Kontingen TNI AD berhasil meraih 17 medali emas, 17 perak, dan 15 perunggu dan menjadi juara 1 lomba tembak antar angkatan darat internasional, Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM) 2013 yang dilaksanakan pada 29 April s.d. 19 Mei 2013 di Puckapunyal Military Area, Victoria, Australia.
Adapun juara kedua diraih oleh tim tembak AD Filipina dengan meraih
11 medali emas, 9 perak dan 3 perunggu. Sedangkan juara ketiga diraih
oleh tim tembak AD Australia dengan meraih 10 medali emas, 16 perak dan
6 perunggu.
Lomba tembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) merupakan
ajang lomba tembak tahunan yang diselenggarakan oleh AD Australia sejak
1984 dan pertama kali dibuka untuk kontingen petembak internasional
pada 1988.
Materi yang diperlombakan meliputi, materi perorangan maupun tim pada
nomor senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan materi senapan
dan SO. Peserta lomba terdiri dari Tim petembak AD Australia dan Tim
Internasional dari negara-negara undangan.
Pada pelaksanaan tahun 2013, AASAM diikuti oleh 17 tim internasional
antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Selandia baru, Brunei
Darussalam, Perancis, Kanada, Amerika, Singapura, Papua Nugini, Timor
Leste, Filipina, Inggris, Jepang, China, Tonga, dan tuan rumah
Australia.
TNI AD telah berpartisipasi dalam lomba tembak AASAM pada tahun 1991,
1993, 1995, 1997, 2005, 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sejak tahun
2008 hingga 2012, Tim petembak TNI AD telah berhasil mengukir prestasi
sebagai juara umum dalam lomba tembak AASAM.
Kontingen TNI AD dalam lomba tembak AASAM 2013 ini mengirimkan 19
petembak yang dipimpin oleh Mayor Inf Setyo Wibowo dari
Divif-1/Kostrad.
PRESTASI TNI DALAM SEJARAH AASAM
Lomba tembak ini diselenggarakan oleh Angkatan Darat Australia hampir setiap tahunnya, dengan mengundang beberapa negara se-Asia Pasifik. Dalam beberapa kompetisi tersebut, diketahui TNI AD selalu menggunakan senapan buatan negeri.
Senapan tersebut adalah pabrikan dari PT Pindad Indonesia. Senjata pabrikan Bandung ini hingga sekarang masih memproduksi senapan-senapan yang digunakan oleh TNI AD. Dari prestasi tersebut, TNI AD sempat menuai pujian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berikut 5 prestasi TNI AD yang memakai senapan PT Pindad.
Berikut 5 prestasi TNI AD yang memakai senapan PT Pindad.
1. Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) tahun 2009
Dalam AASAM tahun 2009, kontingen TNI AD membawa 15 orang personil yang terbagi atas 10 orang petembak dan 5 orang official. Lomba ini diselenggarakan pada bulan Mei.
Dalam kompetisi tersebut kontingen TNI-AD dapat menunjukkan prestasi terbaiknya dengan mendapatkan 59% medali emas, 41% medali perak dan 39% medali perunggu dari jumlah 41 medali yang diperebutkan, sekaligus mengukuhkan posisinya sebagai Juara Umum.
Kesuksesan TNI AD disini di dukung oleh kualitas kehandalan senjata Senapan Serbu 2 (SS-2) yang diproduksi oleh PT Pindad Indonesia.
2. Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) tahun 2010
TNI AD mengirim kontingen sebanyak 15 orang di AASAM tahun 2010. Lomba ini dilaksanakan pada bulan Juni. Disana, para petembak TNI AD telah berhasil mempertahankan prestasi sebagai Juara Umum, dengan perolehan 22 medali emas, 13 medali perak, dan 14 medali perunggu.
Para petembak TNI AD ini dibekali oleh Senapan Serbu 2 (SS-2) buatan PT Pindad Indonesia.
3.AustralianArmy Skillat Arms Meeting(AASAM) tahun2011
Di AASAM tahun 2011 ini, TNI AD berhasil meraih medali emas terbanyak. Pada babak akhir kompetisi, Malaysia menjadi lawan terkuat Indonesia, namun kontingen petembak TNI AD berhasil meraih 7 medali emas, 9 medali perak dan 5 medali perunggu, dimana Indonesia mengungguli peserta-peserta dari negara lainnya.
Dari kompetisi yang berlangsung pada bulan Mei ini, lagi-lagi TNI AD berhasil meraih Juara Umum. Selain menggunakan SS2 milik PT Pindad, TNI AD juga berkesempatan menggunakan pistol jenis Browning milik Australia.
4. Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) tahun 2012
AASAM tahun 2012, kontingen TNI AD yang dikirim berjumlah 17 orang. Dari 51 medali yang disiapkan dalam kejuaraan itu, prajurit TNI AD menyabet 25 emas, sementara tentara Amerika hanya memperoleh 2 emas dan 5 perunggu, sedang Australia diperingkat kedua hanya mengantongi 9 emas, 12 perak dan 7 perunggu.
Ditahun tersebut posisi prajurit TNI AD memiliki kemampuan menembak diatas rata-rata prajurit yang ada diseluruh dunia. Prajurit TNI AD hanya memakai senjata buatan PT Pindad jenis SS2 dan mampu meredupkan pamor senjata MP4 Carbine Amerika Serikat, SAR 21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G36, atau HK416.
5. Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) tahun 2013
Kompetisi yang digelar pada bulan Mei ini, menuai pujian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam akun twitternya. Pasalnya, di lomba tembak ini TNI AD masih bisa mempertahankan prestasinya sebagai Juara Umum dengan menggunakan SS2 Pindad.
Berikut tulisan dari akun twitter SBY :
"Kontingen TNI AD dg gemilang menang lomba tembak AASAM di Australia, raih 17 medali emas. Selamat. Saya bangga. *SBY*" "Prajurit TNI dengan senjata buatan Pindad sering menang lomba tembak lawan tentara negara lain. Indonesia bangga. *SBY*"
Dalam lomba tembak AASAM 2013 tersebut, kontingen TNI AD beranggotakan 24 prajurit Kostrad dan 6 dari Kopassus. Disana TNI AD berhasil memperebutkan 58 medali berupa 17 medali emas dan 58 nomor menembak.
SENAPAN SS2 DAN SPR-2 PINDAD GAHAR
Tak hanya mengundang keterkejutan di even internasional sekelas AASAM, produk senjata PT PINDAD memang telah berkali-kali menuai pujian dari seantero jagad. Hal ini tentu membanggakan kita semua, sebab senjata produk anak negeri telah teramat sangat layak diperhitungkan layaknya M16 dan selegendaris AK47. Bahkan tak hanya senapan serbunya, pujian itu datang dari senapan runduknya, SPR-2.
'Good....,' kata salah seorang petembak kontingen Angkatan Darat Singapura, sambil terus memandangi dan melihat detail fitur senapan runduk anti material versi SPR-2, yang dipajang di stand PT Pindad di sela-sela kejuaraan tembak AARM ke-21, di Depok, Jawa Barat.
Tentara dari Singapura itu satu dari 10 kontingen angkatan darat negara-negara ASEAN yang berkumpul untuk adu tangkas, tepat, dan trengginas dalam pemakaian senapan ringan dan semi otomatik. Nama gelaran itu adalah ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) yang bertempat di Markas Komando Divisi I Kostrad, yang berlangsung mulai hari ini.
Good memang bukan excellent atau outstanding, tapi ucapan dari tentara Singapura itu semoga bukan basa-basi karena negara kecil itu juga punya senapan serbu perorangan dan senapan tembak tepat buatan industri sendiri. Sebutlah SAR-80 dan generasi terakhirnya, SAR-21.
Yang terakhir ini bahkan diakui kualitas dan akurasi serta endurabilitasnya oleh banyak militer dunia. Sama-sama kaliber 5,6 milimeter kali 45, namun bahkan Angkatan Darat Amerika Serikat juga mengangkat topi atas kinerja senapan serbu berkonsep bullpup itu.
Sambil melihat detail fitur senapan SPR-2, sebagian besar petembak angkatan darat dari sepuluh negara ASEAN yang berkunjung ke stand PT Pindad, juga berpose layaknya penembak runduk menggunakan SPR-2 sambil meminta salah seorang rekannya mengabadikan posenya lewat kamera.
"Jangan lupa nanti fotonya dikirim via email yaa...," ujar salah seorang anggota kontingen Angkatan Darat Brunei Darussalam.
Diding Sumardi dari Divisi Senjata PT Pindad mengemukakan pihaknya baru membuat lima prototipe dari SPR-2, namun sudah membuat sejumlah amunisi untuk senapan runduk dengan amunisi berkaliber 12,7 x 99 mm itu.
"Kami telah bandingkan dengan sejumlah senapan runduk yang selama ini digunakan TNI baik Kopassus, Kopaska maupun Paskhas. Kita bandingkan agar senapan yang kami hasilkan ini dapat menjadi produk unggulan," katanya.
Diding mengatakan SPR-2 memiliki kapasitas megasen lima butir dengan panjang keseluruhan 1.550 mm, berat 16 kilogram, dan jarak tembak efektif 2.000 meter.
PT Pindad mempunyai tiga produk Senapan Penembak Runduk (SPR) atau senapan sniper anti material tank yang berkualitas dunia. SPR produksi PT Pindad ada tiga varian, SPR-1, SPR-2 dan SPR-3. Senapan tersebut dapat menembus baja yang tebalnya tiga sentimeter dari jarak 900 meter.
"SPR 1 didesain menggunakan munisi kaliber 7,62 mm dengan jarak efektif 900 m," kata Diding. Selain senapan runduk, dalam kegiatan lomba tembak angkatan darat ASEAN itu juga ditampilkan berbagai produk PT Pindad termasuk Senapan Serbu (SS) berbagai varian, senapan SM2-V1 dan miniatur kendaraan taktis, kendaraan tempur seperti panser ANOA 6x6.
'Good....,' kata salah seorang petembak kontingen Angkatan Darat Singapura, sambil terus memandangi dan melihat detail fitur senapan runduk anti material versi SPR-2, yang dipajang di stand PT Pindad di sela-sela kejuaraan tembak AARM ke-21, di Depok, Jawa Barat.
Tentara dari Singapura itu satu dari 10 kontingen angkatan darat negara-negara ASEAN yang berkumpul untuk adu tangkas, tepat, dan trengginas dalam pemakaian senapan ringan dan semi otomatik. Nama gelaran itu adalah ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) yang bertempat di Markas Komando Divisi I Kostrad, yang berlangsung mulai hari ini.
Good memang bukan excellent atau outstanding, tapi ucapan dari tentara Singapura itu semoga bukan basa-basi karena negara kecil itu juga punya senapan serbu perorangan dan senapan tembak tepat buatan industri sendiri. Sebutlah SAR-80 dan generasi terakhirnya, SAR-21.
Yang terakhir ini bahkan diakui kualitas dan akurasi serta endurabilitasnya oleh banyak militer dunia. Sama-sama kaliber 5,6 milimeter kali 45, namun bahkan Angkatan Darat Amerika Serikat juga mengangkat topi atas kinerja senapan serbu berkonsep bullpup itu.
Sambil melihat detail fitur senapan SPR-2, sebagian besar petembak angkatan darat dari sepuluh negara ASEAN yang berkunjung ke stand PT Pindad, juga berpose layaknya penembak runduk menggunakan SPR-2 sambil meminta salah seorang rekannya mengabadikan posenya lewat kamera.
"Jangan lupa nanti fotonya dikirim via email yaa...," ujar salah seorang anggota kontingen Angkatan Darat Brunei Darussalam.
Diding Sumardi dari Divisi Senjata PT Pindad mengemukakan pihaknya baru membuat lima prototipe dari SPR-2, namun sudah membuat sejumlah amunisi untuk senapan runduk dengan amunisi berkaliber 12,7 x 99 mm itu.
"Kami telah bandingkan dengan sejumlah senapan runduk yang selama ini digunakan TNI baik Kopassus, Kopaska maupun Paskhas. Kita bandingkan agar senapan yang kami hasilkan ini dapat menjadi produk unggulan," katanya.
Diding mengatakan SPR-2 memiliki kapasitas megasen lima butir dengan panjang keseluruhan 1.550 mm, berat 16 kilogram, dan jarak tembak efektif 2.000 meter.
PT Pindad mempunyai tiga produk Senapan Penembak Runduk (SPR) atau senapan sniper anti material tank yang berkualitas dunia. SPR produksi PT Pindad ada tiga varian, SPR-1, SPR-2 dan SPR-3. Senapan tersebut dapat menembus baja yang tebalnya tiga sentimeter dari jarak 900 meter.
"SPR 1 didesain menggunakan munisi kaliber 7,62 mm dengan jarak efektif 900 m," kata Diding. Selain senapan runduk, dalam kegiatan lomba tembak angkatan darat ASEAN itu juga ditampilkan berbagai produk PT Pindad termasuk Senapan Serbu (SS) berbagai varian, senapan SM2-V1 dan miniatur kendaraan taktis, kendaraan tempur seperti panser ANOA 6x6.
DPR IKUT BANGGA
Anggota Komisi I DPR RI
dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi mengungkapkan, senapan
serbu produksi putra-putra bangsa Indonesia telah terbukti berhasil
menunjukkan prestasi juara pada beberapa kejuaraan tingkat dunia.
"Yang jelas, demikian Fayakhun Andiradi, senapan serbu SS2-V1 V5 itu merupakan senjata buatan PT Pindad yang rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra bangsa indonesia," ujarnya kepada ANTARA.
Ia mengatakan itu, sehubungan dengan adanya ketertarikan sejumlah negara tetangga atas senjata produksi Indonesia tersebut.
"Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga V5 yang diproduksi oleh PT Pindad di Bandung ini, dan kini sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga, terutama Malaysia yang menunjukkan minat besar untuk membelinya," katanya lagi.
Senapan serbu ini, menurutnya, berlaras panjang kaliber 5,56 mm yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam kejuaraan bertaraf internasional.
"Karena terbukti bisa membawa juara beberapa perutusan Indonesia, sehingga sejumlah negara tetangga tertarik membelinya," katanya lagi.
Fayakhun Andriadi atasnama rekan-rekannya di Komisi I DPR RI lalu mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan, agar menyetop impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tertentu yang sudah bisa direkayasa dan diproduksi di Indonesia.
"Khusus untuk peluru dan senapan berlaras pendek, yakni pistol, juga senapan berlaras panjang sejenis SS2, kita jangan lagi impor, lebih mengutamakan produksi dalam negeri, agar semakin mempercepat menuju swasembada Alutsista," ujarnya.
`Political will` Pemerintah RI, menurutnya, amat diperlukan untuk diwujudkonkretkan dalam `political action`, yakni di sektor kebijakan anggaran untuk mendukung percepatan menuju swasembada Alutsista secara bertahap.
"Kita harus bisa melakukannya dan jangan lagi terlalu bergantung kepada impor, sehingga kita tidak lagi selalu jadi korban kebijakan embargo sepihak dan lain-lain kebijakan yang merugikan kepentingan pertahanan nasional," tegas Fayakhun Andriadi.
"Yang jelas, demikian Fayakhun Andiradi, senapan serbu SS2-V1 V5 itu merupakan senjata buatan PT Pindad yang rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra bangsa indonesia," ujarnya kepada ANTARA.
Ia mengatakan itu, sehubungan dengan adanya ketertarikan sejumlah negara tetangga atas senjata produksi Indonesia tersebut.
"Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga V5 yang diproduksi oleh PT Pindad di Bandung ini, dan kini sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga, terutama Malaysia yang menunjukkan minat besar untuk membelinya," katanya lagi.
Senapan serbu ini, menurutnya, berlaras panjang kaliber 5,56 mm yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam kejuaraan bertaraf internasional.
"Karena terbukti bisa membawa juara beberapa perutusan Indonesia, sehingga sejumlah negara tetangga tertarik membelinya," katanya lagi.
Fayakhun Andriadi atasnama rekan-rekannya di Komisi I DPR RI lalu mendesak Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan, agar menyetop impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tertentu yang sudah bisa direkayasa dan diproduksi di Indonesia.
"Khusus untuk peluru dan senapan berlaras pendek, yakni pistol, juga senapan berlaras panjang sejenis SS2, kita jangan lagi impor, lebih mengutamakan produksi dalam negeri, agar semakin mempercepat menuju swasembada Alutsista," ujarnya.
`Political will` Pemerintah RI, menurutnya, amat diperlukan untuk diwujudkonkretkan dalam `political action`, yakni di sektor kebijakan anggaran untuk mendukung percepatan menuju swasembada Alutsista secara bertahap.
"Kita harus bisa melakukannya dan jangan lagi terlalu bergantung kepada impor, sehingga kita tidak lagi selalu jadi korban kebijakan embargo sepihak dan lain-lain kebijakan yang merugikan kepentingan pertahanan nasional," tegas Fayakhun Andriadi.
JAYALAH TERUS INDONESIA .......MERDEKA !!
Mana nih, senapan 'Berapi' nagari jiran?
BalasHapusgada suaranya ?... LoL