25 September 2013

INDUSTRI MILITER INDONESIA UNTUK ALUTSISTA TNI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5KuaXH7tiM5ejNDYkgP3sLCnHMSjiP6F-0PZE3nOw0tyHq0Y6VGNKRX3U336CiGhrzYkXFFSj6bZLZ__x3UfAz0YC8OnBo4xtaWmqvA-HuMP2d2Cyuwfi6HNInSLwREyGdCkk5wOiWBgu/s1600/P1011005.jpg 

Menggagahkan dan mempersangar pengawal republik adalah sebuah kearifan dan kebijakan yang bernilai super strategis. Tujuannya adalah untuk meracik nilai percaya diri prajurit dan generasi bangsa yang memberikan rasa kokoh dengan beragam alutsista impor dan produksi militer dalam negeri. Support untuk kemandirian dan modernisasi alutsista  para pengawal negeri tentu mudah ditemui disetiap sela dan jeda obrolan para anak bangsa. Coba tengok ketika TNI melaksanakan HUT. Betapa banyak masyarakat yang datang hanya untuk menyaksikan atraksi prajurit TNI  berikut hamparan jeroan arsenal ketiga matra TNI.




Pameran alutsista juga menghadirkan rasa kebanggaan. Ribuan warga rela berdatangan demi menyaksikan tank, ranpur dan sejumlah senapan. Senyum puas terpancar dari mereka yang hadir dengan tak henti-henti bertanya dan berpose didepan beragam alutsista TNI terbaru. Ada berbagai jenis alutsista baru seperti Sukhoi, Super Tucano, Astross, Caesar, Mistral, Kapal Rudal, Tank Marder 1A3 dan Leopard 2A4. 



Ketika sebagian media dan sekelompok orang berlaku tidak adil terhadap TNI. Saat sebagian juga dihujat dan dicaci, justru yang hadir adalah semangat untuk memberi dan memperbaiki dengan prestasi tinggi yang mengundang decak kagum.
Lihat, produksi 250 Panser Anoa buatan Pindad yang sudah meraung gahar di perbatasan Libanon - Israel.




Masih ada produksi kapal rudal di batam, bahkan bulan-bulan mendatang, kita layak membusungkan dada dengan sejumlah alutsista yang akan mengisi dan melengkapi arsenal TNI. Diantaranya juga beragam alutsista buatan dalam negeri hasil karya para ahli dalam negeri. Ada Kapal Rudal Palindo, Kapal Rudal PAL, Kapal Rudal Lundin, Panser Anoa, Panser Anoa Canon, yang semuanya itu akan  membuat hati warga Indonesia semakin membuncah karena semangat yang semakin meninggi. Jangan kaget dengan alutsista TNI yang harum. Ada UAV/UCAV, kapal LST, kapal BCM, pesawat CN235 MPA, roket Rhan, kendaraan rantis dan berbagai jenis senjata yang semakin sempurna.  Kita tidak perlu tahu secara detail  betapa banyak alutsista yang mentereng akan dimiliki TNI. Selain karena dapur militer, tentunya ini sebagian dari strategi  yang penuh dengan rahasia yang dipegang hingga melebur kembali ke pangkuan bumi pertiwi.

 






BUMNIS DIBERDAYAKAN
Dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista), TNI akan sepenuhnya mengikuti kebijakan pemerintah menggunakan secara optimal produksi industri pertahanan dalam negeri. Kebijakan tersebut amat strategis, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.




Dalam program revitalisasi ini, pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menciptakan Indonesia Incorporated dengan memberdayakan BUMN Industri Strategis (BUMNIS), seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT PALdan PT LEN.







Menurut Sekjen Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto MA, produk alutsista buatan industri dalam negeri bisa dibanggakan. Panser buatan PT Pindad misalnya, diminati Malaysia. Sekjen Kemhan menegaskan, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Menhan Purnomo Yusgiantoro sangat pro terhadap kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Kebijakan tersebut di antaranya adalah bahwa setiap pengadaan alutsista TNI harus mengikutsertakan industri nasional, baik BUMN maupun swasta, dalam pengadaan alutsista untuk diproduksi di dalam negeri.






Selain itu, dalam setiap pengadaan hendaknya mengikutsertakan beberapa syarat lainnya untuk diajukan kepada para penyedia barang. Antara lain, memberikan transfer of know how atau local content.





Dengan adanya kebijakan Menhan yang pro terhadap kemandirian industri pertahanan dalam negeri tersebut, lebih lanjut Sekjen Kemhan mengimbau pihak terkait, baik pengguna (TNI) maupun produsen (industri pertahanan dalam negeri), untuk dapat mengimbangi kebijakan yang diberikan Menhan tersebut.
Sementara mengenai kebutuhan alutsista TNI untuk kurun waktu lima tahun ke depan, Eris mengatakan, itu telah tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014, khususnya dalam rincian kebutuhan minimum essential forces (MEF).



"Pengadaan alutsista TNI akan diupayakan dari industri pertahanan di dalam negeri. Sebab, PT PAL sudah bisa membangun kapal perang, PT DI sudah mampu memproduksi helikopter tempur, dan PT Pindad sudah mampu memproduksi panser dan persenjataan militer ".

Sekjen Kemhan juga menyebutkan, kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI dapat mengimbangi negara-negara lain. Itu bisa terlihat saat melakukan latihan bersama dengan negara seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia, dan Singapura.




"Kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI kita, terutama Kopassus, sudah diakui dunia internasional. Prajurit TNI kita dianggap berkualifikasi untuk operasi tempur dan gerilya di hutan. Karena itu, militer banyak negara menyatakan ingin melakukan latihan bersama dengan prajurit TNI ".


Kementerian Pertahanan merencanakan akan membangun sistem pertahanan dan keamanan dalam lima tahun ke depan, akan tetapi anggaran untuk pengadaan alutsista hingga tahun 2015 masih mengalami kekurangan sekitar Rp 50 triliun.
Kekurangan anggaran alutsista itu dihitung berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang dibandingkan dengan kebutuhan dari Kemhan. Namun, jumlah Rp 50 triliun tersebut, masih dapat diupayakan oleh pemerintah. Sejak tahun 2011  anggaran untuk pengadaan dan pemeliharaan alutsista sebesar Rp 11 triliun dan terus meningkat tajam hingga 2013.




"Kalau kita bisa meningkatkan penerimaan negara dengan baik, baik itu pajak atau non pajak, penerimaan sumber daya alam itu (anggaran) sesuatu yang optimis ke depan. Perpres tentang KKIP sudah keluar dan Kemhan menyiapkan personel, tempat sekretariat dan mekanismenya ".

Peraturan Presiden (Perpres) tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sudah ditandatangani oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. KKIP mengemban tugas untuk meningkatkan kemandirian industri pertahanan.
Sekjen Kemhan mengatakan, setelah dilaksanakan workshop revitalisasi industri pertahanan pada akhir tahun lalu, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 01 tentang Percepatan Pembangunan.



Inpres tersebut mengamanatkan beberapa poin yang berkaitan dengan Kemhan. Antara lain, pembetukan KKIP, penyusunan RUU Revitalisasi Industri Pertahanan, pembuatan rencana induk dan roadmap revitalisasi industri pertahanan, penelitian dan pengembangan (litbang) yang hasilnya digunakan untuk memenuhi peralatan pertahanan dan keamanan dalam negeri dan pengadaan alutsista industri dalam negeri dengan menggunakan pinjaman dalam negeri.

 


"Renstra pertama 2014, kekuatan TNI yang terkuat di Asia Tenggara" .



Alasan itu diungkapkannya tercermin dari pengadaan alutsista oleh pemerintah yang melengkapi TNI AL, TNI AU dan TNI AD dengan senjata dan peralatan baru.















Ditambahkan, ada banyak alutsista yang ditambah untuk ketiga angkatan bersenjata, di antaranya kapal patroli cepat untuk TNI AL, tank leopard untuk TNI AD dan penambahan pesawat sukhoi untuk TNI AU.

" Renstra pertama 2014, kekuatan TNI yang terkuat di Asia Tenggara. Sukhoi akan diperbarui. Negara kita akan kuat, itu penting. Ini tidak untuk perlombaan senjata, ini memordernisasi Alutsista Negara ".







Khusus TNI AD, selain membeli 45 unit tank leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Purnomo menilai, TNI yang kuat memiliki banyak arti, baik bagi dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan alutsista dan penguatan TNI tidak ada hubungannya dengan pendirian pangkalan militer AS di Singapura dan Australia. Di tempat yang sama, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya Marsetio mengatakan, pemerintah merencanakan pembangunan Kapal Cepat Rudal dengan panjang 40 meter sebanyak 16 unit dan kapal patroli cepat sebanyak 16 unit.
RUU Revitalisasi Industri Pertahanan sudah masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR. Undang-Undang tentang Revitalisasi Industri Pertahanan tersebut, diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan industri pertahanan ke depan.
Lihat saja mayoritas seluruh perlengkapan prajurit TNI AD kesemuanya menggunakan buatan dalam negeri, dan tidak ada masalah. Selain itu, mayoritas alutsista TNI AD merupakan produk dalam negeri, contohnya helikopter Bell 412 EP yang dibuat PT Dirgantara Indonesia. Selain itu, TNI AD turut memfungsikan senjata SS2 buatan Pindad.


Kwalitas yang bagus dan diakui dunia bisa disimak dari produk-produk anak bangsa seperti dibawah ini :


1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead'

Senjata Mematikan Buatan Indonesia Yang Dibeli Negara Lain - munsypedia.blogspot.com

Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing. Akhir Maret lalu 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Malang, Jawa Timur.
Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diandalkan Korsel
Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.




CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.
Diketahui CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.





3. Fast Patrol Boat diincar  Timor Leste
Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, tertarik.
Sejak 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.


 



4. Peluru buatan PT Pindad membanjiri Singapura hingga AS
PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm. Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.



5. Panser Anoa Perkuat  Oman dan Malaysia
Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.




Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.


6. Senapan Pindad Diburu Singapura hingga Afrika
Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing ternama di AS, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.




Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.
Senapan penembak jitu antimaterial, menjadi salah satu keperluan utama pada pertempuran era modern, terutama untuk menghajar pasukan musuh yang berlindung di balik material. Menyadari perkembangan ini, PT Pindad pun tak mau ketinggalan, mereka sudah memproduksi dengan nama Senapan Penembak Runduk-2 (SPR-2).


SPR-2 diharapkan mampu menjadi salah satu produk senjata unggulan dalam negeri, yang kehadirannya dapat menjadi varian produk impor sejenis asal Yugoslavia, Black Arrow M93. Kedua senapan antimaterial ini sama-sama menggunakan peluru kaliber 12,7 mm x 99 (umum pula disebut kaliber .50) dengan isian magasen lima peluru.
Kehadiran SPR-2, membuat produk serupa yang sudah muncul dan dipergunakan berbagai angkatan bersenjata di dunia, menjadi sedikitnya 25 jenis.  
Sebelumnya, sudah ada produk sejenis, misalnya Gepard M1/M2 (Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107 (Amerika, kal .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr IWS-2000 (Austria, kal .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis, kal .50), AI AS (Inggris, kal .50), NTW-20 (Afrika Selatan, kal 20 mm), dll. 
Menurut Desain Ghrapic Divisi Senjata PT Pindad, Dede Tasiri, senada engineer Nana Mulyana, diharapkan dapat memberikan efisiensi bagi TNI jika dibandingkan produk impor. Dari hitungan, produksi SPR-2 harga lebih murah dan fungsi sama hebatnya, apalagi jika dibandingkan Black Arrow M93 yang harganya di atas Rp 1 miliar per pucuk dan diketahui banyak yang sudah rusak.




Senjata sniper buatan pindad ini dibuat dalam 3 versi yaitu SPR1, SPR2, dan SPR3.

SPR 1 ini mempunyai peluru kaliber 7,62mm dengan jarak akurasi 900 meter , Kendati terilhami produk-produk senapan antimaterial yang sudah ada, namun menurut Dede, kehadiran SPR-2 cenderung desain sendiri dari PT Pindad. Walaupun pada sebagian sosok, masih mengambil desain dari Black Arrow M93 dan NTW-20 (Afrika Selatan).



"SPR-2 pada jarak tembak efektif mampu menembus lapisan baja dengan ketebalan sampai 2 cm pada jarak 500 meter. Pengoperasian dengan sistem bolt action bukan berarti SPR-2 kalah modern, namun diharapkan memiliki kelebihan karena akurasi biasanya lebih jitu, sedangkan SPR3 mampu menembus baja setebal 3 cm dengan jarak 700 meter ".



Penggunaan senapan penembak jitu antimaterial, sudah digunakan sejak Perang Dunia II (1939-1945) oleh pasukan Nazi Jerman (Mauser Tank-Gewehr Model 1918, kaliber .51), Jepang (Tipe 97, kaliber 20 mm), dan Inggris (Boys Antitank Rifle, kaliber .55).Ketiga pasukan tersebut menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
Usai perang, berbagai negara terutama Amerika, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa Timur kemudian mengembangkan dengan menggunakan peluru kaliber .50 (disebut pula 12,7 mm x 99) dan kaliber 12,7 mm x 108, yang menjadi standar senapan mesin berat mereka.
Dari berbagai negara yang ikut memproduksi senapan antimaterial, Jerman, Amerika, dan Rusia, yang paling banyak membuat aneka produknya sejenis.
Senapan penembak jitu antimaterial, di pasaran harganya rata-rata sangat mahal, sehingga negara-negara pembeli dan dari nonprodusen yang keuangannya cekak, biasanya terbatas memiliki.





KAPAL PERANG KEBANGGAAN NEGERI

Keberadaan peralatan dan kendaraan militer adalah kebutuhan bagi setiap negara. Dan karena fungsinya yang strategis sehingga alutsista selalu menuntut teknologi yang unggul. Bahkan untuk standarisasi equipment sampai ada khusus untuk militer. Hal-hal seperti inilah yang membuat banyak negara meng-impor peralatan militernya dari negara lain yang lebih maju.



Indonesia adalah salah satu negara peng-impor alutsista. Kebanyakan peralatan militer kita masih didatangkan dari negara lain. Seperti Rusia, Amerika, China dan Korea Selatan dll. Pesawat tempur, Tank, Kapal laut, kapal selam masih banyak yang di impor. Tetapi sebenarnya tidak semua alutsista kita diimpor dari negara lain. Dengan program pemerintah yang lebih memberdayakan industri dalam negeri, pelan-pelan sudah mulai terlihat hasil karya anak bangsa.
Seperti Panser Anoa, Roket R-Han, senapan serbu bahkan satelit dan masih banyak lagi. Dan tidak ketinggalan juga beberapa kapal perang yang pernah di produksi maupun yang masih dalam tahap pengembangan. 
Beberapa jenis kapal perang tersebut diantaranya adalah :





1. KRI Banjarmasin

KRI Banjarmasin adalah Kapal perang pertama yang dibuat oleh Indonesia. Kapal ini diresmikan pada januari 2011. Kapal ini diproduksi oleh PT PAL yang bekerja sama dengan DSS (Dae Sun Shipbuilding) pada program transfer teknologi. Kapal ini adalah jenis Landing Platform Deck (LPD) . memiliki panjang 125m, lebar 22m dan berat 7300 ton. Memiliki kecepatan maksimal 15 knot mampu mengangkut 562 personel, 13 unit tank, 2 unit Landing Craft Vehicles, 5 unit helikopter. Kapal ini juga dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
Walaupun Sejatinya kapal ini bukan 100% buatan indonesia. Karena sebenarnya kapal ini dipesan dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan. Tetapi pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari DSS dan ini adalah permulaan tumbuhnya industri kapal Militer di Indonesia.


2. KRI Krait 827

Kapal ini bukan hanya rancangan anak bangsa, namun seratus persen pekerjaannya ditangani putra-putri Indonesia yang tinggal di Batam, Kepulauan Riau.
Ini kapal perang (KRI) pertama di Indonesia berbahan baku aluminium yang sukses diproduksi. Kapal perang bernama KRI Krait-827 itu merupakan hasil saling tukar ilmu antara TNI-AL -lewat Fasharkan (fasilitas pemeliharaan dan perbaikan) Mentigi- dan PT Batam Expresindo Shipyard (BES), Tanjung Guncang. Pengerjaan dilakukan mulai Juni 2007.
Kapal Patroli ini dilengkapi radar dengan jangkauan 96 Nautical Mil (setara 160 km) dengan sistem navigasi GMDSS Area 3 (jangkauan komunikasi dan radar yang sudah cukup luas) dengan kecepatan terpasang 25 knots. KRI itu juga dilengkapi dengan senjata antiserangan udara 12,7 mitraliur dan senjata meriam haluan laras ganda (Two in Barrel) kaliber 25 mili yang dapat dioperasikan secara otomatis maupun manual. Kapal ini juga dirancang hemat BBM.


3. KRI Tarihu – 829

Sama Seperti KRI Krait, KRI Tarihu juga merupakan kapal Patroli Cepat buatan Fasharkan yang di buat di Mentigi, Batam.
KRI Tarihu-829 terbuat dari bahan glass fiber reinforced plastic (GFRP). memiliki panjang 40 m, lebar 7,3 m, dilengkapi dengan persenjataan meriam kaliber 20 mm dan 12,7 mm. Dalam uji coba ini mampu menempuh kecepatan 25 knot.

4. KRI Alkura 820

Kapal ini merupakan kapal Patroli Cepat yang dibuat pada tahun 2009. Kapal ini juga dibuat oleh Faasharkan Batam.



5. KRI Clurit 641

Kapal ini 100 persen pembuatannya di lakukan di PT Palindo Marine Industries, Tanjunguncang, Batam. Kapal ini merupakan jenis Kapal cepat Rudal (KCR) dengan kecepatan 30 knot yang dilengkapi dengan sistem persenjataan modern seperti Sensor Weapon Control (Sewaco), Meriam caliber 30 MM 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS), serta peluru kendali.
Kapal ini terbuat dari baja khusus High Tensils Steel pada bagian hulunya (lambung). Sementara untuk bagian atasnya, kapal ini menggunakan aluminium Alloy yang memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar. Kapal ini memiliki panjang 44 meter dan lebar 8 meter, serta tinggi kapal 3,4 meter. Draft kapal ini 1,75, dengan displacement 238 ton, yang mampu mengangkut bahan bakar 50 ton dan air tawar 15 ton.


6. KRI Kujang 642

Kapal ini sekelas dengan KRI Clurit yang memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai KCR (Kapal Cepat Rudal) dan kapal patroli. Kapal ini juga diproduksi oleh PT Palindo Marine Industries. Kapal dengan teknologi tinggi tersebut memiliki spesifikasi panjang 40 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun. KCR 40 mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.
KCR-40 terbuat dari baja khusus bernama high tensile steel pada bagian lambung. Baja hight tensils steel merupakan produk dalam negeri yang diproduksi PT Krakatau Steel. Sementara untuk bagian atasanya menggunakan aluminium alloy sehingga memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar.


7. KRI Banda Aceh

Satu lagi kapal Landing Platform Dock (LPD) buatan PT PAL kembali memperkuat armada TNI AL. Kapal LPD yang dikukuhkan sebagai KRI Banda Aceh itu diserahkan Dirut PT PAL Harsusanto kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur. KRI Banda Aceh mampu menampung lima helikopter, tiga helikopter di dek, dan dua helikopter di dalam hanggar.
Kapal ini juga dirancang mengangkut 22 tank, 560 pasukan, 126 awak. Kapal itu juga dpat mengangkut kombinasi 20 truk dan 13 tank. Selain berfungsi untuk memobilisasi pasukan, kapal sepanjang 125 meter x 22 meter ini juga dapat digunakan untuk fungsi operasi militer selain perang (OMSP), seperti membawa logistik ke daerah bencana alam.


8. Kapal Cepat Rudal (KCR) Trimaran

KCR Trimaran adalah Kapal dengan teknologi canggih yang saat ini sedang dikembangkan oleh PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi, Jawa Timur. Kabarnya TNI AL telah memesan 4 kapal jenis ini. Kapal ini rencananya akan digunakan sebagai Littoral Combat Ship (LCS) pertama milik Indonesia.
Dengan menggunakan komposit serat karbon diharapkan kapal perang berpeluru kendali milik Indonesia mampu memiliki manuver di atas air yang mumpuni, stabil, lincah, ringan namun kuat. Karena kekuatan serat karbon diyakini memiliki kekuatan 20 kali lebih kuat dibanding baja. Kapal ini menjadi polemik ketika diceritakan terbakar. Namun hal ini tetaplah menjadi acuan pengadaan konsep kapal perang trimaran di tubuh TNI AL.
Trimaran sendiri adalah kapal multihull atau berlambung lebih dari satu. Yaitu terdiri dari lambung utama yang disebut VAKA dan dua lambung kecil atau cadik yang menempel di kanan dan kiri lambung utama yang disebut AMAS. Menurut Wikipedia asal kapal/perahu Trimaran berasal dari kepulauan Pasifik.
Jadi memang desain kapal perang Trimaran diambil dari perahu bercadik yang banyak dijumpai di kepulauan Pasifik. Selama ini kapal perang konvensional selalu berlambung tunggal atau monohull yang sulit bila harus berlayar di perairan dangkal dan mudah tenggelam. Namun tidak dengan desain multihull seperti Trimaran. Banyak keunggulan yang ditawarkan dengan konsep multihull itu sendiri.
Mampu berlayar di laut dangkal, mempunyai kecepatan lebih kencang daripada kapal sejenis namun masih memakai satu lambung. Lebih ringan, stabil dan tentunya susah untuk tenggelam. Namun tetap masing-masing konsep desain memiliki kelebihan dan kekurangan. Kapal perang berkonsep Trimaran memerlukan dok yang lebih lebar dengan adanya cadik di kanan dan kiri lambung utama, kecuali cadik tersebut bisa dilipat. Saat bermanuver seperti berbelok, kapal jenis Trimaran juga memerlukan ruang yang lebih luas daripada kapal perang konvensional dan juga lambung utama yang lebih kecil yang tentu saja menyusutkan penempatan kabin di dalamnya.


9. Persiapan Kapal Induk Helikopter

Saat ini PT PAL Surabaya juga sudah membuat prototype kapal induk kecil yang bisa memuat 6 helikopter, juga sudah membuat blueprint yang untuk pesawat jet tempur. Khusus Kapal Angkut helikopter saat ini telah serius digarap oleh putra-putri Indonesia.









PTDI, PT PINDAD, PTLEN, PTPAL, Lengkapi Arsenal TNI




Kemhan dan TNI kini sedang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kekuatan minimal yang penting (minimal essential force). Dengan demikian, PTDI sebagai produsen alutsista berupaya keras membuktikan komitmennya untuk memenuhi pesanan sesuai jadwal yang sudah direncanakan dan disepakati bersama.




Untuk memenuhi kebutuhan TNI-AU akan pesawat transportasi medium, PT DI sudah mulai menyerahkan dua unit pesawat CN 295 Oktober tahun lalu. Dalam tahun 2013 ini 3 (tiga) unit pesawat sejenis akan diserahkan lagi. PT DI menyadari bahwa kekuatan alutsista Republik Indonesia lima puluh tahun lalu sangat disegani di kawasan Asia Tenggara. Kini saatnya kekuatan dirgantara Republik Indonesia bangkit kembali dan bagi PT DI ini merupakan peluang besar untuk menunjukkan hasil karya anak bangsa dalam melengkapi alutsista dalam negeri.

Sementara pada 2014 akan diserahkan 2 (dua) unit pesawat dan terakhir tahun 2015 mendatang akan diserahkan 2 (dua) unit CN 295 lagi. Jadi total pesanan Kemhan untuk TNI AU sebanyak 9 (sembilan) unit pesawat akan berakhir pada tahun 2015. Seluruh pesawat CN 295 yang diserahkan lengkap dengan intial spare part-nya. Pesawat andalan PTDI selama belasan tahun belakangan ini, yakni CN 235 juga akan semakin memperkuat alutsista dalam negeri. Tiga (3) unit CN 235 PATMAR akan diserahkan ke Kemhan untuk TNI AL pada tahun 2013 ini.

















Sementara itu untuk pesawat NC 212-200, PT DI tahun ini juga akan menyerahkan 1 (satu) unit pesawat jenis tersebut kepada TNI AU. Semua itu lengkap dengan suku cadang awalnya initial spare part).



Disamping pesawat sayap tetap (fixed wing) PT DI telah dan akan menyerahkan sejumlah helikopter. Pada tahun 2012 PT DI telah menyerahkan masing-masing empat unit Bell 412 EP untuk TNI AD dan 3 (tiga) unit untuk TNI AL. Pada tahun 2013 telah diserahkan pula 6 (enam) unit Bell 412 EP kepada TNI AD, dan 1 (satu) unit lagi menyusul. Sementara itu telah terkontrak pula 16 unit helikopter yang sama untuk TNI AD yang akan diserahkan pada tahun ini dan tahun depan. Untuk helikopter Super Puma NAS 332, PTDI akan menyerahkan 1 (satu) unit kepada TNI AU tahun 2013 ini dan 1 (satu) unit lagi pada tahun 2014 mendatang. Sementara untuk 6 (enam) helikopter Cougar EC 725 yang dipesan TNI AU, PTDI akan menyerahkannya 2 (dua) unit pada 2014 dan 4 (empat) unit tahun 2015 mendatang. Semua helikopter tersebut dilengkapi dengan intial spare part-nya
Untuk semua pesawat yang diserahkan ke Kementerian Pertahanan/TNI, PTDI menjamin kelaikan terbangnya (service ability) sesuai dengan persyaratan pengguna dan regulasi pemerintah untuk pesawat militer (IMAA).











3 MATRA TNI BENAHI ALUTSISTA

TNI Angkatan Udara (AU) menargetkan penambahan 88 pesawat tempur Seperti pesawat angkut, Pesawat Tempur dan Pesawat latin pada 2014. Pesawat-pesawat tersebut akan melengkapi alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sudah ada saat ini. 
Pesawat-pesawat yang akan memperkuat persenjataan TNI-AU di tahun 2014 antara lain :







Pesawat latih T50i Golden Eagle Indonesia kini sudah menerima 2 dari 16 unit yang dipesan TNI-AU.
Untuk pesawat tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia kini sudah lengkap 16 unit (1 skuadron).
24 unit Pesawat tempur F16 TNI-AU direncakan akan tiba pada pertengahan tahun 2014.




  1. Kini TNI-AU sudah menerima 4 unit pesawat Super Tucano
  2. dari 16 unit yang dipesan pemerintah RI.
  3. pesawat jenis angkut CN295 dan Hercules.
  4. Pesawat pengintai tanpa awak (UAV).
  5. Pesawat rotor.











TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan 6 Unit Perisai udara Oerlikon SkyShield pabrikan Swiss.



Strategi lain dalam membangun kekuatan TNI AU, yakni mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengawaki alutsista tersebut. TNI AU menargetkan setiap tahun ada 40 penerbang baru, baik berasal dari lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) maupun prajurit sukarela dinas pendek (PSDP). Selain mendidik di sekolah penerbang (Sekbang), TNI AU juga mengirim prajurit ke luar negeri.



Selain Pesawat, TNI juga membeli Helikopter militer yang di peruntukkan TNI-AD, seperti :

40 unit Helikopter Bell 421 EP yang dipesan dari PT DI untuk TNI-AD.
8 unit Helikopter Apache AH-64E yang dibeli dari AS, dan akan diterima TNI-AD secara bertahap tahun 2014.






Kemenhan Menjawab Kebutuhan Kapal Selam

TNI AL idealnya memiliki 24 kapal selam untuk mengawal dan menjaga teritorial laut Indonesia yang cukup luas. Penguatan pertahanan dan militer akan memberi dampak luas di dunia internasional. Hal ini dinyatakan saat tim khusus pengadaan kapal selam meninjau 10 kapal selam Rusia yang ditawarkan kepada Indonesia.





"Jika ditilik dari geografis negara, Indonesia sebagai negara maritim membutuhkan pengawalan ekstra ketat untuk mengantisipasi invansi dari negara asing melalui laut, kekuatan alutsista TNI AL masih pada kebutuhan mendasar. Sekarang ini, TNI hanya memiliki dua kapal selam yang sudah sangat tua. Sedangkan, 3 unit yang dibeli dari Korea Selatan baru akan masuk memenuhi kekuatan Alutsista TNI AL hingga awal tahun 2017. Sebelum sampai memiliki 18 unit kapal selam, kita harus kritis dengan statistik dan jumlah riil kapal selam kita, sebab selebihnya merupakan strategi dan rahasia negara ".


Sebagaimana diketahui jika delegasi Indonesia diberangkatkan ke Moskow untuk menyurvei langsung 10 kapal selam yang akan dihibahkan Rusia. Delegasi itu terdiri, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio memimpin delegasi yang beranggotakan dari Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara.




"Kita akan memastikan langsung spesifikasi teknis kapal, kondisi, dan mekanisme kerja sama, Karena itu kita ke Rusia untuk memastikan kapal selam yang akan didatangkan cocok dengan kondisi perairan Indonesia atau tidak " .



Dijelaskan hibah kapal selam ditawarkan pemerintah Rusia kepada Indonesia melalui Kementerian Pertahanan. TNI AL sendiri sebagai rencana pengguna, belum mengetahui detail atau spesifikasi kapal selam yang ditawarkan tersebut. Doktor lulusan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (UGM) ini memastikan kapal selam yang dibutuhkan TNI AL harus lolos kualifikasi, di antaranya meliputi kesesuaiannya dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Kapal selam ideal untuk Indonesia adalah yang memiliki kekhususan dan kekhasan dengan melihat kedalaman dan kontur laut

Diutamakan Berbasis ToT
Asisten Perencanaan (Asrena) KSAL, Laksda TNI Ade Supandi memastikan hibah 10 kapal selam dari Rusia tidak mengintervensi rencana pengadaan alutsista TNI AL dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang sesuai dengan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) hingga tahun 2024.



"Selain dua kapal selam KRI Cakra dan KRI Nanggala yang sudah ada, TNI AL sudah memesan 3 kapal selam dari Korea Selatan. Ditargetkan akhir tahun 2016 atau paling lambat awal tahun 2017 sudah selesai dan masuk ke dalam kekuatan tempur TNI AL, sesuai dengan kesepakatan kerja sama akan ada ToT (Transfer of Technology). Kapal ke-3 akan dibangun di PAL degan memaksimalkan ToT ".

Satu dari tiga kapal selam yang dipesan akan dikerjakan di PT PAL, Surabaya. Indonesia akan memaksimal transfer teknologi dari pengerjaan di industri pertahanan dalam negeri.
Anggaran yang dikeluarkan Indonesia untuk pembelian tiga kapal selam menggunakan pinjaman luar negeri (kredit ekspor) senilai 1,07 miliar dolar AS. Idealnya sampai tahun 2016, menurut Marsetio, Indonesia memiliki 10 kapal selam untuk memperkuat armada tempur TNI AL dalam menjaga kedaulatan laut RI.




Mantan Kepala Staf  TNI AL, Laksamana (Purn) Sumardjono mengingatkan pengadaan alutsista tetap harus fokus pada transfer teknologi. Industri pertahanan yang dimiliki Indonesia diberdayakan maksimal untuk menciptakan alutsista yang dibutuhkan TNI dan Polri.

"Deterence effect itu sebenarnya jika kita mampu membangun alutsista canggih yang kita butuhkan, bukan mengadakan alutsista yang diimport dari negara lain ".



Pasalnya, produk alutsista buatan dalam negeri tersebut tidak kalah dengan hasil pabrikan luar negeri.  

"Pengalaman TNI dalam menggunakan Alutsista dalam negeri tidak mengecewakan. Buatan Pindad dan Dirgantara Indonesia tidak kalah dengan luar negeri " . 

Pembelian alutsista dalam negeri tersebut menghemat anggaran belanja TNI. Saat ini, kerja sama antara pemerintah Indonesia dan produsen pembuat alutsista telah berjalan efektif dengan semakin meningkatnya kualitas produk Pindad maupun PT Dirgantara Indonesia.
Hasil produk alutsista baru ditentukan oleh adanya keluhan dari pengguna alutsista. Produk alutsista baru buatan dalam negeri sendiri menurutnya butuh banyak perbaikan.





"Keluhan itu justru positif sebab pabrik alutsista kita memiliki kesempatan mengembangkan alutsista yang sempurna. Kalau alutsista lama itu tidak ada keluhan, sedang yang baru ada keluhan karena merupakan hasil inovasi ".





Menambah Pangkalan TNI

































Pemerintah Indonesia merencanakan akan memindahkan Komando Gabungan Wilayah (Kogabwil) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke Aceh. Sebelumnya Kogabwil berada di Pekanbaru, Riau.

 


Kogabwil merupakan pangkalan militer untuk mengamankan perbatasan, terutama mengamankan lalu lintas perairan seperti selat malaka yang merupakan jalur internasional yang tersibuk dilintasi kapal-kapal lintas negara.








Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko usai menghadiri pelepasan pelatihan pasukan Raider di Blang Padang, Banda Aceh membenarkan rencana pemindahan Kogabwil tersebut.

"Sangat memungkin itu akan dipindahkan ke Aceh, dan ini masih sedang dalam pembahasan rencana tersebut, Selat malaka itu sudah menjadi isu internasional, maka penting untuk menjaga kredibilitas kita ".




Menurut penjelasan Panglima TNI, pertimbangan pemindahan pangkalan militer tersebut mengingat Aceh merupakan wilayah yang terdekat dari selat malaka. Bila nantinya akan dipindahkan, semua fasilitas pendukung akan digeserkan ke Aceh. Demikian juga akan ada penambahan perlengkapan perang lainnya. 
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro juga ikut membenarkan rencana pemindahan pangkalan militer tersebut. Untuk meningkatkan pertahanan di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Menhan akan terus menambah sejumlah peralatan perang di Indonesia.




MATRA DARAT SIAGA TEMPUR


























"Untuk meningkatkan pertahanan di Indonesia, kita akan terus tambah perlengkapan militer di Indonesia ".















































(berbagai sumber berita dan foto sebagai pengaya)



4 komentar:

  1. gambar yg sdg melakukan tembakan mortir bukan tentara Indonesia ttp tentara Malay di daerah lahad datu, jadi hrs teliti utk mengedit gambar dan banyak yg diulang2 gambarnya. Bagus lanjutkan................

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih masukannya mas, akan selalu menjadi bahan koreksi :)

      Hapus
  2. NKRI hrga Mati Jaya Indonesiaku, .... Update RX 550, IFX, KS Crocodoile n Trimarannya mna adMin? ditunggu y...trims

    BalasHapus
  3. Indonesia hebat...mudah2an bisa 500% produksi anak bangsa.
    Musuh kita tinggal satu yaitu koruptor

    BalasHapus