Kerukunan antar umat beragama kembali terusik di ibu pertiwi. Kekerasan dialami warga Syiah di Sampang, Madura. Satu warga
Syiah meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi dengan kelompok lain pada
Minggu (26/8) itu. Warga Syiah yang kalah jumlah diserang dengan batu dan
senjata tajam.
Berdasarkan siaran pers yang dikirimkan Kontras Surabaya pada Senin (27/8/2012), keributan
dipicu oleh kedatangan puluhan pria warga non syiah yang mengancam warga Syiah
untuk tidak meninggalkan desa.
Berikut kronologi kekerasan di Sampang versi KONTRAS :
- Pukul 06.30 WIB
Sejumlah anak-anak warga Syiah dengan didampingi orang tuanya akan pergi keluar
desa mereka dengan tujuan ke beberapa tempat. Di antara mereka ada yang akan
bersilaturahim ke keluarga yang ada di luar Omben, dan beberapa yang lain akan
berangkat ke luar kota
untuk masuk sekolah dan pesantren mengingat libur lebaran sudah usai.
Ketika rombongan anak-anak warga Syiah dan orang tuanya yang berjumlah sekitar
20 orang ini akan menaiki dua buah mobil yang mereka sewa, puluhan lelaki dewasa
dari warga non Syiah dengan membawa senjata tajam mendatangi mereka dan
melarang mereka meninggalkan desa.
Bahkan mobil yang akan mereka tumpangi diancam akan dibakar. Dan selanjutnya,
layaknya 'tawanan perang' rombongan anak-anak warga Syiah digiring kembali ke
desa dan dipaksa pulang ke rumah masing-masing. Saat itulah, orang tua dari
anak-anak warga syiah berusaha melawan tindakan sekumpulan warga yang mengancam
mereka. Akhirnya seluruh anak-anak warga Syiah beserta orang tuanya kembali ke
rumah mereka masing-masing.
Puluhan warga non Syiah yang mengancam akan menyerang warga Syiah telah
bertambah menjadi ratusan orang. Dan tersiar kabar bahwa mereka akan menyerang
dan membakar semua rumah warga syiah dan bagi yang melawan akan dibunuh. Dan
serangan akan dimulai dari rumah Ustadz Tajul Muluk, yang saat itu ditempati
oleh ibu, istri, dan 5 orang anak-anaknya.
Rumah Tajul Muluk sesungguhnya telah dibakar massa anti Syiah pada akhir Desember 2011,
dan saat ini tersisa bangunan seluas 4x5 meter dan ditempati oleh ibu, istri
dan anak-anaknya. Sedangkan Tajul sendiri sedang berada di LP Sampang. Dia
menjalani hukuman 2 tahun penjara yang diputuskan oleh PN Sampang dengan
dakwaan penodaan agama.
Sekitar 20 orang lelaki dewasa dari warga Syiah berkumpul di rumah Ustadz Tajul bersiap untuk melindungi perempuan dan anak-anak yang tinggal di rumah itu dari serangan warga non Syiah.
- Pukul 10.30 WIB
Warga non Syiah yang berjumlah lebih dari 500 orang, sebagian besar adalah
lelaki dewasa yang bersenjatakan aneka macam senjata tajam, batu dan bom ikan
(bahan peledak yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap ikan di laut)
bergerak mengepung rumah Ustad Tajul. Tidak berselang lama terjadilah perang
mulut di antara mereka yang dilanjutkan dengan saling lempar batu.
Saat kondisi sedang memanas, salah satu warga Syiah, Moch Chosim (50), yang
biasa dipanggil Pak Hamama berusah menenangkan massa . Lelaki tua ini maju ke tengah-tengah massa non Syiah yang akan
menyerang mereka.
Nahas bagi Chosim, maksud baiknya justru memicu amarah massa . Sedikitnya 6 orang lelaki dewasa
dengan senjata celurit, pedang dan pentungan mengeroyoknya. Tubuhnya bersimbah
darah, perutnya terburai dan meninggal di tempat.
Melihat Chosim dikeroyok, Tohir (45 th) adiknya berusaha melerai dan melindungi
sang kakak. Akibatnya, Tohir mengalami luka berat di bagian punggung dan
sekujur tubuhnya akibat sabetan pedang, celurit dan lemparan batu. Untunglah
nyawa Tohir masih terselamatkan.
Selain Ummah, 3 orang yang lain juga mengalami luka serius akibat terkena
lemparan batu, yaitu Matsiri (50), Abdul Wafi (50), dan Tohir (45 th). Akhirnya
keluarga Ustad Tajul dan warga Syiah yang terkepung itu tidak lagi melawan dan
membawa kerabat mereka yang luka-luka dan meninggal ke gedung SD Karang Gayam
yang berjarak beberapa ratus meter dari rumah itu. Massa penyerang membiarkan mereka
menyelamatkan diri. Selanjutnya massa
membakar rumah Ustad Tajul hingga habis.
Setelah massa non Syiah membakar rumah yang
didiami istri, ibu dan anak-anak Ustad Tajul, massa mulai bergerak membakar satu demi satu
rumah warga Syiah. Tidak ada polisi di lokasi, padahal sudah sejak pagi
diberitahu.
- Pukul 12.00 WIB
Puluhan petugas polisi datang ke lokasi dan memberikan pertolongan kepada
sejumlah warga Syiah yang terluka. Akan tetapi jumlah polisi sangat tidak
memadai untuk mencegah dan melarang massa
melakukan pembakaran rumah-rumah warga Syiah.
Jumlah rumah yang dibakar berjumlah setidaknya 60 unit bangunan dari sekitar 35
rumah milik warga Syiah. Aparat kepolisian tidak berdaya mencegah hal ini
terjadi.
- Pukul 18.30 WIB
Sejumlah warga Syiah dievakuasi oleh pihak kepolisian di Gedung Olah Raga
Sampang. Sedang ratusan warga Syiah yang lain berlari bersembunyi ke hutan dan
persawahan yang berada di sekitar rumah mereka.
Total korban yang telah dievakuasi adalah 155 orang, dan masih ada sekitar
300-400-an orang korban yang belum dievakuasi. 1 Orang tewas Muhammad Khosim
(50) dan 1 luka berat, Tohir (45), sempat dikabarkan meninggal tapi masih
menjalani perawatan di RSUD Sampang.
Rusuh Sampang Versi POLRI
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Hilman Thayib, memastikan korban akibat kerusuhan Sampang berjumlah satu orang. "Yang benar hanya satu orang yang meninggal bukan dua," kata Hilman, malam tadi 26 Agustus 2012.
Kerusuhan, ujar Hilman, terjadi sekitar pukul 09.45 ketika sebanyak 20 anak warga Syiah dari Karang Gayam dan Bluuran, Kecamatan Omben, Sampang berniat kembali mondok di beberapa pesantren di luar Sampang. Di tengah perjalan dengan mencarter sebuah mini bus, tiba-tiba dihadang 30 sepeda motor dari warga Suni.
Sebanyak 20 anak warga Syiah ini lantas dipaksa pulang kembali ke rumah mereka dan dilarang untuk belajar ke pesantren Syiah yang ada di luar Sampang. "Saat itu terjadi keributan dan perkelahian hingga menimbulkan satu korban meninggal bernama Hamama,".
Pertikaian ini lantas meluas hingga menyebabkan beberapa korban terluka diantaranya Saiful, 28 tahun, yang terluka terkena bom ikan atau biasa disebut bondet. Selain itu juga, Samsul, 18 tahun, yang terluka dan patah kaki.
Warga lainya yang terluka adalah Syaifuddin, 20 tahun, yang luka lecet pada tangan kiri dan hidung; Hasyim, 21 tahun juga terluka pada paha kiri tertembus kelereng. Semua korban merupakan warga Karanggayam, Omben. "Ada juga korban kritis namanya Man Hoseh terluka bacok di punggung dan kini di rawat di RS Pamekasan," .
Selain warga, bentrokan ini juga mengakibatkan Kepala Polsek Omben, AKP Aris Dwi, 44 tahun terluka di dahi kiri terkena lemparan batu. Kerusuhan ini, setidaknya juga menyebabkan sembilan rumah warga di Dusun Gading Laok, Desa Bluuran, hangus terbakar.
Kesembilan rumah yang terbakar adalah milik, Mahrus, Matrai, Amsiyah, Sipul, Busidin, Dulhadi, Makruf, Bujedin, serta Mun. "Saat ini tim dari polres sampang dibantu Brimob masih menyusuri TKP," .
Untuk mengamankan lokasi, polisi juga dibantu oleh 2 satuan setingkat kompi dari Yon 500 rider serta personel dari komando distrik militer Sampang. Seluruh warga syiah saat ini juga sudah diungsikan di GOR Sampang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) seluruh Madura dan juga MUI
Jawa Timur (Jatim) sebetulnya telah menginformasikan faham Muluk yang dianggap
sesat pada MUI Pusat maupun pemerintah. Namun sekali lagi, pemerintah tidak
tegas untuk menuntaskan akar permasalahan di Sampang ini. Mayoritas tokoh lebih
suka berkoar-koar tentang hal yang sebetulnya tidak substansi.
Mereka pasti tidak tahu, jika Muluk dan kelompoknya berbeda
Rukun Islam-nya. Jika selama ini umat Islam mempercayai dan mengimani Rukun
Islam yang ada lima
perkara :
1. Membaca dua kalimat syahadat;
2. Sholat 5 waktu;
3. Mengeluarkan
zakat;
4. Puasa di bulan Ramadhan;
5. Pergi haji jika mampu
Muluk
memiliki Rukun Islam ada delapan perkara, yakni:
1. Shalat (tidak menggunakan shahadat);
2. Puasa;
3. Zakat;
4. Khumus (fee 20% untuk biaya Jihad fisabilillah);
5. Haji (tidak wajib ke Makkah, cukup ke Karbala atau Kuburan
Husein di Irak;
6. Amar Ma’ruf Nahi Munkar;
7. Jihad fisabilillah (jihad jiwa raga);
8. Al-Wilayah (bertaat kepada Imam dan Bara/ lepas
tangan terhadap musuh-musuh imam).
Musuh-musuh Imam yang dimaksud di poin 8 di Rukun Islam
tersebut di atas adalah para sahabat Rasulullah SAW, seperti Abu Bakar ra.,
Umar bin Khattab ra., Utsman bin Affan ra., Siti Aisyah ra.
Bahkan, dalam
ritual ibadah mereka, misalkan sholat, melaknat musuh-musuh Ali ra. yang
disebutkan itu.
Untuk perkara sholat, Muluk dan kelompoknya hanya melakukan
tiga waktu, yaitu :
- Dzuhur digabung dengan Ashar (dilakukan 1 kali saja);
- Magrib
digabung dengan Isya’ (dilakukan 1 kali); dan
- Subuh merupakan bonus (tidak
perlu dilakukan).
Menurut catatan laporan masyarakat yang diterima Kejaksaan
Negeri Sampang (21 Desember 2011) yang penulis kutip dari buku Syiah di
Sampang (Akhmad Rofii Damyanti, MIUMI Pers, 2011), pada saat sholat tidak
ada bacaan fardhu. Lalu sesudah salam , ada takbir 3 kali, yang inti takbir
tersebut adalah melaknat ketiga sahabat Rasulullah SAW (Abu Bakar, Umar, dan
Utsman) yang mereka anggap kafir.
Shalat tarawih pun dalam ajaran Muluk juga diharamkan.
Begitu pula sholat Dhuha dan puasa Asyura dianggap haram.
Lalu sholat
janazah tidak perlu berwudhu dan mengucapkan salam.
Adzan yang dikumandangkan juga berbeda dengan adzan-adzan
lazimnya yang pernah kita dengar. Adzan versi Muluk dan kelompoknya
ditambah dengan Asyhadu anna aliyan wali Allah dan Asyhadu anna Aliyan
hujjatullah. Iqomah-nya pun berbeda, yakni dengan ditambah asyadu anna
‘aliyan waliyallah dan hayya ‘ala khairil ‘amal.
Untuk wudhu, Muluk dan para pengikutnya hanya menggunakan
air sedikit, 1 gelas cukup, yakni dengan cara mengusap. Wudhu yang benar,
menurut mereka, membasuhnya hanya dua, yakni muka dan tangan. Sedangkan yang
lainnya hanya diusap. Kalau tidak melakukan tata cara wudhu seperti itu, maka
dianggap wudhunya batal.
“ Saya tidak terima, saya merasa dizalimi. Ini benar-benar
pembunuhan karakter. Syiah sudah diterima secara mendunia,kenapa di Sampang
bisa seperti ini?”
Pernyataan Tajul Muluk itu, dari hasil
interview Media Indonesia dengan tokoh Syiah Karanggayam pada Rabu,
29 Agustus 2012 kemarin . Dari pernyataannya itu, nampak sekali pria yang saat
ini mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Sampang, Madura ini tidak
merasa salah. Kesepuluh poin yang diajarkan pada para pengikutnya, dianggap
tidak sesat, tentu sulit untuk menjamin kerusuhan Sampang tidak akan terulang
lagi jika Muluk masih konsisten dengan ajarannya yang sesat itu. Selama Muluk
masih mengajarkan ajaran yang meresahkan masyarakat dan tidak ingkar janji,
yakin tidak akan ada peristiwa pembakaran maupun pembunuhan. Sayang, selama
mendekam di Rutan, para pengikut Muluk tetap menyebarkan faham Imamiyah Itsna
Asyariyyah.
(berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar