembuatan dan akan datang dalam beberapa waktu kedepan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. 180 unit Rudal Anti Tank Javelin b. 150 Rudal Anti Tank Nlaw c. 8 unit Helikopter Serang AH-64 E Apache d. dll


Terbaru 2015 untuk TNI AU


List alutsista terbaru TNI AU sepanjang tahun 2015 nanti akan diperkuat pesawat tempur Hibah Upgrade F-16 ‘setara’ Block 52 dari Amerika sudah mulai berdatangan. Berikut adalah daftar penambahan kekuatan militer Indonesia terbaru 2015 nanti untuk Angkatan Udara :


a. 16 unit Super Tucano EMB-314 (8 unit sudah datang) b. 16 unit T-50i (sudah datang semua) c. 24 unit F-16 setara Block 52 (5 unit sudah tiba) d. 9 unit pesawat angkut C-295 (7 sudah diterima) e. 9 unit Pesawat Angkut C-130 H (2 unit sudah diterima) f. 6 unit Heli Cougar (dalam proses produksi) g. 1 Simulator Sukhoi h. 2 Battery Skyshield 35 Mk-2 (sudah tiba)


Matra udara juga akan ditambah dengan Upgrade 10 F-16 Block 15 OCU, penggantian F-5 TNI AU, penambahan 7 unit C-295, pesawat ampibhi Rusia, pesawat tanker dan penambahan drone. Penambahan alutsista ini nanti akan menjadi pendukung visi poros maritim Indonesia serta kemampuan jauh menusuk lawan jika terjadi konflik.
Renstra TNI periode 2015-2019 diharapkan juga TNI AU menambah sedikitnya 3 skuadron jet tempur tangguh. Ini sangat realistis, jenisnya bisa jadi dari serial Sukhoi Family misalnya Sukhoi SU30 dan Sukhoi SU35. Bisa juga Typhoon atau Rafale yang dua-duanya lagi naik daun.

 
Terbaru 2015 untuk TNI AL


Kedatangan Kapal perang KRI Bung Tomo Class yang merupakan eks NR Class yang batal di beli Brunei bukanlah puncak pengadaan sista matra laut. Banyak bagian-bagian yang tak bisa dapat secara gamblang diumbar ke publik menyangkut strategi pertahanan negara. Penambahan alutsista pada matra laut diantaranya adalah sebagai berikut :


a. 3 unit pesawat patrol Maritim CN-235 MPA (akan tambah 2 unit lagi) b. 37 unit Tank Amfibi BMP-3F (sdauh tiba) c. 5 unit BTR-4 d. 11 unit Heli Anti Kapal Selam Panther e. 3 unit Light Fregat Bung Tomo Class (sudah tiba) f. 3 unit KCR-60 (akan ditambah) g. 8 unit KCR-40 (akan ditambah) h. 3 unit Kapal LST (1 sudah diserahkan). i. 2 Kapal perang jenis Bantu Cair Minyak.

TNI AL akan mendatangkan 3 unit Kapal Selam DSME-209 dari Korea Selatan yang saat ini masih dalam pengerjaan. 2 KS jenis lain yang dipersiapkan. 2 unit kapal Perang jenis PKR (perusak Kawal Rudal) Sigma-10514 juga sedang dibuat di Belanda dengan opsi penambahan sampai 10 unit.

Daftar belanja diatas adalah daftar belanja MEF I dan MEF II yang dipublish oleh Kementerian Pertahanan untuk konsumsi masyarakat Indonesia, sedang daftar belanja yang tidak dipublish tentunya selalu ada (terutama dari Blok Timur), dan biarlah tetap menjadi rahasia sampai nanti pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. (contoh kasus operasi Alpha pengadaan A.4 Skyhawk dari Israel). Militer yang didukung oleh kekuatan industri hankam dalam negeri akan lebih mempertegas aura kewibawaan sebuah negara karena secara logistik tidak lagi bertumpu pada pembelian alutsista dari luar negeri. Meskipun begitu harus juga diakui tidak ada satu jenis alutsista yang murni produksi dalam negeri karena komponennya tetap harus bekerjasama dengan produsen negara lain. Oleh sebab itu tahapan-tahapan renstra ini, membangun kekuatan militer dengan memberdayakan industri hankam dalam negeri sepatutnya kita apresiasi. Beberapa paket transfer teknologi dalam pengadaan alutsista saat ini merupakan ilmu yang paling komprehensif untuk kemudian diaplikasikan sebagai bahan industri alutsista mandiri yang dikembangkan oleh anak bangsa. Perkuatan etalase militer Indonesia semakin dibuka namun pada beberapa titik selalu ada kejutan tambahan, pengembangan dan terbarukan. Dengan begitu negara lain tidak lagi bisa meremehkan kekuatan militer Indonesia karena sudah di dukung oleh alutsista yang cukup berotot dari hasil transfer tekhnologi. Dan modernisasi sista ini akan terus dijalankan oleh pemerintah kedepannya, sehingga alutsista TNI akan terus bertambah dari tahun ke tahun seiring perkembangan tekhnologi dan dinamika kawasan serta dunia pada umumnya. Merintis sejarah baru dengan kemandirian Indonesia tanpa mengabaikan sejarah lama kebersamaan (sista gado-gado) yang harmoni bersama negara sahabat. Indonesia adalah negara non blok yang selalu dituntut piawai memainkan bidak caturnya meski dari papan catur bernama Rusia, Eropa, atau AS sekalipun. Jayalah Indonesia.....(R015)

7 komentar:

  1. Jayalah Bangsaku...
    JALESVEVA JAYAMAHE

    BalasHapus
  2. mantab Indonesia semoga lebih jaya, lebih maju...

    BalasHapus
  3. Indonesia kuat.....
    doa kami.

    BalasHapus
  4. I LOVE INDONESIA .
    I LOVE RUSIA..
    indonesia saya harap jgn tergiur oleh iming" As..
    As tidak akan pernah ngasi yg terbaik untuk negara lain..
    Dan satu lagi kalw bisa jangan di beli lagi pesawat yg brjuluk F(belasan) bikinan As, pesawat jadul cat ulang..
    Mending su-35 rusia..
    Trims..
    Maju terus TNI INDONESIA KU..
    DAN JAYA LAH INDONESIA KU TERCINTA..

    BalasHapus
  5. Betul tuh,Indo-Russ harus terus bekerja sama dlm bidang apapun, meskipun indonesia negara non blog saya rasa Indonesia harus bekerja sama dg russia... Jadilah 5 besar military terkuat didunia! "MAJU TERUS OJO MUNDUR"

    BalasHapus
  6. Untuk pembelian alutsista indonesia tidak mesti harus beli dari negara terkenal dan tidak harus mahal,carilah yg murah dg kwalitas++ meskipun itu produk dalam negri sekalipun

    BalasHapus
  7. Su35 berapa unit ya? Kalo bisa lebih dari 20 :v Indonesia kan gede apa lagi lautnya luas banget (kalo gak pesawat ya kapal yg bisa nutup) "KS" nya juga tambah ,demi INDONESIA JAYA

    BalasHapus