STOP THE MASSACRE IN SYRIA !! STOP WAR !!
Negara-negara Barat, termasuk AS dan Inggris, berencana mengambil aksi militer sepihak terhadap rezim Bashar al-Assad di Suriah dalam waktu dua pekan mendatang. Langkah militer diambil setelah ada serangan senjata kimia kepada warga sipil yang diduga negara Barat dilakukan oleh pemerintahan Assad. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dilaporkan membahas serangan rudal dengan Presiden AS Barack Obama melalui telpon selama 40 menit. Mereka juga membahas bersama Presiden Prancis, Francois Hollande, pada minggu (25/8). (kebo dah...ini nih kelakuan orang-orang munafik yang kebetulan dianugerahi kekuasaan, nasib sebuah bangsa, nilai harta dan jutaan nyawa hanya butuh waktu 40 menit untuk memutuskannya jadi sebuah niat agresi)
" Kita tidak bisa mengizinkan di abad ke-21 ini, senjata kimia dapat digunakan dengan impunitas dan tidak ada konsekuensi ".
Tuh coba liat kata mereka, ahli sejarah mestinya gak usah jauh-jauh belajar ke Giza jika hanya ingin tau karakter Fir'aun dimasa lalu. Hehehehehe........
Setiap aksi militer kemungkinan akan berupa serangan rudal dari angkatan laut Amerika. Kapal angkatan laut AS telah bergerak lebih dekat ke Suriah. (Gila yaah ? Barat yang ngembangin senjata kimia, mereka yang jual terus giliran meledak dinegara orang, ee malah dituduhin. Jadi ingat kayak mata rantai penjualan narkoba aja nih. Aparat yang punya, dikirim ma antek, dijual laku baru digrebek. Sisa barang angkut lagi ke markas, diapain ??? ya diedarkan buat cari tersangka baru lagi aahhhh wkwkwkwk..... )
Sementara itu, Suriah akhirnya menyetujui inspektur PBB mengunjungi lokasi dugaan serangan senjata kimia. Serangan senjata kimia dilaporkan telah menewaskan 350 orang dan melukai 3.600 orang dengan gejala gangguan syaraf. Akan tetapi, Washington mengatakan langkah itu terlalu terlambat dan menuduh pemerintah Suriah menyembunyikan sesuatu. Mereka menduga Suriah menunda akses inspektur PBB selama empat hari untuk menutupi bukti.
Sementara itu, Suriah akhirnya menyetujui inspektur PBB mengunjungi lokasi dugaan serangan senjata kimia. Serangan senjata kimia dilaporkan telah menewaskan 350 orang dan melukai 3.600 orang dengan gejala gangguan syaraf. Akan tetapi, Washington mengatakan langkah itu terlalu terlambat dan menuduh pemerintah Suriah menyembunyikan sesuatu. Mereka menduga Suriah menunda akses inspektur PBB selama empat hari untuk menutupi bukti.
Panel Senat Amerika Serikat menyetujui penggunaan militer di Suriah untuk merespon serangan senjata kimia. Permintaan serangan itu akan mengizinkan penggunaan militer di Suriah selama 60 hari dengan kemungkinan perpanjangan waktu 30 hari. Tetapi mereka tidak akan menggunakan tentara AS di darat. Komite hubungan luar negeri senat menyetujui dengan satu absen. Persetujuan itu untuk mengubah keseimbangan kekuatan militer di Suriah. Presiden Barack Obama masih harus berjuang mencari dukungan dalam negeri dan luar negeri untuk aksi militer. Selain senat, persetujuan dari parlemen juga masih harus dicari. Presiden Barack Obama gagal meyakinkan sebagian besar warga Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan serangan terbatas ke Suriah sebagai respons kecurigaan penggunaan senjata kimia.
Survei menyebut 56 persen warga AS mengatakan negara seharusnya tidak mengintervensi Suriah, dan hanya 19 persen yang mendukung aksi tersebut. Sekitar 25 persen
Namun, hanya 29 persen yang setuju AS harus mengintervensi, sementara 48 persen menolak aksi. Sekitar 24 persen lainnya menjawab tidak tahu. Obama pekan lalu memutuskan AS harus mengambil tindakan militer melawan pemerintah Suriah. Namun, dia harus menanyakan kepada Kongres untuk menyetujui serangan. Sejauh ini, hanya 23 senator yang mendukung atau menginginkan resolusi atas Suriah. Sekitar 16 senator mengatakan mereka menolak resolusi, sementara 61 suara belum memutuskan atau tidak diketahui.
Dalam laporan yang dilansir New York Times, 65 persen warga AS sepakat dengan pernyataan masalah di Suriah bukan urusan AS. Di Inggris, 58 persen warga yang disurvei sepakat dengan pernyataan tersebut. Sekitar 29 persen warga yang disurvei menyatakan mendukung pemerintahan Obama mempersenjatai oposisi Suriah. Namun, 49 persen warga menolaknya. Sementara 21 persen mengatakan mereka tidak tahu.
Rusia Menolak Keras Agresi Barat
Rusia mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak mengulangi kesalahan serupa di Timur Tengah saat mencoba ikut campur urusan dalam negeri Suriah.
Menurut Rusia, tindakan militer AS di Suriah akan mengancam usaha perdamaian dan berdampak buruk bagi situasi keamanan di Timur Tengah. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, peringatan tersebut merupakan respon kepada Amerika yang belakangan membuka kemungkinan untuk melakukan serangan bersenjata ke Suriah.
Rusia mencatat kesamaan antara laporan pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia dengan intervensi militer Washington pada 2003 di Irak, pascatuduhan pemerintahan Presiden George W Bush, pemimpin Irak Saddam Hussein mempunyai senjata pemusnah massal. Putin mengatakan Rusia tidak mendukung pasukan dewan keamanan PBB untuk menyerang Suriah.
Rusia mencatat kesamaan antara laporan pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia dengan intervensi militer Washington pada 2003 di Irak, pascatuduhan pemerintahan Presiden George W Bush, pemimpin Irak Saddam Hussein mempunyai senjata pemusnah massal. Putin mengatakan Rusia tidak mendukung pasukan dewan keamanan PBB untuk menyerang Suriah.
"Jika ada bukti senjata kimia digunakan, itu harus disampaikan kepada dewan keamanan PBB dan harus menyakinkan ".
Dia menambahkan Rusia siap bertindak jika ada bukti tentang senjata yang digunakan dan siapa yang menggunakannya. Persetujuan akan diberikan melalui voting pekan depan. Rusia dan Cina yang merupakan anggota tetap DK PBB diprediksi memveto keputusan PBB untuk menyerang Suriah. Kedua negara tersebut merupakan pendukung pemerintahan rezim Assad di Suriah.
" Kami
sekali lagi mengingatkan dengan keras kepada Amerika Serikat untuk
tidak mengulangi kesalahan pada masa lalu dan tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dapat melanggar hukum internasional, Setiap
tindakan militer sepihak tanpa persetujuan dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa hanya akan menyebabkan situasi di Suriah semakin memburuk
dan memperparah situasi keamanan di Timur Tengah yang saat ini sudah
berbahaya " .
Moskow mengatakan, setiap tindakan militer dapat menghambat usaha bersama Amerika bersama Rusia mengadakan konferensi internasional untuk mengakhiri perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang.
"Ancaman penggunaan kekuatan militer kepada rezim Suriah akan mengirimkan pesan yang salah kepada kubu oposisi. Semua pendukung oposisi, yang mempunyai pengaruh terhadap mereka, harus segera berusaha menyatukan pendapat untuk kembali bernegosiasi " .
Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan penasihat keamanan. Pertemuan itu untuk membicarakan respon terhadap laporan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Pasukan
angkatan laut Amerika Serikat telah ditempatkan di laut Mediterania
untuk bersiap jika perintah dari Washington datang. Kubu oposisi Suriah
menuduh pasukan Bashar telah melepaskan gas beracun yang menewaskan
ratusan orang bahkan salah satu laporan menyebut sebanyak 1.300 orang
tewas. Sementara kubu pemerintah mengatakan pada Ahad mengizinkan tim
ahli dari PBB untuk mengunjungi tempat tersebut.
Pro-Kontra Semakin Meruncing
Para pemuka agama gereja Katholik di Amerika Serikat (AS) menentang aksi militer ke Suriah. Dikatakan, langkah tersebut akan mengarah pada akibat yang lebih buruk. Dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Barack Obama, Konferensi Uskup Katholik AS mengatakan, Washington justru harus segera bekerja tanpa lelah bersama negara lain untuk mengakhiri perang saudara di Suriah.
Meski pun mengecam pemakaian senjata kimia di Suriah, Paus Fransiskus dan seluruh uskup nasrani di Timur Tengah mendesak masyarakat internasional untuk menghindari intervensi militer.
Penandatanganan surat itu dilakukan Kardinal New York, Timothy Dolan, sebagai ketua Konferensi serta Uskup Richard Pates dari Iowa, selaku ketua komite perdamaian dan keadilan internasional. Gereja Katholik adalah komunitas terbesar di antara umat nasrani di AS.
" Mereka menyatakan dengan jelas bahwa serangan militer akan kontra-produktif. Akan makin memperkeruh suasana yang sudah mematikan dan juga bakal membawa akibat yang lebih buruk " .
Penandatanganan surat itu dilakukan Kardinal New York, Timothy Dolan, sebagai ketua Konferensi serta Uskup Richard Pates dari Iowa, selaku ketua komite perdamaian dan keadilan internasional. Gereja Katholik adalah komunitas terbesar di antara umat nasrani di AS.
Paus Fransiskus bahkan telah mengumumkan untuk berpuasa satu hari demi berdoa bagi Suriah. Ia juga mengatakan, Tuhan dan sejarah akan mengadili mereka yang menggunakan senjata kimia.
Rusia, yang
mencurigai serangan tersebut dilakukan gerilyawan oposisi, juga menuduh
satu pihak sebelum adanya kesimpulan dari tim investigasi PBB akan
menjadi 'kesalahan tragis'.
Politikus Inggris, George Galloway, menyebut senjata kimia yang
mungkin digunakan di Suriah bukan berasal dari pemerintah Presiden
Bashar Al Assad. Menurut dia, senjata itu kemungkinan digunakan Alqaidah
yang mendapat pasokan dari Israel.
"Jika ada penggunaan gas saraf, itu adalah pemberontak yang
menggunakannya. Jika telah terjadi penggunaan senjata kimia, itu
Alqaidah yang menggunakan senjata kimia. Siapa yang memberi mereka
senjata kimia? Menurut teori saya, Israel memberi mereka senjata kimia."
Komentar Galloway tersebut diberikan setelah inspektur PBB mendapat
akses mengunjungi lokasi serangan senjata kimia yang diklaim telah
menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan masyarakat
internasional mungkin harus menggunakan kekuatan jika Suriah terbukti
menggunakan senjata kimia dalam serangan kepada oposisi. Rekaman yang belum diverifikasi menyebut korban termasuk
anak-anak menderita kejang-kejang dan kesulitan bernapas. Video itu
beredar di Youtube.
Jumlah korban tewas juga belum dapat dikonfirmasi. Koalisi Nasional
Suriah mengklaim ada 1.300 orang kematian. Jumlah itu didasarkan pada
klaim dan foto-foto aktivis di lapangan.
Rusia dalam beberapa hari ke depan mengirim kapal anti-kapal selam dan
kapal penjelajah berpeluru kendali ke laut Tengah pada saat Barat
menyiapkan kemungkinan serangan terhadap Suriah.
" Keadaan
berkembang di laut Tengah timur menyerukan koreksi tertentu untuk
meningkatkan angkatan laut, Sebuah kapal anti-kapal selam besar dari Armada Utara akan bergabung
dengan mereka (angkatan laut yang ada) selama beberapa hari ke depan.Satu kapal
penjelajah roket dari Armada Laut Hitam yang sekarang mengakhiri
tugasnya di Atlantik utara dan akan segera memulai perjalanan
transatlantik menuju Selat Gibraltar."
Selain itu, sebuah kapal
penjelajah roket dari Armada Pasifik, Varyag, juga akan bergabung dengan
angkatan laut Rusia di Mediterania pada musim gugur ini untuk
menggantikan kapal anti-kapal selam besar.
Namun, Kantor Berita RIA Novosti
yang dikelola negara mengutip perwakilan tingkat tinggi komando
angkatan laut yang mengatakan bahwa perubahan pasukan negara di wilayah
itu tidak terkait dengan ketegangan saat ini menyangkut Suriah dan
menyebut mereka sedang melaksanakan "rotasi yang telah direncanakan".
Brazil menentang campur tangan militer di Suriah tanpa dukungan penuh
PBB. Demikian kata Menteri Luar Negeri Brazil, Luiz Alberto Figueiredo.
" Posisi Pemerintah Brazil sejak dulu sampai sekarang tak pernah
mempertimbangkan campur tangan bersenjata, jika itu tak dilakukan dengan
dukungan resolusi dari Dewan Keamanan PBB. Jika tidak, kami akan selalu mempertimbangkan itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB. Kekuatan hanya boleh digunakan untuk membela diri. Ini sebagaimana
ditetapkan dalam Piagam PBB atau di bawah wewenang khusus dari resolusi
Dewan Keamanan PBB ".
Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan kembali kesiapan
militernya untuk menghadapi segala bentuk serangan Amerika Serikat dan
sekutuya. Assad dalam pertemuannya dengan Alaeddin Boroujerdi, Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majlis (parlemen) Republik Islam Iran di Damaskus mengatakan, militer Suriah siap untuk
menghadapi segala bentuk serangan dan agresi asing. Ia menegaskan,
ancaman Washington tidak akan menghalangi Damaskus dari
prinsip-prinsipnya dan dari tekadnya untuk memerangi terorisme yang
didukung oleh sejumlah negara Barat khususnya AS.
Boroujerdi dalam pertemuan dengan Assad menegaskan
dukungan berkelanjutan Tehran kepada Damaskus. Ia mengatakan, sikap Iran
berasal dari pandangan-pandangan Pemimpin Besar Revolusi Islam
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dan didasarkan pada dukungan
terhadap Suriah dan poros Muqawama.
Pernyataan
Boroujerdi di Damaskus itu menegaskan kembali bahwa Iran menentang
perang baru di kawasan. Para pejabat Tehran berulang kali menekankan,
krisis Suriah hanya dapat diselesaikan melalui dialog Suriah-Suriah dan
para pejabat Damaskus juga menegaskan hal itu. Meski demikian, Suriah
tetap siap untuk menghadapi perang yang dikobarkan oleh Barat dan
sekutunya.
Siapa Dalang-Apa Motif Serangan ?
Gelombang baru ancaman terhadap Suriah
meningkat pasca serangan kimia di al-Ghouta timur, selatan Suriah.
Kelompok-kelompok teroris dan pendukung mereka khususnya AS, Arab Saudi
dan Turki mengklaim bahwa militer Suriah telah menggunakan senjata kimia
untuk menyerang pemberontak di pinggiran Damaskus pada tanggal 21
Agustus 2013.
Pemerintah Suriah membantah klaim
tersebut dan balik menuding bahwa pihak militan yang telah menggunakan
senjata kimia. Dugaan bahwa militan telah menggunakan senjata kimia
semakin kuat setelah ditemukannya sejumlah bukti.
Sejumlah teroris di Suriah dalam wawancara mereka dengan wartawan
Associated Press pada tanggal 31 Agustus 2013 mengaku, serangan senjata
kimia di al-Ghouta timur yang menewaskan banyak warga sipil, diakibatkan
oleh penggunaan keliru atas sebuah bahan kimia oleh para anasir
kelompok bersenjata.
Bahan kimia
tersebut diperoleh dari Ketua Dinas Rahasia Arab Saudi, Pangeran Bandar
bin Sultan. Menurut mereka, Saudi tidak memberikan pelatihan yang benar
terkait penggunaan senjata kimia, dan rencanannya senjata-senjata kimia
itu akan dikirim kepada kelompok teroris Front Al Nusra di Suriah.
Sementara itu, satelit-satelit Rusia baru-baru ini juga mengambil gambar
yang menunjukkan penggunaan senjata kimia oleh teroris di wilayah
al-Ghouta timur.
Meskipun bukti kuat menunjukkan
bahwa militan di Suriah telah menggunakan senjata kimia, namun AS,
Inggris, Perancis, Saudi dan Turki menabuh genderang perang terhadap
Suriah. Front Arab-Barat anti-Suriah itu menggunakan media-media mereka
untuk menebarkan propaganda dan tekanan terhadap Damaskus.
Bersamaan meningkatnya ancaman, presiden Suriah dan militer negara itu
menyatakan siap untuk menghadapi segala bentuk invasi asing. Militer
Suriah dilaporkan memiliki struktur dan kemampuan yang kuat serta
logistik yang memadai dibanding dengan militer-militer negara Arab
lainnya.
Kesiapan militer Suriah untuk menghadapi
ancaman Barat dan penentangan opini publik Barat terhadap perang baru di
Timur Tengah menyebabkan munculnya friksi tajam di antara sekutu AS.
Penolakan parlemen Inggris atas rencana pemerintah Perdana Menteri David
Cameron untuk berpartisipasi dalam serangan ke Suriah dan penegasan
Presiden Perancis Francois Hollande untuk memberikan kesempatan kembali
atas penyelesaian krisis Suriah melalui jalan damai merupakan
tanda-tanda dari friksi tersebut.
Presiden AS Barack
Obama yang merasa ditinggalkan sendiri oleh sekutu Barat-nya dalam
rencana invasi ke Suriah pada Sabtu malam melimpahkan keputusan aksi
militer ke negara Arab itu kepada Kongres. Sikap mundur Obama tersebut
menunjukkan bahwa serangan ke Suriah bukan hal yang mudah seperti yang
dibayangkan sebelumnya oleh Gedung Putih.
Kesiapan
militer Suriah dalam menghadapi serangan asing dianggap sebagai salah
satu faktor utama yang mempengaruhi keputusan Obama, di mana kesiapan
tersebut ditegaskan kembali oleh presiden Suriah dalam pertemuannya
dengan Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran.
Pengacara Internasional Menentang Kepongahan Agresi Barat
Seorang pengacara internasional menilai serangan AS terhadap Suriah sebagai kejahatan perang berdasarkan Piagam PBB mengenai perang agresif.
" Setiap serangan oleh Amerika Serikat terhadap Suriah akan menjadi pelanggaran terhadap larangan Piagam PBB mengenai perang agresif, yang lebih serius (bentuknya) dari kejahatan perang. Menurut prinsip-prinsip Nuremberg, yang menetapkan pedoman untuk definisi kejahatan perang, AS memulai perang agresif terhadap bangsa lain ".
Alfred Lambremont Webre, Ahli hukum internasional ini menggambarkan keputusan Presiden AS Barack Obama mencari otorisasi Kongres atas rencana agresi militer di Suriah sebagai upaya "meraih perlindungan politik dan justifikasi hukum di belakangnya". Presiden AS Barack Obama menunda serangan militer segera terhadap Suriah pada 31 Agustus lalu untuk meminta persetujuan dari Kongres.
Sebelumnya, polling terbaru menunjukkan sekitar 80 persen warga Amerika Serikat berpendapat bahwa Barack Obama harus memperoleh dukungan dari Kongres sebelum memutuskan menyerang Suriah. Sebanyak 50 persen responden berkeyakinan bahwa AS tidak seharusnya mengintervensi Suriah, dan mereka menentang keras serangan militer ke negara itu.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh televisi NBC menunjukkan 79 persen responden mendesak pemerintah Obama terlebih dahulu mengantongi restu dari Kongres AS.
Hanya 21 persen responden yang beranggapan bahwa intervensi militer ke Suriah menguntungkan kepentingan nasional Amerika Serikat.
Rencana AS melancarkan serangan militer di Suriah menyulut gelombang penentangan publik dunia yang semakin mengalir deras. Di AS sendiri, unjuk rasa anti-perang berlangsung di sejumlah kota termasuk Washington, Los Angeles, Chicago dan New York.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem bertekad akan membalas serangan militer apapun oleh dunia Barat dengan apa yang disebutnya sistem pertahanan yang “mengejutkan.”
Suriah mendengar gendang perang. Ia mengatakan dunia Barat menggunakan dugaan penggunaan senjata kimia sebagai alasan untuk menyerang.
Ia kembali membantah pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia, dan menantang Amerika dan sekutu Eropanya untuk menunjukkan bukti.
Ia kembali membantah pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia, dan menantang Amerika dan sekutu Eropanya untuk menunjukkan bukti.
PBB menunda kunjungan ke sebuah pinggiran Damaskus dimana senjata kimia dilaporkan telah digunakan. Penembak gelap melepaskan tembakan ke sebuah mobil PBB yang sedang berhenti di Moadamiyeh. Tidak ada korban cedera, sementara pemerintah dan pemberontak Suriah saling menyalahkan.
Amerika mengatakan tidak ada keraguan bahwa militer Bashar al-Assad menjatuhkan senjata kimia di empat kawasan pinggiran Damaskus minggu lalu, menewaskan ratusan orang di dalam rumah-rumah mereka. Para pejabat Amerika mengatakan keputusan Presiden Barack Obama tentang respon terhadap serangan itu akan keluar dalam beberapa hari.
Liga Arab yang bertemu di Kairo menuding pemerintah Assad atas serangan itu dan menuntut agar para pelakunya diadili.
Rusia, sekutu utama Suriah, menentang intervensi Barat di Suriah. Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menganggap negara-negara Barat bertindak di dunia Islam itu seperti :
“ bagaikan monyet yang memegang granat.”
wkwkwkwkwk........mister rusky ini dalem banget nyindirnya. Emang susah ngomong baek-baek sama uncle sam dan ganknya. Kita dan dunia juga menentang agresi dengan alasan apapun bentuknya. Persetan dengan " TATANAN DUNIA BARU ".
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Braindonesia@blogspot.com > Berbagai sumber beritA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar