11 September 2013

SKENARIO " PERANG DUNIA III " MENYERET INDONESIA




Menakar alutsista, melihat peranan Indonesia saat ini dipentas internasional dan mengukur seberapa pentingkah Indonesia diantara kekuatan politik dan militer dunia saat ini adalah sama halnya kita belajar mengetahui nasib bangsa ini kedepan jika skenario perang dunia ke-3 tiba-tiba melanda. Bukan rahasia lagi jika diantara kekuatan itu tentu banyak niatan buruk mengagresi untuk menguasai sumber daya alam dan menghancurkan kebesaran bangsa ini sebagai negara boneka, sekutu hingga ladang baru bagi uji senjata dalam perang yang lebih segar. Mau tidak mau, suka tidak suka maka Indonesia harus segera menyambutnya dengan segala kemampuan dan kekuatan yang mumpuni. Perbaikan ekonomi dan perkuatan militer adalah syarat mutlak untuk menyongsong arah pertempuran baru yang bisa jadi melibatkan republik ini. Indonesia adalah negara yang diperkirakan bisa terlibat langsung ataupun tidak langsung dari sebuah konspirasi gila, perang dunia ke ke-3.


Kesantunan sebagai citra bangsa timur yang suka mengalah dan netral rupanya mulai sedikit harus berganti dengan citra tegas dan lugas sebagai satu kesatuan kekuatan bangsa dan negara yang digdaya. Bukan menjadi niatan kita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang suka berperang, namun kita wajib memiliki satu sikap yang menegaskan kemampuan kita dalam menjaga martabat dan tegaknya negara kesatuan republik Indonesia. Memiliki SDA dan SDM yang melimpah serta ditunjang oleh kemampuan alutsista yang mempunyai daya gentar dimata bangsa manapun yang coba mengusik NKRI. 

Lalu dari dan bagaimana perkiraan awal PD-3 itu terjadi ? 
Dari program NWO/ OWG (sebuah proyek dominasi politik dan ekonomi berbasis perang), ataukah karena semakin banyak negara-negara yang menentang kedigdayaan AS NATO dan Sekutu dekatnya?

Greget perang AS dan sekutunya diwilayah timteng dan belahan dunia lainnya telah memantik ancang-ancang perang dari berbagai negara. Tak heran, jika menilik konflik Suriah sikap Rusia dan China adalah berkomitmen saling mengisi "kekuatan" mereka agar potensi AS dan sekutunya menuju cita-cita Globalisasi sedikitnya tidak semudah yang dibayangkan AS, NATO dan sekutu dekat AS. 

Iran yang telah mengirimkan 15 ribu pasukan elit dari divisi Quds untuk membantu tegaknya pemerintahan Suriah di bawah rezim Assad.

Rusia telah mengirimkan 36 kapal perang dan 120 pesawat tempur untuk Suriah dalam kontrak senilai $.550.000.000, sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar Kommersant (24/1), mengutip sumber mereka pedagang senjata Rosoboronexport. Tentunya pemerintah Rusia menolak memberikan kebenaran berita tersebut karena sama halnya menentang terang-terangan embargo senjata yang diterapkan oleh PBB dan Uni Eropa terhadap Suriah.

Suriah sendiri diberitakan telah berada pada posisi di perbatasan Israel. Meskipun tujuannya adalah untuk mengejar pasukan pembebasan suriah (FSA) namun posisi mereka di dataran tinggi Golan telah membuat Israel menyiapkan ratusan pasukan dan menebar ranjau-ranjau di perbatasan. Dalam prinsip hubungan internasional, menggelar pasukan dalam jumlah besar ke perbatasan negara lainnya dapat diartikan sebagai sebuah provokasi dan menantang.

Turki telah didesak oleh Uni Eropa agar dikeluarkan dari organisasi tersebut. Turki dianggap terlalu memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan politiknya ketimbang ekonominya terutama dalam memandang Israel sebagai musuh baru mereka, namun sebaliknya mulai merapat ke Iran.

China, telah memberikan signal pada AS bahwa mereka memiliki hubungan dengan Suriah dari era Hafiz al Assad (ayah Bashir al Assad). China berpendapat, Suriah adalah terminal dagang penting. Tentu China tidak akan melepas hancurnya Suriah begitu saja karena China melihat pemerintah Suriah yang baru nanti adalah berhaluan ke Barat.

Mesir, telah memperlihatkan sikap kurang bersahabat dengan Israel dan terindikasi menhancurkan perjanjian Camp David yang dirilis oleh mantan presdien Anwar Sadat, Jimy Carter dan Manachem Begin (1972). Banyak ekspektasi melihat bahwa usia perjanjian tersebut -dikaitkan dengan dominasi anti rezim Hosni Mobarak- akan segara tamat riwayatnya.

Perancis akibat terlalu keras dan "berlebihan" menentang Rusia dalam sikapnya terhadap Suriah telah bersiap-siap menghadapi tekanan Rusia. Presiden Rusia Dimitri Medvedev sebagaimana dilansir dalam "Breaking News" Press TV (10/2) menulis ukuran besar betapa marahnya Rusia terhadap Sarkozi yang terus mengomel seperti Nyonya besar terhadap pembantu rumah tangganya yang berbuat salah.

India dan Pakistan akibat dari seringnya terlibat baku tembak diperbatasan telah menggelar arsenal tempur mutakhirnya saling mengancam. India telah mendapat pasokan militer dari AS akan berada di atas angin karena unggul dalam kualitas teknologi. Sebaliknya tentu bisa dipastikan Pakistan akan meminta bantuan Iran dan China serta Rusia.

Iraq kembali bergolak. Kelompok perlawanan yang hancur dalam pendudukan AS akan muncul kembali melawan pemerintahan bentukan AS. Kelompok perlawanan tersebut dari berbagai lapisan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan bentukan AS.

Afghanistan kembali marak. Kelompok Al-Qaeda dan Taliban akan berjuang bersama-sama mengguling pemerintahan bentukan AS. Meski antara Taliban dan Al-qaeda sering terjadi bentrok dalam pemegang inisiatif peranan. Kondisi ini jelas memperburuk kawasan Pakistan, Iran, Irak dan Afghanistan sendiri tentunya.
Korea Utara jelas bergabung dengan negara yang beraliansi dengan Suriah. Sebab logika presiden Cuba sangat mengena dan menjadi rujukan bersikap para petinggi Korut. Menurut Fidel Castro, AS cepat atau lambat pasti akan menyerang Korut. Israel menduga bahwa Korea Utara telah memberikan bantuan penting pada program rudal Iran dan Suriah.

Mesir dalam dilema jika melihat perkembangan terakhir, kali ini cenderung lebih memihak kepada rezim Assad telah membuat opisisi Suriah dan Barat sedikit kuatir dengan Mesir. Baru-baru ini Mesir bahkan telah mengirimkan Dubesnya yang baru untuk Suriah yang memberi pesan secara implisit kepada dunia bahwa mereka mendukung eksistensi dengan Suriah. Hubungan historis penuh damai antara Mesir dan Suriah tidak diragukan lagi.

Libya kembali bergolak dimana pendukung setia Khadafi akan melakukan pembalasan. Hal ini mulai nampak dari mobilitas para pendukung Khadafi yang mulai banyak mengakses dan melobi para petinggi militer anti barat dan pasukan gamang pada rezim bentukan AS.

Libanon
akan membara kembali karena Israel akan menusuk dari Lebanon Utara untuk melumpuhkan perlawanan dendam melawan Hezbollah. Setelah itu Israel menganeksasi Suriah dengan alasan mengurangi determinasi Iran di kawasan tersebut.

Al-Qaeda belakangan banyak melakukan penyusupan ke Suriah untuk melakukan sabotase dan serangan terhadap legiun Iran dan Rusia. Uniknya banyak disinyalir pengamat barat bahwa inilah aksi intelijen besar dari Israel dengan mengatasnamakan al-qaeda. Dan kesimpulannya tentu bisa terbaca peta kekuatan politik para pemimpin di teluk yang masih diliputi pro dan kontra tentang garis jihad al-qaeda akan semakin menajam. Belum lagi Negara-negara Arab terpecah karena tekanan dan pengaruh kelompok Ihwanul Muslimin yang meminta dukungan AS dalam mematahkan dominasi penguasa setempat. Demi eksistensi dan terjaminnya kekuasaan mereka, para pemimpin Arab setuju memberikan dukungan kepada Ikhwanul Muslimin dan AS. Hal yang akan berseberangan dengan keinginan dari front pejuang semacam al-qaeda tentunya.

Konflik Korea Utara dan Korea Selatan yang rawan terlibat perang terbuka di Laut Kuning tentu dengan sendirinya akan mengundang pengerahan dan eskalasi kekuatan militer dari negara-negara disekitarnya dan menyedot kekuatan militer besar dengan nuklirnya. China memainkan peranan penting membela Korut. Korea Selatan kemungkinan besar akan kewalahan menghadapi tekanan hebat dari Korut dan China sehingga harus selalu dalam bayang kebesaran AS dan NATO untuk eksistensi perangnya.

Australia sejak lama menebarkan teror di kawasan Asia Tenggara khususnya dengan Indonesia. Banyak kebijakan politik yang terasa mencoba-coba adrenaline dari rasa patriotisme bangsa Indonesia. Sejalan dengan keyakinan akan adanya bahaya dari selatan maka wajar jika beberapa pulau terluar rela diserahkan pada AS dan NATO menjadi basis militer dan logisitik. Konon untuk membantu Korea Selatan dari terkaman China dan Korea Utara. Tapi jelaslah negeri tetangga satu ini telah menyiratkan pesan " BERSIAP " bagi negeri sebelahnya, Indonesia.

Melihat fakta dan data di atas, bersiap-siaplah Indonesia menghadapi Perang Dunia ke-3 yang merupakan skenario terperinci ciptaan AS dalam program New World Order atau One World Goverment disebutkan di atas. Dengan program tersebut dapat dilihat eskalasi militer terjadi mulai dari Mediterania (Libya, Suriah, Lebanon, Iran) sampai ke Laut Cina Selatan (RRC, Korut dan Rusia) telah menjadi target AS untuk mewujudkan pemerintahan satu dunia (Globalisasi) melalui pengaruh politik dengan cara P E R A N G. Boleh jadi langit Indonesia akan menjadi perlintasan rudal-rudal balistik antar benua.

Tak heran Albert Einstein yang mengetahui persis dampak penggunaan teknologi nuklir untuk berperang hanya bisa memberi analisa singkatnya saja :
" Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu "

 

Kemana Perang Mengarah ??
“Pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini. Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya.” (Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia)


Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi besar bagi kawasan ini, termasuk Indonesia.
Tahun 2020 itu tidak lama. Dalam 8 tahun ke depan, Indonesia sudah terkurung oleh pangkalan-pangkalan militer AS. Apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk menyadari dan memahami persepsi ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi?
Menurut pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie, dengan kondisi seperti ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite kita untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan.
Connie menilai, pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “PERANG” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini.


Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya. Berikut petikannya:


Bagaimana anda melihat dinamika perkembangan militer AS saat ini?

Kebanyakan dari kita, atau bangsa AS sendiri, tidak ingin mengakui, bahwa, AS telah mendominasi dunia melalui kekuasaan militernya. Dengan alasan kerahasiaan negara, warga AS sendiri sering tidak menyadari bahwa pendudukan pasukan-pasukan AS sesungguhnya telah mengepung planet bumi ini. Kecuali kawasan Antartika.
Mudah dan banyak cara dalam melacak jejaknya, seperti dengan menghitung seberapa banyak jumlah koloni milter yang ada di berbagai belahan dunia.
Pada Abad-20 ini, yang dimaksud dengan koloni bisa terjelma dalam berbagai gaya, salah satunya melalui pangkalan militer yang berada di negara lain. Dengan cara ini, kita bisa ikuti koloni yang terbentuk dan menyebar ke seantero dunia dan melahirkan “kekaisaran militer” AS.
Pada perspektif dinamika politik global, kita bisa menyimak bagaimana kekaisaran militer AS semakin tumbuh menuju wujudnya tahun 2020 nanti. Saat ini tengah berproses, sejak Presiden Goerge Walker Bush menetapkannya pada 14 Januari 2004 lalu.

Bisa digambarkan seperti apa ‘Kekaisaran Militer AS’ itu?
Bukan hanya di darat, juga mendominasi lautan hingga samudera. Mereka membangun kekuatan Angkatan Laut yang hebat dengan mencantumkan nama-nama pahlawan mereka pada kapal induknya, seperti: Kitty Hawk, Constellation, Enterprise, John F. Kennedy, Nimitz, Dwight D. Eisenhower, Carl Vinson, Theodore Roosevelt, Abraham Lincoln, George Washington, John C. Stennis, Harry S. Truman, dan Ronald Reagan.
Selain itu, begitu banyak pangkalan rahasia dibangun dan difungsikan hanya sekedar untuk memonitor apa yang dikerjakan masyarakat dunia.
Mereka mampu memonitor apa yang isi percakapan,  surat menyurat baik lewat fax atau pun email antara satu sama lainnya, termasuk atas warga negara AS sendiri.
Di Okinawa, pulau paling selatan Jepang yang telah menjadi koloni militer AS selama 58 tahun,  terdapat 10 pangkalan korps marinir, termasuk korps marinir Futenma dan stasiun udara yang menduduki 1,186 Ha di pusat kota.
Selain itu, di Inggris terdapat senilai US$5 miliar instalasi miliiter dan mata-mata AS yang disamarkan sebagai pangkalan Royal Air Force.
Salah satu cara memahaminya, dengan memahami jumlah dan ukuran dari aspirasi “kekaisaran militer” AS tersebut. Lebih dari setengah juta tentara formal plus mata-mata yang terselimuti melalui jejaring lembaga donor, teknisi, guru, serta badan usaha sudah tersebar membentuk koloni di negara-negara lain.
Pada pangkalannya di luar negeri, jumlah tentara AS yang tak berseragam mencapai 253,288 personel. Mereka juga mempekerjakan 44,446 orang lainnya sebagai staff tambahan lokal yang disewa.
Pentagon mengklaim, pangkalannya mencakup 44,870 barracks, hangars, rumah sakit, dan bangunan lain yang dibeli atau disewa sebanyak lebih dari 4,844 bangunan.


Lantas bagaimana?
Gambaran itu membawa kita pada kesadaran bahwa sebenarnya hanya sedikit sekali ruang yang ditinggalkan di planet bumi ini yang tidak terisi oleh kekuatan militer AS. Dan ruang kosong itu, adalah kawasan kita, wilayah Indonesia terus menuju arah bawah melalui Samudera Hindia ke arah Antartika.

Bagaimana anda melihat kaitan kondisi ini dengan reformasi TNI?
Sejak reformasi 1998, pembangunan profesionalisme TNI masih menemui banyak hambatan. Tekad kuat TNI untuk menjadi militer profesional yang berfungsi sebagai alat pertahanan negara, tidak serta-merta bisa diwujudkan.
Memprofesionalkan militer, bagaimana pun juga menimbulkan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh kedua pihak, yakni sipil dan militer itu sendiri.
Militer perlu dukungan sipil atas persoalan alokasi “anggaran” dalam rangka mengatasi berbagai ancaman yang timbul.
Yang perlu kita ingat, kabinet pemerintahan bisa saja silih berganti, tetapi road map pertahanan jangka panjang adalah sesuatu yang harus diisi dengan komitmen tinggi seluruh elemen bangsa untuk memenuhinya.

Apakah penyebab hambatan pembangunan profesionalisme TNI?
Bila kita realistis dan berpikir kritis, sampai hari ini, ketidaksepakatan di kalangan pemimpin sipil mengenai beberapa konsep kebijakan pertahanan keamanan negara menjadi penyebab inkonsistensi dan terhambatnya muncul regulasi yang diperlukan. Persoalan bertambah kompleks, ketika munculnya wacana bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak dapat disatukan. Disadari atau tidak, jika virus berpikir bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak dapat disatukan, dan sengaja disebarkan secara sistematis. Akhirnya akan membuat sipil semakin tidak memahami fungsi militer untuk kepentingan eksistensi negara.
Seolah-olah, militer tidak dibutuhkan lagi dalam negara berdemokrasi. Padahal, pembangunan demokrasi sebuah negara sangat butuh “pengawal”. Peran militer dalam menjaga demokratisasi di sebuah negara yang berdaulat, sangat penting.


Pandangan anda soal pertentangan militer dan demokrasi itu?
Militer dan demokrasi bukanlah sesuatu yang bertentangan. Lihat saja AS. Sebagai negara yang mengklaim paling berdemokrasi di muka bumi, faktanya memiliki militer yang paling kuat di dunia.
Bukan hanya di dalam negeri, tapi tumbuh berkembang, bak kecambah di musim hujan menjadi koloni-koloni di berbagai belahan bumi. Militer hadir sebagai komponen inti untuk menjaga kedaulatan negara.
Tak terbayangkan apa yang akan terjadi di masa datang jika Indonesia tidak segera memperkuat TNI untuk menghadapi “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan. Ingat, Indonesia adalah jantung maritim Asia dan bisa menghindar dari dampak langsung dan tidak langsung serta harus dihadapi.


Mengapa militer AS bisa begitu mendominasi dunia?
Karena instalasi pangkalan militernya di luar negeri membawa keuntungan tak terkirakan untuk kemajuan industri usaha dan ekonomi sipil mereka. Mulai dari desain pembuatan senjata untuk angkatan bersenjata, pakaian untuk tentara berseragam dan pasukan tidak berseragam yang tercatat ada 253,288 personil berikut keluarganya yang belum termasuk didalamnya, stok makanan dan bisnis fasilitas liburan bagi tentara.

WAR IS PROFIT, WAR IS A DOLLAR ?  
Hampir sebagian besar sektor ekonomi AS sebenarnya mengandalkan militer untuk target penjualannya.
Satu contoh kecil, misalnya terhadap pangkalan militer AS di Irak. Untuk pangkalan itu, DoD harus memesan extra ration of cruise missiles dan depleted-uranium armor-piercing tank shells.
Selain itu, DoD juga mengakuisisi sebanyak 273,000 botol sunblock yang dianggap sama pentingnya seperti rudal bagi para tentaranya disana.
Belum lagi DoD harus menyediakan biaya binatu, dapur, surat menyurat dan pengiriman barang, serta cleaning services yang telah dikontrak militer dari perusahaan swasta, juga menjadi bagian dari kegiatan membangun dan mengembangkan sektor ekonomi AS.
Diketahui, sepertiga dari dana US$ 30 miliar tambahan yang dianggarkan untuk perang Irak, habis untuk service layananan bagi kenyamanan tentara AS.
Dengan begitu, keberadaan mereka di front-front perang tampak sama seperti kehidupan di rumah ala Hollywood. Selain itu pengamanan juga dilakukan melalui sub-kontrak pada private military companies seperti Brown & Root, DynCorp, dan the Vinnell Corporation.
Artinya, AS memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi prajurit militernya?
The Washington Post pernah mengkritisi kondisi yang terjadi di Fallujah, bagian barat Baghdad. Bagaimana pelayan-pelayan berkemeja putih bercelana hitam dan berdasi kupu-kupu bertugas setiap malamnya melayani makan malam untuk petugas dari 82nd Airborne Division.
Beberapa dari pangkalan ini, karena sangat luasnya, membutuhkan 9 trayek bus internal untuk tentara dan kontraktor sipil di dalam area berkawat tersebut.
Pangkalan Anaconda, kantor pusat divisi brigade ke-3 dan infanteri ke-4 yang bertugas menjadi ‘polisi’ sepanjang 1.500 mil persegi di wilayah Irak, ke Utara Bagdad, hingga Samarra, menempati area besar seluas 25 kilometer persegi dan penyediaan perumahan untuk sebanyak 20.000 pasukan.
Untuk keperluan spritual, misionaris bagi militer AS, mereka dilayani perusahaan penerbangan sendiri. Tentara AS juga dilayani perusahaan penerbangan dengan armada untuk penerbangan jarak jauh sehingga mampu menyambungkan langsung post dari Greenland hingga Australia.



Bagaimana dengan kita?
Wah, anda bisa bayangkan sendiri. Betapa jauhnya dengan cara kita memperlakukan personil militer. Untuk melaksanakan tugas negara  pun kadang harus berutang hanya sekadar untuk membeli obat nyamuk di warung setempat.
Atau harus terdampar di pulau terluar menjaga perbatasan dengan segala fasilitas yang sangat terbatas dan minim.


Asia Pasifik jadi target ekspansi AS selanjutnya, bagaimana anda melihatnya?
Perkembangan terkini kekaisaran militer AS, bisa disimak dari pernyataan Menteri Pertahanan, Panetta yang menyatakan bahwa 60 persen kekuatan militer AS akan pindah ke kawasan Asia Pasifik mulai 2012 hingga 2020.
Reposisi pangkalan tersebut ada dibawah kendali dan tanggung jawab Andy Hoehn, Wakil Menhan AS untuk bidang strategi. Hoen dan dan rekan-rekannya mengatur tahapan implementasi akan apa yang disebut Goerge Bush dulu sebagai strategi perang pencegahan terhadap “persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”. Negara-negara “persatuan orang-orang jahat” ini oleh AS telah diidentifikasikan sebagai “busur ketidakstabilan” yang tersebar dari mulai daerah Andes di Colombia terus ke arah Afrika Utara dan kemudian menyapu negeri negeri seberang Timur Tengah, hingga termasuk Filipina dan Indonesia.
Jadi, perang terhadap terorisme adalah sebagian kecil dari alasan untuk semua strategisasi militer AS di belahan dunia. Yang sebenarnya adalah untuk membangun cincin baru dari Pangkalan militer sepanjang khatulistiwa guna memperluas kekaisaran militer AS dalam mendominasi dunia.
Kebijakan pertahanan yang seperti apa, bagi Indonesia menyikapi kondisi ini?
Arah kebijakan pertahanan negara Indonesia saat ini telah berubah dari threat based planing ke capabilities based planning. Itu sudah ditetapkan. Soalnya kemudian, apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk memahami persepsi ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi dalam waktu dekat, sebagai dampak tersebarnya 60 persen kekuatan militer AS ke kawasan ini.  
Persis sama seperti saat Irak akan digempur melalui persiapan Operation of Enduring Freedom, dimana saat ini Indonesia sama juga “sudah terkurung” seperti Irak, oleh pangkalan-pangkalan AS sejak titik di Diego Garcia, Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, terus berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya.
Dengan kondisi ini, tak ada pilihan lain bagi elite Indonesia untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan. Percepatan kearah perbaikan ekonomi dengan menumbuhkan sektor industri dan mendayagunakan kekayaan SDA dan SDM adalah faktor mutlak bagi percepatan penguatan alutsista negara demi tercapainya MEF dalam seluruh tahapan sempurnanya.
Indonesia juga harus memperkuat TNI sebagai aktor pertahanan yang tugas utamanya adalah untuk melindungi segenap wilayah kedaulatan termasuk kekayaan dan kesejahteraan penduduknya.
 

Apa yang paling mendesak untuk dilakukan?
Persoalan yang paling mendesak dan menjadi kewajiban sipil adalah perumusan dan penyusunan landasan serta kerangka hukum yang mengatur peran dan posisi TNI dalam konteks tugasnya sebagai garda terdepan bangsa untuk menjalankan misi pertahanannya.
Kondisi hari ini, TNI terbentuk menjadi tentara yang ditekankan hanya pada kemampuan stabilisasi dan rekonstruksi, tetapi tidak sebagai tentara profesional yang memiliki kemampuan outward looking defences seperti bagaimana seharusnya.
Keberhasilan pembangunan landasan hukum ini, sebenarnya sangat terkait dengan visi politik dan visi transformasi militer untuk membangun kekuatan berdasarkan threat dan capabilities yang seharusnya dimiliki oleh kalangan sipil penentu kebijakan pertahanan.
Konstalasi politik keamanan kawasan telah berubah signifikan dan ancaman telah muncul mengikuti trend geopolitik yang berjalan. Kebijakan luar negeri Indonesia harus di re-shaping dalam cita-cita kita membangun keseimbangan regional yang merupakan tugas terbesar kita.
Semakin cepat terjawab, semakin baik.  Sehingga kita tahu TNI seperti apa yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasinya.

Pendapat anda, apa yang paling penting dalam membangun profesionalitas TNI ?
Hal yang terpenting bukan semata persoalan mana Alutsista yang perlu diganti dan mana yang masih layak pakai. Lebih dari itu, dalam membangun TNI yang profesional dan berwibawa di mata internasional, diperlukan sebuah grand strategy and design atas postur TNI. Postur TNI yang ideal untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang segera akan terbentang di kawasan ini dalam 8 tahun mendatang.
Meski dengan kemampuan Indonesia saat ini, komposisi ideal sulit diwujudkan dalam kenyataan. Namun tanpa standar ideal, kita tidak akan pernah tahu kemana tujuan negara ini 100 atau 200 tahun yang akan datang. Bagaimana TNI yang kita cintai harus dibangun untuk itu. Bagaimanapun juga, standar ideal sangat dibutuhkan sebagai panduan dalam mencapai cita-cita pembangunan akan postur TNI yang kuat, berwibawa, mumpuni dan profesional dalam menghadapi ancaman-ancaman atas kedaulatan kita sebagai bangsa yang kaya dan besar.



Prabowo: Banyak kekuatan Asing Berusaha Melemahkan NKRI
Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen (Purn) Prabowo Subianto, menegaskan adanya kekuatan tertentu di dunia yang terus mencoba melemahkan kekuatan bangsa dan pemerintahan negara Indonesia.

 

“Ada kekuatan tertentu di dunia, dan bahkan secara terang-terangan mereka juga mengatakan bahwa Indonesia akan pecah, akan terjadi perang saudara dan lain-lain '.


Mantan Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat itu menegaskan pula, Indonesia akan selalu dibuat lemah oleh kekuatan internasional itu, karena secara geografis menguasai alur laut strategis dan juga mempunyai potensi kekayaan alam melimpah, bukan mustahil pula Indonesia memiliki kandungan uranium yang tinggi, sehingga ketika Indonesia menjadi negara yang kuat dan besar, hal ini pula yang dikhawatirkan banyak pihak bahwa Indonesia akan memproduksi bom nuklir.


“Jadi, memang banyak ancaman dan skenario asing yang melemahkan Indonesia, krisis moneter 1998 dan kejatuhan Soeharto, sudah didesain sejumlah kalangan internasional sejak lama, dan memuncak pada tahun 1997 sampai 1998,  Camdesus setelah delapan tahun peristiwa itu mengatakan bahwa mereka menghendaki Soeharto jatuh ".


Mantan pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF), Michael Camdesus, dan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris, Margareth Thatcher, dalam bukunya masing-masing secara jelas menghendaki, agar Soeharto (yang notabene adalah ayah mertua Prabowo) jatuh dari tampuk kepemimpinannya.
Ia menyebut, “pukulan” terhadap bangsa dan negara Indonesia dilakukan melalui penghancuran ekonomi, agar investor lari dan rupiah merosot. Prabowo  menilai, siapa pun orangnya yang saat itu duduk menjadi pejabat seperti dirinya di posisi Pangkostrad, maka pasti akan bersikap sama dengan dirinya, yakni memberikan perlindungan terbaik untuk bangsa.
Dalam kondisi pemerintahan seperti pada tahun 1998 pasca jatuhnya kepemimpinan Soeharto, ia mengatakan, sepenuhnya tunduk pada keputusan-keputusan konstitusional yang diambil pengganti Soeharto, Presiden BJ Habibie.
Prabowo menegaskan kembali, dirinya menerima sepenuhnya pergantian Pangkostrad yang dilakukan secara tiba-tiba oleh Habibie.

AS Tempatkan Pasukan di Australia, Sinyal  Bagi  NKRI ??
Sebanyak 200 pasukan Amerika Serikat telah tiba di Australia sejak April 2012 lalu sebagai gelombang pertama dari 2.500 pasukan yang direncanakan sampai tahun 2017 mendatang. Personil awal sebanyak 200 pasukan marinir AS yang telah tiba langsung berlatih bersama militer Australia. Kedatangan pasukan AS ini disambut hangat oleh Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith.

“Penempatan pasukan AS di Australia ini merupakan evolusi dari berbagai kegiatan dan pelatihan angkatan bersenjata kedua negara dalam kerja sama militer yang sudah dibuat sebelumnya ".

Hal tersebut juga ditegaskan dan didukung oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson.
Penempatan pasukan AS ini menjadi babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan antara Australia dengan AS. Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017 nanti.
Penempatan ribuan pasukan AS di Darwin ini menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan. Terkait dengan penempatan ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa kemungkinan besar AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan militer AS.

 

Salah satu media Amerika Serikat Washington Post melaporkan bahwa rencananya militer AS akan menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.
Menanggapi pernyataan dan situasi tersebut, pemerintah Indonesia bereaksi dengan mengirim nota protes kepada Pemerintah Australia dan AS dan meminta penjelasan terkait rencana pembangunan pangkalan militer AS tersebut.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Indonesia Brigadir Jenderal Hartind Asrin berpendapat bahwa sebaiknya pemerintah Australia dan AS menjelaskan apa tujuan pembangunan pangkalan tersebut untuk menghindari kesalahpahaman.
“Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia ". ( Reuters, pada bulan Maret 2012)


Dalam acara menyambut kedatangan tentara AS di Australia tersebut, tiga pejabat Australia, yaitu: Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, dan Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson, juga menegaskan bahwa tidak akan pernah ada pangkalan militer AS di Australia.
Ternyata bukan hanya pemerintah Indonesia saja yang bereaksi, China juga merasa terganggu dengan rencana AS ini dan menilai hal ini sebagai upaya mengimbangi kekuatan dan pengaruh China di Asia-Pasifik.
China juga menuduh Australia dan AS memperkuat sekutunya dalam sengketa Laut China Selatan. Pasalnya, akhir-akhir ini China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut China Selatan yang diyakini mengandung persediaan minyak dan gas yang melimpah. Klaim ini juga sedikit menjelaskan alasan penguatan armada laut dan udara China secara gila-gilaan dewasa ini. Apalagi kalau bukan tentang dokumen peta resmi China tahun 1938_ ‘China’s shame’_mereka mengklaim wilayah luas yang mereka anggap hilang dari kekuasaan China oleh pengaruh “para imperialis” yang harus dikembalikan.
Wilayah ini meliputi :
-Sebagian wilayah Russia timur,
-Mongolia,
-Kepulauan Diaoyutai dan Ryukyu,
-Taiwan,
-Seluruh Laut China Selatan (termasuk kepulauan Natuna dan Anambas/RI),
-Vietnam,
-Cambodia,
-Laos,
-Thailand,
-Semenanjung Malaysia,
-Singapura,
-Myanmar,
-Nepal,
-Sebagian wilayah Pakistan
-Sebagian besar Central Asia.

Terpenting kita sadari bersama adalah TAK ADA GARANSI bagi negeri kita ini untuk tetap dalam naungan DAMAIapalagi negara ini adalah bak intan mutiara yang selalu mempesona dan menggoda bangsa manapun untuk memilikinya. Sanggup meningkatkan gairah siapapun untuk menguasai dan merongrongnya. Jika tak kokoh pagar negeri ini, tentulah para perompak dan penyamun akan mudah menjarah dan memperkosa. Jika tak kekar dan digdaya para punggawa serta pengawal negara ini tentulah mereka mudah menerobos mendzalimi.

Ingatlah, Jika Kita Ingin Damai Maka Bersiaplah Untuk PERANG !!Jayalah Terus Indonesia, Sekali Merdeka Tetap Merdeka........!!
(pengaya kata: berbagai sumber foto dan berita)




21 komentar:

  1. kata-katanya bagus izin copas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pejabat korupsi itulah orang2 bodoh yg tak tau kedaulatan negara NKRI, maka pejabat bodoh layak di bunuh / di hukum mati

      Hapus
    2. Tapi tni banyak yg rusak nih.........bandar sabu, bandar judi dll.......sayang ya

      Hapus
    3. itu karna tni kehilangan banyak jobdesk... coba sekarang semua sipilisasi... teroris dulu sama kopassus sekarang densus 88 polri... hankam laut dulu sepenuhnya TNI AL skarang dibentuk BakamLa.. jangan jangan bentar lagi ada polisi Udara... Menhan juga... banyak dipegang sipil.. pantas lah kalo ada tni nganggur jadi mengerjakan lain lain

      Hapus
  2. Negara lain punya senjata hebat.. Indonesia punya banyak dukun yang masih sakti...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo masslah dukun sih ia tapi ITU gak berguna karena dukun di Indonesia ITU kalo do bom nuklir past I ancur

      Hapus
    2. memang dukun sakti banyak dan mereka pasti akan lebih sakti dakam menghadapi amerika dan kroninya...tetapi mereka akan loyo apabila harus menghadapi china...tau sebabnya...? karena dupa yg dipake para dukun dan tukang santet itu pasti buatan china...jadi jika mereka harus menyerang china maka untuk pencegahan pihak china pasti akan menutup pabrik dupa yg akan berimpkikasi para dukun tidak bisa memanfaatkan ilmunya....emangnya apa dukun bisa baca mantra sambil bakar kembang api...? kwkkkk

      Hapus
  3. Hancurnya peradaban manusia akibat perang dunia 3 akan mengembalikan kita ke zaman batu.....

    BalasHapus
  4. Ko main nuke AS sama russia lebih bagus main aja perang dunia 4

    BalasHapus
  5. Sebelum Perang D-3 Amerika sudah di hantam dulu negaranya ama asteroid .... wkwkwkwk

    BalasHapus
  6. AKU TUNGGU PERANG NYA YA.... !

    BalasHapus
  7. apakh mungkin kita akan ber gerilya? kita tunggu saja...

    BalasHapus
  8. mari menanam singkong dan ubi jalar untuk stok makanan kita masa depan.

    BalasHapus
  9. kerahkan ja para dukun santet,,,,,beresssss

    BalasHapus
  10. MENTAL DAN NASIONALISME LEBIH PENTING DARI SEGALANYA,,,AMERIKA KUAT KARENA NASIONALISMENYA KUAT,PERSATUANNYA KUAT,,RAKYAT DAN PEMRINTAHANNYA SUDAH SAMA-SAMA TAHU MASA DEPAN SEPERTI APA YANG DIINGINKAN AMERIKA,,SOAL ALAT PERANG DAN MILITER YANG CANGGIH DAN BANYAK,ITU HANYA EFEK SAMPING DARI RASA NASIONALISME DAN PERSATUAN MENJAGA NEGRA YANG KUAT . BEDA DENGAN INDONESIA BERSATU DAN NASIOANLISMNYA KELUAR STELAH MENDAPAT SERANGAN,,BELUM LAGI VIRUS2 KARTEL ASING,,KORUPTOR PRO ASING,,PEMIMPIN YANG KEBIJAKANNYA PRO BARAT,,ITU YANG MERUSAK NEGARA,,KORUPTOR,KARTEL ASING,PEMIMPIN YANG TAKUT MATI DA BERKHIANAT,,RAKYAT AKHIRNYA APATIS DENGAN MASA DEPAN NEGARA,,

    BalasHapus
  11. Indonesia harus bersiap dari sekarang....perang pasti akan terjadi. Tapi waktunya yang belum bisa dipastikan. Jadi Indonesia harus mempersiapkan diri agar tidak dijajah seperti dulu lagi... buatlah kendaraan tempur yang banyak dan kuat. Buat balistik dan bom atom... perbanyak personel TNI. dan siapkan cadangan bahan bakar. Dengan membuka dan mengolah hasil alam kita sendiri. Seperi Korea Utara.

    BalasHapus
  12. Melihat Indonesia sekarang sangatlah memprihatinkan Dan sangat di hawatirkan bahwa Negara INI sudah tidak ada pendirian sehingga negara seperti negara adikuasa bisa ssngat mudah memainkan negara INI dengan leluasa , jadi seharusnya negara harus lebih mementingkan keutuhan nkri Dan memperkuat pertahanan negara meski kita tahu seperti apa pemimpin sekarang INI yang kurang mempunyai karakter kuat ,sebenarnya kalo kita lihat Dari segi militer kita ,kit a mempunyai militer diviisi yang kuat seperti kopassus yang di akui oleh Negara Latin bahkan Negara adikuasa tetapi kelemahan kita adalh kita kalah dlam pemikiran politik luar negri .

    BalasHapus
  13. Izin posting mas berbagi untuk NKRI

    BalasHapus
  14. Says tidal tahu senjata APA yang digunakan pada Perang Dunia ke-III, tetapi yang pasti perang dunia ke-IV akan menggunakan tongkat dan batu

    BalasHapus