Pro dan kontra rencana konser penyanyi asal Amerika Serikat, Lady Gaga,
di Indonesia, terus menuai beragam tanggapan dari berbagai pihak.
Sementara Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo mengatakan sampai
saat ini belum ada kata final izin tidak dikeluarkan. ( Jenderal, sejak kemarin bawahan anda juga masyarakat pancasila di negeri ini masih lebih banyak yang mendukung anda untuk " TIDAK MEMBERI IZIN " acara " PESTA 666 LAGA " . Jika saat ini anda telah menandatangani izinnya, saya hanya menyarankan anda berganti nama BARAT PRADOPO. Anda mungkin tersinggung, tapi sungguh saya ingin anda mendengar suara nurani kami yang butuh pengayoman institusi yang anda pegang saat ini. Tolong dengar kami Jenderal, hidup kami susah.....makanan halal dan sehat susah, hiburan yang sehat kok ya juga susah ? Tolong lindungi kami dari racun ini jendral.....)
Pro dan kontra rencana konser Lady Gaga itu terungkap dalam dialog
kerukunan beragama di Jakarta, baru-baru ini. Tokoh agama Franz Magnis
Suseno yang hadir dalam acara itu, menilai, ada kecenderungan polisi
takut dengan ormas radikal. Menurut dia, kontroversi kedatangan Lady
Gaga bisa diatasi bila aparat tidak memiliki ketakutan terhadap kelompok
radikal tertentu. (Bagaimana ini bisa ternilai begini jauhnya ? ketakutan terhadap kelompok radikal yang mana ? Adakah bila konser ini di ijinkan lalu polisi akan dianggap penakut ? Ojo ngawur lah.....Rasanya memang susah di negeri ini mencari seseorang yang piawai menata kata tanpa menyinggung dan membawa " KAMBING HITAM atas nama RADIKAL " meski maksudnya mungkin hanya sesuatu kelompok yang dianggap tidak modis, gak gaul, gak trendy atau barangkali KOLOT karena kukuh ingin bertahan dalam budaya santun dari para leluhur yang dianggap tak sealiran dan ketinggalan zaman. Kenapa kita harus minder bila kita dianggap kolot, kuno dan sok moralis ?? Toh banyak unsur di negeri ini yang berasal dari hal kolot dan kuno namun bermoral. Dan rasanya lebih banyak yang setuju apabila budaya kita tetap lestari tanpa ada jejak amoral atau tanda bejad lainnya karena sebuah pertunjukan berlabel popular atau trendy. Bukankah itu salah satu bukti tentang keberadaan bangsa ini dalam tatanan kehidupan yang teratur bermasyarakat tertib dan penuh sopan santun ?? Pemerintah dan elemen bangsa seharusnya peduli atas apa yang kami takut dan kuatirkan menimpa mental generasi ini. YA, benar jika ini adalah negara demokrasi, tapi jangan lukai budaya sendiri dengan kiblat bikini setelah gagal dalam upaya menghapus label bangsa terkorupsi. YAA.... Benar sekali jika kita layak dan penuh kuasa atas semua pertimbangan sebelum memutuskan kehadiran dalam bentuk apapun budaya asing di negeri kita sendiri, sebab kita ber hak mengatakan bahwa ini memang tak pantas dijual dan dipertontonkan. Kalaupun ini dianggap bagian dan tata cara kehidupan modern berdemokrasi, lalu mereka menuntut sebagai sebuah hak asasi....OKE, beri saja mau mereka, tapi jangan ditempat dimana masih ADA satu orang apalagi banyak orang yang mengatakan " JANGAN DISINI ! ". Silahkan pilih lokasi atau daerah yang masih banyak disudut negeri ini untuk acara mereka tanpa khawatir mengganggu bahkan melukai golongan masyarakat lainnya. Tunjuk saja belantara kalimantan, rimba papua atau daerah hutan yang mana saja agar bisa memuaskan hak golongan mereka tanpa was-was bila kami terganggu atau takut mereka terusik oleh kami pula. Lalu bagaimana dengan media, tak cukupkah ini dibesar-besarkan sementara banyak kabar yang lebih pantas diberikan pada pemirsa ?? Bilapun sebagian golongan masyarakat menilai hal semacam itu pantas
dipertontonkan kepada publik, apakah terpikir pada saat yang sama kita
telah mengabaikan perasaan atau privacy kelompok lain yang bisa
menyeret konflik hingga sentimen suku atau agama ?? Padahal, begitu
banyak dasar alibi anda dalam menyampaikan dan mempublikasikan suatu
info sementara golongan lainnya hanya dapat himbauan agar berhati-hati
dan selalu melihat cermat label "SEMUA UMUR" atau " DEWASA " dibingkai
kaca channel anda. Seluruh komponen bangsa ini bertanggung jawab akan keseimbangan kehidupan berbangsa dalam koridor PANCASILA dan UUD 45 yang sesuai dengan kulture adat masyarakat Indonesia. Seluruh kru media pasti lebih paham cara hormati kami yang tak mau mendengar apapun tentang aktifitas yang mereka lakukan tanpa mengabaikan hak asasi mereka yang ingin menyaksikan penampakan idolanya. Ruwet ?? Sama sekali tidak, blogger yang budiman....inilah testimoni kita tentang " TENGGANG RASA ". Dan kerumitan itu hanya terjadi kepada orang atau golongan yang tak bisa membedakan hak dan kewajibannya. Kerumitan yang menimpa seseorang dalam kondisi gila akan tuntutan tanpa melihat kondisi sekitar atau lingkungan. Kerumitan yang di awaki oleh orang-orang yang gila prestise dan popularitas berdasarkan rating dan oplah saja. Kesukaran yang dialami oleh generasi bangsa ini kelak saat membedah kejiwaan ras bangsa ini sebagai ras bangsa yang dikenal berbudaya santun. Atau ini hanya bermuara pada masalah keuntungan seseorang atau segelintir usahawan semata ? Ahh jadi ingat tentang RADIKAL maka juga ingat tentang BOM...kita bakar petasan saja dilarang, malah dianggap memiliki atau menyimpan bahan peledak illegal. Tapi " BOM GAGA" ?? Cobalah anda pikir berapa radius kerusakan dan seberapa parah yang ditimbulkan " Poker Face " ini bila kita hanya sekedar berpikir tentang untung rugi sebuah usaha, entertainment glamour semata ?)
Di bagian lain, pihak promotor konser Lady Gaga, Big Daddy, masih
bungkam perihal izin konser yang dianggap menjadi akar permasalahan.
Sedangkan Jenderal Polisi Timur Pradopo menegaskan hingga saat ini
polisi masih mengevaluasi perizinan konser Lady Gaga, dan belum ada kata
final izin tidak dikeluarkan. (Bila anda hanya menghitung untung atas konser ini, sayalah orang pertama yang akan memberi anda setandan pisang dan mengatakan pada semua tetangga kampung jika saat ini anda butuh UANG. Setidaknya biar anda juga dibantu oleh orang-orang ditempat saya sebagaimana kami biasa memberi kepada sanak saudara dan tetangga bila memerlukan bantuan atau sumbangan dana. 20 milyar tak ada artinya bagi kami dibandingkan kebersihan memori sejarah bangsa ini yang akan tercemar hanya karena satu ambisi anda saja).
Kondisi itu membuat Little Monster-(ehehehe anehnya saja udah terasa dari nama, ada aja yang mau dijuluki anaknya setan)- sebutan untuk para fans Lady
Gaga-(ini berarti emaknya setan dong)-jadi mengambang. Mereka belum mendapat kepastian tentang konser
sang Mother Monster di Jakarta. (tuh kan benar, emaknya setan..... dan bagi golongan anda, ma'af.....desa kami, kota kami masih lebih bisa menerima budaya anak negeri sendiri sebobrok apapun karena kami yakin kita bisa bekerjasama bahu membahu membenahi dan menasehati saudara kita sebangsa dan se negeri ini hingga mereka paham identitas budaya bangsa sendiri lebih pantas untuk dinikmati dan di gila i).
Sosok Lady Gaga memang selalu lekat dengan kontroversi. Sebelum terkenal
sebagai penyanyi, Lady Gaga pernah muncul dalam sebuah tayangan di MTV
Amerika tahun 2005. Kala itu, Stefani Germanotta yang belum menggunakan
nama Lady Gaga menjadi korban keisingen tim Boiling Points MTV. ( Hi Lady...anda hanya kebetulan tenar dalam keadaan masyarakat dunia sedang sakit jiwa. Saya percaya, anda hanya butuh makan secukupnya tanpa harus menggunakan lauk iman saudara-saudara saya yang sedang labil ).
Lady Gaga dijebak dalam suasana yang menjengkelkan dengan diawasi kamera
tersebunyi. Dalam boiling points, sang korban harus menahan amarah
dalam jangka waktu yang ditentukan. Untuk episode ini, Lady Gaga gagal
mendapatkan uang 100 dolar AS karena telanjur emosi dengan ulah pelayan
restoran. (dan saat ini telah anda dapatkan jutaan kali lipat apa yang dulu anda pikir GAGAL meraihnya....masihkah belum cukup bagi anda saat ini ?? Tidakkah anda belajar dari pendahulu anda yang lebih dahulu tenar ketika telah mati dianggap TOLOL oleh orang-orang BODOH lainnya atau masa lalu ketika kegagalan meraih 100 dolar AS memang begitu membuat anda shock hingga membuat posisi kejiwaan anda agak miring ?? Bila anda hanya satu contoh produk gagal dalam sejarah umat manusia maka bantu kami membenahi sejarah kami sendiri tanpa polesan anda GAGA yang gagal. Jangan lagi ada di negeri kami. )
(Hujan, pantas turun !)