Jika Anda bertanya hari apa yang paling sedih sepanjang sejarah berdirinya Twitter, maka jawabannya adalah 15 April 2013. Ya, hari tersebut bertepatan dengan teror Bom Boston di AS.
Kejadian yang paling sensasional sepanjang sejarah pasca 9/11 di USA. Betapa tidak perhelatan akbar olahraga bergengsi marathon di Boston berubah jadi ajang duka. Publik bertanya dimana kemampuan intelijen dan aparat setempat dalam mengantisipasi gerakan dan tindakan teror tersebut.
Pembelajaran bagi siapapun dan hikmah penting bagi Densus 88 dan gerakan kontra teror diseluruh jagad ini, bahwa teror itu bisa terjadi tak terduga didepan hidung dan mata kita. Pernik ini memunculkan banyak cerita dan kejutan yang tak terduga bagi pemerintahan siapapun yang berkuasa, Fenomena perlawanan yang seharusnya bisa terduga jauh sebelumnya.
Beberapa kilas kejadian seputar bom Boston yang mungkin juga jadi bahan pertimbangan Densus 88 bergerak cepat menggulung aksi teror yang masih pada tahap perencanaan di Indonesia. Mereka tak mau terendam pamor seperti aparat kontra terornya Amerika :)IRONIS, TERSANGKA JADI IDOLA REMAJA
Dzokhar Tsarnaev. telegraph.co.uk
Sejumlah gadis remaja ternyata banyak yang jatuh cinta dan naksir dengan satu tersangka Bom Boston yang berhasil ditangkap dengan keadaan hidup, Dzhokhar Tsarnaev. Rasa cinta terhadap pemuda 19 tahun itu mereka tunjukkan melalui media sosial Twitter dan Facebook.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Senin (13/5), banyak dari antara para gadis-gadis ini mengaku tertarik dengan Dzhokhar dan mensejajarkan dia dengan idola remaja lainnya, seperti Justin Bieber dan salah satu personel dari One Direction, Harry Styles.
Satu akun Twitter dengan nama Keppitblunted mengatakan dia akan membuat sebuah tato yang diambil dari ucapan Dhzokhar, 'Jika kamu memiliki pengetahuan dan inspirasi maka yang terakhir adalah mengambil tindakan'.
Dzhokhar menulis kata-kata itu pada 8 April, satu pekan sebelum terjadinya ledakan bom saat lomba lari marathon di Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts.
Seorang gadis lainnya bernama Alisha mengatakan kepada koran the New York Post dirinya tidak termasuk dalam kelompok perempuan yang menentang Dzhokhar, sebab dia jatuh cinta dengannya. "Seseorang seharusnya berdiri dan membela dia, dan bukan seperti gadis-gadis SMA yang hanya berpikir dia itu lucu."
Sebuah akun Twitter dengan nama FreeJahar97 dibuat pada 25 April, sepuluh hari setelah insiden dua ledakan bom.
Kicauan pertama di akun itu mengatakan, 'Kepada beliebers (fans Justin Bieber) di luar sana yang ingin Jafar bebas dan percaya dia tidak bersalah? Dan merasa seperti yang saya rasakan sendiri di sini..#freejahar'.
Sementara kicauan lainnya mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk menjadi seorang muslim agar dirinya bisa dengan baik mengenal Dhokhar. "Saya memang tidak mengenal Jahar dan saya tidak seharusnya mengatakan hal ini, tetapi saya rindu Jahar. Apakah itu aneh? Bukankah Anda akan berpikir saya aneh? Saya hanya kehilangan dia."
Sementara akun Tsarnaev5ever menulis, 'Jahar akan menjadi gila di dalam sel penjara sendirian dengan hanya sebuah buku. Saya ingin mengirim uang kepada dia. Apa ada yang punya alamat dia'.
Rasa cinta terhadap pemuda asal Chechnya itu juga ditunjukkan di sebuah akun Facebook yang muncul tidak lama setelah insiden ledakan Bom Boston. Akun dengan nama 'Dhorkhar Tsarnaev tidak bersalah' langsung memiliki pengikut sebanyak 8.000 akun.
Salah satu pengikut akun Dzhokhar Tsarnaev di Facebook bahkan mengklaim bahwa Dhzokhar dan abangnya, Tamerlan Tsarnaev, tidak bersalah atas ledakan Bom Boston itu.
BOM MEMBUAT PARANOID WARGA AS
Ketakutan paling parah dialami rakyat Amerika Serikat, mereka tidak bisa sedikit pun mendengar sebuah ledakan. Jika terjadi, tindakan konyol pun bisa dilakukan bahkan memenjarakan seorang siswa sekolah hanya karena bikin percobaan dengan bahan-bahan kimia.
Ledakan memang membuat ketakutan banyak pihak di Amerika. Warga Negara Adidaya itu meminta hukuman sangat berat bagi pelaku bom. Jika Wilmot saja bisa didakwa dengan tudingan kesalahan penggunaan barang-barang sekolah dan mendapat hukuman berat, maka tujuh dari 10 orang Amerika ingin pelaku Bom Boston dihukum mati, demikian survei melibatkan 1.000 orang seperti dilansir situs politico.com (1/5).
PENANGKAPAN REKAN TERSANGKA TEROR BOSTON
Polisi Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts, Amerika Serikat, kemarin telah menangkap tiga teman tersangka Bom Boston masing-masing bernama Dias Kadyrbayev, Azamat Tazhayakov, dan Robel Phillipos. Ketiganya merupakan teman tersangka Dzhokhar Tsarnaev dan sama-sama berumur 19 tahun. Kadyrbayev dan Tazhayakov merupakan warga berkebangsaan Kazakhstan, sedangkan Phillipos warga Amerika.
Tiga orang itu dikenai tuntutan menghancurkan barang bukti dan berbohong kepada penyelidik, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (2/5). Menurut penyelidik mereka mengambil sebuah tas punggung berisi kembang api dan komputer laptop dari kamar asrama Dzhokhar.
Dua pemuda warga Kazakhstan itu dituntut karena menghancurkan barang bukti dan terancam hukuman maksimal lima tahun penjara serta denda Rp 2,4 miliar, sedangkan Phillipos dituntut karena berbohong kepada penyelidik dan terancam hukuman maksimal delapan tahun penjara dengan denda sama.
Kadyrbayev dan Tazhayakov sebelumnya telah bermasalah dengan pihak imigrasi karena visa akademis mereka sudah kadaluarsa.
SOSOK DIBALIK TEROR BOSTON
Lelaki 23 tahun asal Kanada, William Plotnikov, baru-baru ini dikabarkan menjadi sosok yang mendorong tersangka Bom Boston, Tamerlan Tsarnaev, melakukan tindakan kekerasan. Tamerlan diketahui bertemu William di dunia maya dan kemungkinan telah mengunjungi dia saat melakukan perjalanan ke Wilayah Dagestan, Rusia, pada tahun lalu.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Senin (29/4), William Plotnikov, mualaf asal Kota Toronto, ini dikabarkan telah mengarahkan Tamerlan untuk melakukan perlawanan terhadap Amerika Serikat. Plotnikov juga memiliki kesamaan dengan Tamerlan, di mana keduanya sama-sama menyukai tinju.
Koran asal Rusia Novaya Gazeta menulis, kunjungan Tamerlan ke Wilayah Dagestan itu ditujukan untuk bergabung dengan kelompok milisi Islam dan telah melawan pasukan keamanan Rusia pada Juli 2012.
Satu hari setelah William tebunuh oleh tentara Rusia, Tamerlan kemudian terbang ke Ibu Kota Moskow. Pada hari berikutnya, dia kembali ke Amerika Serikat.
Selain William, orang lain yang sempat berhubungan dengan Tamerlan saat di Dagestan adalah Mahmud Manusr Nidal (19 tahun). Dia juga terbunuh oleh tentara Rusia saat Tamerlan melakukan kunjungan selama enam bulan ke Dagestan.
Namun, keluarga Tamerlan menuding seorang pria mualaf berambut pirang asal Amerika hanya dikenal sebagai Misha adalah penyebab berubahnya Tamerlan menjadi ekstremis.Novaya Gazeta menyatakan Plotnikov menjadi penyebab Tamerlan membenci Negeri Adidaya itu.
"Tampaknya Tamerlan Tsarnaev datang ke Dagestan dengan tujuan untuk bergabung dengan kelompok pemberontak. Namun itu tidak berhasil," kata seorang sumber dari pihak keamanan kepada Novaya Gazeta. "Setelah Nidal dan Plotnikov terbunuh dan dia kehilangan kontak, Tamerlan mulai ketakutan dan akhirnya melarikan diri."
Orang tua kedua tersangka, Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokhar Tsarnaev, pindah ke Amerika Serikat dan meninggalkan masalah yang ada di Dagestan beberapa tahun lalu.
Kedua tersangka dipercaya menjadi satu-satunya pelaku di balik insiden Bom Boston yang terjadi pada 15 April lalu. Ledakan itu menyebabkan tiga orang meninggal dan melukai 270 orang lainnya.
INDONESIA TAK RELA SEPERTI BOSTON,DENSUS 88 BERAKSI
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri kembali berhasil membekuk dua pelaku terduga teroris di dua titik pada, Selasa (14/5/2013).
”Kami berhasil menangkap dua orang pelatih perakit bom. Bisa disebut mereka ini adalah tutor keliling perakit bom,” kata seorang sumber Densus 88 Antiteror Polri.
Berdasarkan keterangannya, pelaku pertama berinisial SAM alias Arf ditangkap di Purwokerto pada 6.30 Wib, sedangkan pelaku kedua berinisial SPU ditangkap di Surakarta pada sekitar 07.00 Wib.
Mereka berdua ditangkap dalam dua operasi terpisah dan diduga kuat sebagai pelatih perakit bom di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jakarta.
”Keduanya ini punya ilmu merakit bom karena mengikuti pelatihan militer di Poso. Mereka juga terlibat dalam pembuatan bom nitrogliserin kelompok Badri Hartono yang kami bongkar pada September 2012 lalu di Surakarta,” jelasnya.
Anggota Detasemen berlambang burung hantu itu juga mengungkapkan mereka tergabung dalam kelompok pelatihan militer di bawah kepemimpinan Santoso dan Autad Rawa saat bergerak di Poso.
Namun, kedua pimpinan gembong teroris itu hingga kini masih buron.
Sebelumnya, Tim Densus 88 berhasil menangkap 24 terduga teroris di lima titik pada pekan lalu. Sebanyak 17 orang ditangkap hidup-hidup, sedangkan tujuh di antaranya terpaksa ditembak mati. Hingga kini, Polri sudah menetapkan 10 orang sebagai tersangka.
OPERASI BESAR DENSUS 88
Sebanyak 20 terduga teroris yang diamankan oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri pada Rabu (8/5/2013) diketahui pernah melakukan aksi perampokan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) di tiga kota.
"Perampokan yang berhasil dilakukan yakni kantor BRI di Batang berhasil mengambil Rp790 juta, BRI Grobokan berhasil mengambil Rp630 juta dan BRI Lampung berhasil mengambil Rp460 juta. Serta percobaan pembakaran Pasar Glodok, Jakarta," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Hubungan masyarakat (Humas) Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
"Mereka melakukan beberapa upaya pengumpulan uang untuk membiayai aksi-aksi teror dalam hal ini merampok," katanya.
"Kita sedang mendalami di lapangan oleh intelijen masalah itu ini, apa ada kaitan dengan kelompok yang ditangkap atas nama terduga teroris berinisial JM alias Asep dan Ovie di Jalan Sudirman menuju Bendungan Hilir, Jakarta Pusat".
Kedua tersangka teroris ditangkap Kamis (2/5/2013) sekitar pukul 21.30 WIB. Kedua terduga teroris membawa lima buah bom pipa siap ledak saat dilakukan penangkapan oleh anggota Densus 88 Antiteror.
"Kami masih dalami keterkaitan diantara mereka. Saat ditangkap di Kebumen sedang menargetkan untuk melakukan perampokan di Kebumen, tapi berhasil digagalkan,".
TERKAIT PENGEMBANGAN DPO TAHUN 2010 ??
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membeberkan sejumlah nama DPO terduga teroris yang terlibat dalam aksi perampokan Bank CIMB. Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri menggelar dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (24/9/2010), menyebutkan nama-nama sebagai berikut yang oleh beberapa kalangan dinilai keterlibatan dan perannya disinyalir berkaitan dengan penangkapan teroris 2013 :
1. Taufik Hidayat, ini yang membunuh Simanjuntak dia yang memimpin perampokan CIMB.
2.Iwan, yang hingga kini fotonya belum didapatkan.
3.Mustafa alias Abu Tholut. Menggerakkan, alumni Afganistan, mendirikan camp Filipina Selatan. Ini pengatur kegiatan agar semua berjalan.
4. Jefri al Kamal. Warga Depok ini merupakan murid Oman Abdul Rahman, seorang fasilitator di Sumatera Utara.
5.Alex Cecep Gunawan, merupakan eks militan Poso yang termasuk jaringan radikal Jawa Tengah. Alex terlibat langsung dalam perampokan Bank CIMB Niaga Medan.
TERKAIT ROHINGYA ??
M alias Asep sang perakit bom diamankan Densus 88 bersama Ovie di Jl Sudirman, pertigaan Bendungan Hilir (Benhil), Jakpus. Bersama keduanya disita 5 bom pipa siap diledakkan. Mengapa Kedubes Myanmar jadi sasaran?
Berdasarkan informasi yang diperoleh, Jumat (3/5/2013) dini hari, Asep hendak membalas dendam atas tragedi yang menimpa etnis muslim Rohingya.
Di Myanmar, etnis Rohingya memang menjadi korban kekerasan. Karenanya tak sedikit diantara mereka yang mengungsi ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Asep dan Ovie sudah diamankan Densus, demikian juga seorang perempuan bercadar dan anaknya dari Jl Bangka, Pela Mampang, Jaksel. Pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan intensif pada mereka.
Warga Jl Bangka, Pela Mampang, Jaksel kaget bukan kepalang dengan penangkapan Densus 88 pada suami istri terduga teroris di lingkungan mereka. Yang mereka tahu sang suami bernama Jaenal sedang istrinya tak diketahui identitasnya.
“Jaenal dan istrinya tertutup. Istrinya pakai cadar, kalau Jaenal kelihatan jidatnya hitam, orangnya kurus,” jelas Bidah (40) warga sekitar saat ditemui detikcom di lokasi, Jumat (3/5/2013).
Pasangan suami istri baru tinggal satu bulan. Mereka berjualan air isi ulang. “Kadang kalau sore keduanya suka duduk-duduk di teras, mereka jarang berinteraksi sama warga yang lain,” tambah Bidah.
Diduga Jaenal ini merupakan nama asli Asep, yang disebut polisi sebagai perakit bom. Jaenal ditangkap bersama Ovie di Bendungan Hilir, Jl Sudirman pada Kamis (2/5) pukul 21.30 WIB. Tak lama istrinya dan bayinya juga dibawa Densus 88.
JARINGAN LAMPUNG JUGA DICIDUK
Mabes Polri menduga empat teroris yang berhasil ditangkap di Lampung sepanjang Kamis hingga Jumat (9-10/5/2013), merupakan jaringan Abu Omar.
“Dugaan kuatnya dengan Abu Omar, walaupun tidak secara langsung karena jadi operator peredaran senpi,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Pol. Boy Rafli Amar, Jumat (10/5/2013)
Abu Omar dikenal sebagai penyalur senjata api ilegal dari Filipina dan sudah ditahan. Dia juga dikaitkan dengan kelompok perampokan di Tambora, Beji, dan Mustika Jaya Bekasi Timur.
Boy menambahkan mereka sebelumnya juga hendak akan membakar dan mengebom pasar Glodok, Jakarta. Namun, upaya itu gagal dan masih diselidiki penyebab kegagalannya.
Sementara itu, Polri kemarin (9/5), juga menggeledah rumah kontrakan terduga teroris William Maksum alias Acum di daerah Babakan Sari, Kiara Condong, Bandung.
Sejumlah barang bukti yang ditemukan di antaranya sebuah senjata api laras panjang, 5 butir amunisi berukuran 9 mm, 15 butir amunisi berukuran 39 mm spesial, vcd, peralatan bom, dan peralatan elektronik.
7 JENAZAH MASIH DIPERIKSA DAN SIAP DIRILIS
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri mengidentifikasi tujuh jenazah terduga teroris yang tewas saat digerebek di empat titik pada Rabu (8/5/2013)-Kamis (9/5/2013).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Pol. Boy Rafli Amar mengungkapkan proses identifikasi tersebut dilakukan sejak kemarin malam, Jumat (9/5/2013) di Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta dan diharapkan bisa memakan waktu selama satu minggu.
Identifikasi Tim DVI tersebut ditujukan untuk menyambungkan fakta yang ada dengan keluarga dan memastikan jati diri yang bersangkutan. Nantinya, Polri akan mengkonfirmasi dari data ante dan post mortem.
Polri juga akan melakukan tes DNA, sehingga proses pengembalian kepada keluarga bisa dilakukan secara tepat.
“Kami saat ini mencari tahu alamat keluarga, mencari sample darah atau catatan lain yang dimiliki keluaraga agar bisa dicocokkan,” katanya saat memberika keterangan pers, Jumat (10/5/2013).
Untuk mencari tahu alamat keluarga, Tim DVI Polri juga dibantu oleh tim detasemen khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri merilis data ciri-ciri khusus dan foto dari tujuh terduga teroris yang tewas saat digerebek di empat titik sepanjang Rabu-Kamis (8-9/5) lalu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Pol. Boy Rafli Amar, mengungkapkan pengumuman rilis data tersebut diharapkan keluarga yang bersangkutan bisa mengenali dan bisa diajak bekerjasama dengan Polri.
"Misalnya [terduga] atas nama Bayu alias Ucup bagaimana kami bisa memastikan jika itu adalah nama aslinya sejak lahir? Kami memerlukannya karena keluarganya tahu mereka itu siapa,” katanya di Mabes Polri Jakarta, Senin (13/5/2013).
Hingga kini, lanjutnya, belum ada pihak keluarga bersangkutan yang melapor mengenali mereka.
Boy mengatatakan pihaknya juga tidak mengetahui asal-usul para terduga teroris tersebut, sehingga Polri pun belum bisa mendapatkan sampel ante mortem yang digunakan sebagai sampel pembanding untuk melakukan tes DNA.
Menurutnya, tes DNA tersebut ditujukan untuk memastikan pada para petugas yang akan menyerahkan jenazah kepada pihak keluarga.
“Ini supaya semuanya bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis diberikan kepada pihak yang tepat, meskipun wajah dari ketujuh orang ini bisa dikenali [tidak rusak terkena tembakan atau bom],” jelasnya.
Sebelumnya, ketujuh terduga teroris yang tewas antara lain Budi alias Angga, Bang Junet alias Encek, dan Sarame yang tewas di Bandung. Kemudian seorang tewas di Kendal bernama Abu Roban dan tiga orang yang tewas di Kebumen yaitu Bastarai, Toni, dan Bayu alias ucup.
Adapun, ciri-ciri khusus yang dilansir oleh Polri, misalnya Budi memiliki ciri-ciri khusus seperti pada dada kanan terdapat tahi lalat bulat yang tidak menonjol dan tidak berbulu yang berukuran 0,6cm, serta pada perut bawah kanan ada tahi lalat berbentu bulat tidak menonjol dan tidak berambut.
Selanjutnya, ciri yang kedua misalnya pada terduga teroris bernama Sarame yang memiliki ciri-ciri pada titik kanan terdapat tahi lalat hitam, sisi kanan tahi lalat, pada dahi bekas kehitaman 5x2 cm.
Boy menegaskan pihak keluarga bersangkutan bisa datang langsung ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati Soekanto Jakarta Timur, untuk proses pengambilan jenazah.
Apabila pihak keluarga tidak datang dalam jangka satu bulan ke depan, Polri akan mengambil kebijakan untuk memakamkan mereka di tempat pemakaman umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur.
DENSUS 88 DITUNTUT BUBAR ??
Dari data pendalaman yang dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menilai bahwa saat ini ada gerakan yang merupakan sebuah rangkaian usaha oleh kelompok radikal tertentu untuk mengisi pemuda – pemuda negeri dengan paham – paham Islam yang sesat dan berakar pada kedangkalan pengetahuan agama.
Keyakinan akan jihad, fa’I (m, thaghut (menyembah selain Tuhan) yang bertentangan dengan kemuliaan agama telah ditularkan kepada generasi muda secara sistematis dengan memanfaatkan ketidaktahuan dan kemisikinan.
Hal ini harus disikapi oleh orang tua, guru, pemuka agama, ormas Islam dan juga komponen-komponen masyarakat dan melahirkan kewajiban semua warga negara termasuk aparat negara yang harus ikut bertanggung jawab.
Disini masyarakat melihat bahwa bahaya nyata terorisme ada di depan mata. Artinya, keberadaan Densus 88 justru sangat dibutuhkan untuk melindungi segenap warga negara dari bahaya terorisme ini.
“Kompolnas beranggapan bahwa rasanya tidak ada alasan untuk membubarkan Densus 88, bahkan melihat eskalasi teroris yang semakin rajin berbaur dengan masyarakat sudah selayaknya pola organisasi dan cara bertindak Densus 88 menyesuaikan diri,” ujar Komisioner Kompolnas, M Nasser.
M. Nasser juga menyarankan agar ke depan Densus 88 bukan saja perlu menyempurnakan organisasi sebagai satuan serbu elit Polri, tetapi juga sudah saatnya melengkapi diri dengan kemampuan untuk melakukan dialog dan dakwah untuk kemuliaan tauhid dan aqidah yang murni Islamiyyah sehingga mampu menahan laju ajaran berbahaya.
Kompolnas pun menyadari, bahwa memang ada banyak keluhan tentang siapa yang melakukan kontrol terhadap pekerjaan Densus 88, pertanyaan kritis lain juga adalah bagaimana jika Densus 88 digunakan untuk membungkam musuh politik?.
Beberapa bulan lalu, Kompolnas telah melakukan pencermatan detail terhadap Densus 88 dan hasilnya disimpulan bahwa Densus 88 memiliki standard operating procedure (SOP) yang sangat credibel dan accountable. Artinya, seorang anggota Densus 88, baru akan menembak bila terpenuhi SOP.
“Untuk diketahui ada perintah jelas, semua target Densus 88 seharusnya ditangkap hidup – hidup, bila toh ada yang harus ditembak itu pasti karena ada bahaya – bahaya tertentu yang sedang menganga dan berpotensi menimbulkan korban.”
Menurut Nasser, menangkap target hidup adalah sebuah keutamaan terbesar bagi Densus 88 karena berkesempatan untuk mendapat banyak informasi penting dalam pengungkapan jaringan”.
Sangat jelas, sambung Nasser, tidak benar Densus 88 melakukan bencana kemanusiaan dengan menembak atau membunuh seenaknya.
Dia menegaskan, penangkapan target Densus 88 itu selalu disertai persiapan yang panjang dan terencana dan sesuai audit Kompolnas yang pernah dilakukan, penyergapan teroris, serta hampir tidak pernah dilakukan secara mendadak apalagi kebetulan.
“Dari uraian dan pemikiran diatas, kita berpandangan bahwa sangat berlebihan bila masyarakat memiliki kecurigaan adanya penangkapan teroris sebagai pengalihan isu politik ataupun sekedar sebagai tindakan pencitraan Kepolisian,” tegasnya.
Nasser menambahkan apabila ada penembakan itu suasananya pasti terpaksa dan melakukan sesuatu dengan pilihan terakhir.Sebelumnya, wacana pembubaran Densus 88 semakin mencuat, terutama dari sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas), karena dinilai kerap melakukan tindak kekerasan dalam memberantas aksi terorisme. "Kami setuju agar keberadaan Densus dievaluasi bahkan kalau bisa dibubarkan, kalau tidak dibubarkan harus diusut dulu kasus-kasus pembunuhan oleh Densus, " kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf dalam jumpa pers di Kantor PP Muhammadiyah pekan lalu, di Jakarta.
HAM BAGI TERORIS
Dichotomy between necessary acts of force in fighting terrorism with the obligation to protect Human Rights cannot be easily ignored, and have created discourse among academic, practitioners, stakeholder, government and legislator and policy maker. Until now they still can find the same perception in facing the danger of terrorism. The variety of element “way” of terrorist in mode of their action and their aim, make important to have one definition that can covered elements on crime of terrorism comprehensively. Terrorism from point of view terrorists or actor, can be viewed that terror is not only can conduct by individual or group, but also conduct by State (state terrorism). This statement is taken from reality that things that can create condition of terror (presence of treat, intimidation, fear, insecure, etc) can be caused by massive efforts that has been rapidly done by government to fight against terrorism. Regulation policy is the reference for operational act on what have been accepted as norms. Although sometimes, a rule or regulation cannot accustomed with what have been goal to, and also disharmony with the primary aim on how to be conducted. And it is not rare that deviant or wrong interpretation from what have meant to be by the regulation is caused by unprepared regulation or without fully considering historical aspect, sociology, and existed jurisdiction in society. Policy to over come terrorism cannot only by viewing that terrorism is extraordinary crime, but also have to be eliminate from its roots. There is other things that have to be concern, as complexity of it, specially in related with society rights that can be in any time to be a victim cause by “war against terrorism. Actually the most vulnerable victim of “hysteria” terrorism is society. Because of that, no matter how great opinion maker and repressive policy to abolish terrorism, it cannot be practice by ignore security and freedom of society. The investigation process and crime scene investigation, as one gate to eliminate terrorism, and can be a vulnerable space for Human Right violation and abuse of power by apparatus. Beside, Anti Terrorism Law can open way to board intelligent to intervene, while this is not a judicial board. Where legitimate report from intelligent body is accept as preliminary evident. Human Rights embedded individually with everyone, regardless necessary or not necessary that terrorism ought to eliminate, it is absolutely government responsibility to fulfill its rights. It is also the rights of suspect/convicted crime of terrorism. Society can be at anytime suspect/convict crime of terrorism have to be treated equally according to universal Human Right standard. By that guarantee it is important that primary agenda for our State to ensure that regulation policy on terrorism crime stay in two point of balance, a principle harmony of “security” and “liberty”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar