Penemuan ELT Shukoi SSJ 100
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan
puing ekor pesawat yang ditemukan di dasar jurang Gunung Salak berisi perangkat
komunikasi Sukhoi Super Jet (SSJ) 100.
Fakta tersebut diketahui saat tim SAR gabungan TNI-Polri dan Rusia mengumpulkan puing bangkai ekor pesawat buatan Rusia itu di bawah bukit dengan kedalaman 600 meter dari dataran di posisi 7.000 kaki (2.100 meter). Di dasar jurang itu perangkat bernama Emergency Locator Transmitter (ELT) ditemukan tercerai berai hingga radius 500 meter.
"Bukan kotak hitam melainkan alat komunikasi," ujar Ketua Sub Komite Penelitian Kecelakaan Transportasi Udara pada KNKT Masruri, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (14/5).
Menurut dia, pihaknya tetap memburu kotak hitam agar penyebab insiden jatuhnya SSJ bisa terkuak. Melihat kerusakan parah pada tubuh pesawat, Masruri menaruh asa kotak hitam tidak ikut mengalami hal serupa.
KNKT menginginkan dua keping kartu memori berupa Cockpit Voice Recording (CVR) dan Flight Data Recording (FDR) dalam kotak hitam bisa ditemukan utuh.
"Apabila kedua memori itu rusak maka pihak Rusia diminta memfasilitasi dengan mendownload data ke memori CVR dan FDR yang baru. Kalau pun memori tidak bisa dibaca maka akan dikirim ke pabrik FDR di Amerika," katanya.
Dikatakan, penelitian ini memakan waktu lama hingga satu tahun terhitung sejak penemuan kotak hitam. "Jika tidak ada kerusakan, ketentuan investigasi disampaikan sekitar 30 hari. Final report 12 bulan, di mana 10 bulan pertama memberikan draft report sekaligus melengkapi kekurangan."
Sementara itu, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Daryatmo mengaku sinyal SSJ berada pada frekuensi 121-243 Megahertz (MHz) dan tidak terpantul ke satelit. Umumnya, sinyal yang bisa diterima satelit berada pada 406 MHz. "Saya yakin ini ELT. ELT ini menggunakan sistem lama dan tidak terdeteksi satelit," jelas dia.
Fakta tersebut diketahui saat tim SAR gabungan TNI-Polri dan Rusia mengumpulkan puing bangkai ekor pesawat buatan Rusia itu di bawah bukit dengan kedalaman 600 meter dari dataran di posisi 7.000 kaki (2.100 meter). Di dasar jurang itu perangkat bernama Emergency Locator Transmitter (ELT) ditemukan tercerai berai hingga radius 500 meter.
"Bukan kotak hitam melainkan alat komunikasi," ujar Ketua Sub Komite Penelitian Kecelakaan Transportasi Udara pada KNKT Masruri, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (14/5).
Menurut dia, pihaknya tetap memburu kotak hitam agar penyebab insiden jatuhnya SSJ bisa terkuak. Melihat kerusakan parah pada tubuh pesawat, Masruri menaruh asa kotak hitam tidak ikut mengalami hal serupa.
KNKT menginginkan dua keping kartu memori berupa Cockpit Voice Recording (CVR) dan Flight Data Recording (FDR) dalam kotak hitam bisa ditemukan utuh.
"Apabila kedua memori itu rusak maka pihak Rusia diminta memfasilitasi dengan mendownload data ke memori CVR dan FDR yang baru. Kalau pun memori tidak bisa dibaca maka akan dikirim ke pabrik FDR di Amerika," katanya.
Dikatakan, penelitian ini memakan waktu lama hingga satu tahun terhitung sejak penemuan kotak hitam. "Jika tidak ada kerusakan, ketentuan investigasi disampaikan sekitar 30 hari. Final report 12 bulan, di mana 10 bulan pertama memberikan draft report sekaligus melengkapi kekurangan."
Sementara itu, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Daryatmo mengaku sinyal SSJ berada pada frekuensi 121-243 Megahertz (MHz) dan tidak terpantul ke satelit. Umumnya, sinyal yang bisa diterima satelit berada pada 406 MHz. "Saya yakin ini ELT. ELT ini menggunakan sistem lama dan tidak terdeteksi satelit," jelas dia.
Masih banyak barang-barang yang belum diketemukan. Kondisi
ekor pesawat ditemukan sudah tidak utuh lagi.
"Kondisi ekor pesawat tidak utuh. Tapi hancur sudah berserakan ke mana-mana. Memerlukan waktu dan ketelitian. Kami bekerja sama dengan pihak Rusia, terutama yang menyangkut keberadaan pesawat. Saat ini tim kami masih bekerja di sana, untuk melanjutkan pencarian black box," Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo.
Terkait evakuasi korban, Daryatmo mengatakan tidak bisa ditentukan waktunya. "Tidak ditargetkan.,sampai ketemu. Maksimal. Masih ada kemungkinan, barang, ada korban."
Terlebih lagi, dalam masalah ini menyangkut kemanusiaan dan ada korban.
"Saya memiliki keyakinan kotak hitam ada di ekor pesawat, tapi untuk mencapai ke ekor pesawat itu tidak mudah," ujarnya di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Tim Basarnas, terangnya, saat ini sudah berada di bawah atau posisi sudah berada di dekat puing-puing yang dinilai lebih besar. "Saya targetkan semua terangkut," singkatnya.
Daryatmo menegaskan, tim SAR Rusia tidak diperkenankan mengevakuasi kotak black box. "Mereka cek kesehatan dan kenalan lokasi dulu, kemudian juga soal traffic. Terus terang saja, saya mengeluhkan 14 helikopter, kalau tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan persoalan baru nantinya," terangnya Daryatmo.
"Kami kerja secara total. Tim yang ke sana terkomposisikan. Ahli tebing Kopassus, teknis Paskhas dilengkapi marinir, brimob. Ada juga Basarnas. Itu konsep kami," ujarnya. (berbagai info_sumber berita)
"Kondisi ekor pesawat tidak utuh. Tapi hancur sudah berserakan ke mana-mana. Memerlukan waktu dan ketelitian. Kami bekerja sama dengan pihak Rusia, terutama yang menyangkut keberadaan pesawat. Saat ini tim kami masih bekerja di sana, untuk melanjutkan pencarian black box," Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo.
Terkait evakuasi korban, Daryatmo mengatakan tidak bisa ditentukan waktunya. "Tidak ditargetkan.,sampai ketemu. Maksimal. Masih ada kemungkinan, barang, ada korban."
Terlebih lagi, dalam masalah ini menyangkut kemanusiaan dan ada korban.
"Saya memiliki keyakinan kotak hitam ada di ekor pesawat, tapi untuk mencapai ke ekor pesawat itu tidak mudah," ujarnya di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Tim Basarnas, terangnya, saat ini sudah berada di bawah atau posisi sudah berada di dekat puing-puing yang dinilai lebih besar. "Saya targetkan semua terangkut," singkatnya.
Daryatmo menegaskan, tim SAR Rusia tidak diperkenankan mengevakuasi kotak black box. "Mereka cek kesehatan dan kenalan lokasi dulu, kemudian juga soal traffic. Terus terang saja, saya mengeluhkan 14 helikopter, kalau tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan persoalan baru nantinya," terangnya Daryatmo.
"Kami kerja secara total. Tim yang ke sana terkomposisikan. Ahli tebing Kopassus, teknis Paskhas dilengkapi marinir, brimob. Ada juga Basarnas. Itu konsep kami," ujarnya. (berbagai info_sumber berita)
PENEMUAN BLACK BOX
Kotak hitam Sukhoi Superjet 100 akhirnya ditemukan di Gunung Salak, Bogor (Rabu, 16 mei) oleh satuan elit TNI AD- Kopassus yang difokuskan untuk terus mencari keberadaan benda tersebut . Lettu Inf Taufik Akbar dari satuan Komandu Pasukan Khusus (Kopassus) yang memimpin proses penemuan black box itu. Dia menemukannya di Gunung Salak bersama lima prajurit pasukan komando itu. Selain anggota Kopassus, dalam tim itu juga terdapat rombongan anggota Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).
Kepala
Penerangan Kopassus, Letkol Inf Taufiq Shabri mengatakan, tim berhasil
menemukan kotak itu sekitar pukul 10.00 WIB. Tim turun kembali ke lokasi
ekor pesawat sejak Selasa dan terus berupaya mencari kotak pembuka
rahasia itu.
Kotak tersebut ditemukan di kedalaman 100 meter atau
tepatnya di atas bangkai ekor Sukhoi Superjet 100. “Keadaannya dalam
(kondisi) terbakar, warnanya sudah menghitam,” katanya.
Temuan
itulah yang dibawa turun melalui jalur Cimelati, Sukabumi. Perlu waktu
berjam-jam membawa kotak hitam itu. Tapi, jalur yang dipilih memiliki
waktu tempuh lebih pendek menuju Puncak 1 Gunung Salak.
OPERASI PENUTUPAN
Operasi pencarian dan evakuasi korban pesawat Sukhoi Superjet
100 di Posko Desa Cipelang, Kabupaten Bogor, resmi ditutup (Jum'at,18 mei) kata Search
Mission Coordination (SMC) Basarnas Ketut Parwa.
"Tadi
sekitar jam 15.00 WIB, Kepala Basarnas Daryatmo resmi menutup operasi di
Cipelang," katanya saat dihubungi di Pasir Pogor, Desa Cipelang,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Ketut mengatakan, penutupan operasi SAR Sukhoi telah disampaikan oleh Kepala Basarnas di Halim Perdana Kusuma.
Sementara hari ke-10 evakuasi masih dilakukan oleh tim gabungan Rusia dan Indonesia.
Menurut
Ketut, kedua tim ini fokus pada pencarian FDR (data perekam
penerbangan) dan material pesawat lainnya yang dibutuhkan pihak Rusia. (berbagai info_Sukhoi)