02 April 2012

IRONI PAGI BERSUBSIDI

Ada saja yang  jadi gemerincing dibenak ini....
Kemarin, bersama sebagian isi kota kami turun ke jalanan...
Berteriak  agar BBM tak melambung...
Tapi coba lihat pagi ini, ratusan motor trail ini menghabiskan jalan meraung tak peduli kenyamanan...
Sudah beberapa bulan ini mereka sangat menonjol...
Begitu banyak beda pada tiap pagi, sekaligus terasa  sekali kehilangan makna pagi ...
Kehilangan moment indah, yang biasa kami nikmati  sederhana bila menyambut matahari....
Bagi kami yang sejak subuh telah bersiap menyambut hangatnya.....
Seperti adanya,
Berjalan, berlari atau dengan bersepdda santai bersama kawan dan keluarga .....
Laki-laki, perempuan, tua maupun muda diseantero kota....
Semua tersenyum menunggu sang mentari, namun tak begitu kali ini...
Ku selalu katakan...
Kota ini hanya sekecil otak beberapa manusia...
Tak akan cukup bising siangnya kalahkan kicau kutilang dipohon palm taman kota...
Tapi kali ini cobalah tengok....
Semua berhamburan...
Semua menepi...
Ketakutan saat raung serombongan motor besar mereka nyalang tak beraturan....
Hebatnya...
Tak ada polisi mengawal, aihh.....maklum, biasanya ada pentolannya...
Tak ada aparat yang meradang, juga maklum sebagian pula ikut menerjang....
Tak nampak wakil rakyat  yang kesal, harap maklum dedengkotnya juga menggeber gas gila-gilaan...
Tak ada birokrasi yang berkerut, sebab rata-rata mereka juga kepala botak kursi kabag....
Entah apa yang mereka ingin tunjukkan...
Apakah mereka bersorak BBM tak jadi naik semalam ? Barangkali demikian yaa.......??
Tapi kurasa tidaklah, sebab kemarin aku berhadapan dengan mereka sebagian....
Apakah karena mereka merasa sebagai penguasa kota ?? haah ?!!
Bisa jadi, sebab nyatanya memang mereka orang-orang yang punya jabatan...
Pejabat A.....
Pejabat B.....
Pejabat bla bla bla.....
Tapi cobalah tengok sekali lagi......
Kenapa harus urakan ??
Kenapa kampungan ??
Kenapa harus membahayakan kami yang ikut mendulang saham pajak dikota ini....??
Menakuti kami yang menjual setandan pisang untuk diakui sebagai warga kota dan negara ini...
Mengacuhkan kami yang mengumpulkan kelapa untuk  menikmati jalanan beraspal juga...
Ya Tuhan kami, Engkaulah sandaran segala kelemahan ....
Kami yang jelata mengeluh, rasanya teriakan kami kemarin hanyalah tetap mereka yang menikmatinya.....
Tetap mereka yang bergaya dan berfoya diatas subsidi kami....
Orang-orang yang seharusnya sangat malu pada kemiskinan kami....
Orang-orang yang seharusnya bisa menunjukkan kelas mereka sebagai yang mampu...
Tapi rupanya mereka lebih mampu untuk serakah...
Lebih kuat dan merasa hebat tanpa malu....
Demi murah, mereka lebih suka bersikap murahan....
Demi murah mereka lebih suka menjilat keringat kami...
Dan sekali lagi kami harus mengelus dada...
Mereka-reka  nasib negeri yang memayungi.....
Ahh,

"Barangkali haga BBM lebih baik   NAIK....
Sehingga kami lebih kuat membuat orang-orang seperti mereka ini   T U R U N ....."


Aku meludah resah....
Dahiku penuh peluh berdebu...
Pekak telinga karena knalpot mereka sudahlah berkurang...
Aku jadi sedikit jelas mendengar kalimat kusir delman.....
" Berhasil kang, demo kemarin  !! "
" Aku lihat juga begitu, tuh sudah selametan...BBM nggak jadi naik ! " sahut temannya menimpali....
Aku tangkap ironi, aku temukan nada dan senyum sinis diujungnya....
Rabbi.....kenapa begitu sesak  pagi  ini....
Apakah oksigen telah tercabut pula subsidinya ??
Makna apalah yang tersembunyi ??
Rahasia apakah yang Engkau ingin tunjukkan ??
Apakah tentang sindiran kusir delman itu, atau mereka tadi para pencuri hak dan subsidi kami ??
Aku hanya meresah, terlintas pemikiran...
Bahwa rakyat telah berasumsi...
Mereka beropini...
Lihatlah kemaluan para penguasa ditangan para rakyat jelata ....
Begitu satire....
Begitu rendah dan terjerembab di titik nadir ...
Sepertinya memang benar-benar mereka tak lagi punya kemaluan, setidaknya  terlihat dari sini....




(Reka Gambar - Satire minggu pertama pagi, april mop a little city)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar