03 September 2012

SKETSA BARU TEROR SOLO



Setelah kota Surakarta atau Solo digegerkan dengan rentetan peristiwa penembakan yang terjadi dua bulan terakhir ini, polisi mengklaim tindakan tersebut murni kasus terorisme. Namun, menurut IPW (Indonesia Police Watch) terdapat beberapa kejanggalan dalam peristiwa tersebut. Apa saja?



Keganjilan pertama disebabkan oleh adanya perbedaan penyataan tentang senjata yang dipakai si penembak. Kapolresta Solo Kombes Asdjima’in sebelumnya menyebutkan bahwa senjata yang digunakan untuk menembak polisi di Pospam Lebaran berjenis FN kaliber 99 mm padahal setelah diselidiki senjata tersebut adalah sebuah Bareta dengan tulisan Property Philippines National Police. Oleh karena itu, timbul dugaan bahwa orang yang ditembak Jumat Malam kemarin bukan sebagai pelaku mutlak terorisme yang sebenarnya karena bisa jadi ada pihak lain yang berperan sebagai pelaku utama.

Keganjilan kedua, menurut Neta, anggota Densus 88 yang tewas tertembak, Bripda Suherman membuktikan bahwa anggota Densus tidak bertindak sesuai standar yang berlaku yang seharusnya mewajibkan mereka untuk memakai rompi anti peluru sesuai dengan Standard Operating Procedure.  Hal ini membuat sangsi penyataan bahwa tanggal 31 Agustus malam tersebut terjadi operasi Densus di kota Solo.

Keganjilan ketiga mengarah kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang seolah-olah membangun pencitraan baik tentang pemerintahannya di tengah kisruh penembakan di kota Solo. SBY memerintahkan Kapolri Jenderal Timur Pradopo untuk meninjau lokasi kejadian beberapa jam setelah terjadi penembakan Jumat malam lalu yang sangat berbeda dengan tindakan acuh SBY saat terjadi tiga peristiwa penembakan lain di pos pengamanan lebaran sebelumnya.

Walaupun Densus 88 telah menyatakan kasus rentetan penembakan polisi di kota Solo tersebut telah selesai, namun kasus terorisme lain terhadap polisi tetap menjadi ancaman besar karena sebagian besar masyarakat telah jengah terhadap perilaku buruk polisi yang arogan, anarkis dan terkesan tidak melindungi masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan peristiwa pengeroyokan 11 polisi oleh masyarakat sipil sepanjang tahun 2012 ini. Oleh karena itu Neta menghimbau Kapolri dan jajarannya untuk menindak tegas petugas yang tidak memenuhi standar sikap polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat.

POLISI UNGKAP IDENTITAS PELAKU
Polisi memastikan pelaku rangkaian penembakan di Solo, Jawa Tengah, adalah Farhan dan Mukhsin. Keduanya ditembak personel Densus 88 Mabes Polri dalam baku tembak di kawasan Tipes, Solo pada Jumat (31/8) malam.
Menurut Kapolri Jenderal Timur Pradopo disela-sela kunjungannya di Solo, kedua tersangka yang tewas ditembak Densus 88 itu adalah remaja yang sama-sama berusia 19 tahun. Dari tangan terduga teroris juga disita senjata api bernomor register Filipina dan puluhan butir peluru dengan tiga magazin.

"Dari hasil pemeriksaan, dua tersangka yang meninggal dan satu tersangka yang masih hidup berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan bersangkutan adalah menyelundupkan berbagai jenis senjata api berikut amunisi dari wilayah Filipina," kata Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Sabtu (1/9) saat jumpa pers di Mapolresta Surakarta.

Hampir bersamaan dengan penyergapan terhadap tersangka Farhan dan Mukhsin, polisi juga menangkap satu tersangka lainnya bernama Bayu. Penangkapan dilakukan di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, yang terletak tak jauh dari Kota Solo.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo berkunjung di Solo untuk memantau penanganan kasus penembakan terhadap anak buahnya.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anang Iskandar menegaskan, ketiga terduga tersangka teroris di Solo, Jawa Tengah, merupakan kaki tangan kelompok Abu Omar. Polisi telah menangkap Abu Omar beberapa bulan lalu.

Terduga tersangka teroris tersebut adalah Farhan dan Mukshin, yang tewas dalam baku tembak dengan Densus 88 di Solo. Sedangkan satu terduga teroris lainnya adalah Bayu, yang ditangkap di kediamannya di Karanganyar.

AUTOPSI JENAZAH TERORIS SOLO
Dua jenazah pelaku aksi teror yang tewas ditembak anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 di Solo pada Jumat (31/8/2012) lalu, hingga kini masih dalam pemeriksaan otopsi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Otopsi dilakukan dengan melibatkan sedikitnya delapan orang dokter yang terdiri dari dokter forensik, DNA, Odontologi dan Inafis.



Hal itu dijelaskan oleh Kepala RS Polri Kramatjati, Brigjen Pol. Agus Prayitno yang mengatakan bahwa proses otopsi sudah mulai dilakukan sejak Sabtu (1/9/2012) malam. "Otopsi melibatkan delapan dokter. Setelah proses otopsi selesai, data post mortemnya akan langsung diserahkan ke Densus 88 untuk selanjutnya dicari lagi data ante mortem," tukasnya, Minggu (2/9/2012).
Menurutnya data post mortem merupakan data jenazah pasca kematian, sedangkan ante mortem adalah data yang menunjukkan ciri-ciri jenazah semasa hidup atau sebelum kematian. Namun dirinya mengaku tidak bisa menjelaskan semua keterangan lebih rinci terkait kedua jenazah tersebut.
Sebelumnya, dua terduga teroris itu tewas tertembak oleh anggota Densus 88 pada Jumat (31/8/2012) di Kota Solo dan jenazahnya tiba di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur pada Sabtu (1/9/2012) siang dengan pengawalan aparat kepolisian.
(rangkuman berita)


FOTO-FOTO TEROR SOLO

 Lokasi Penembakan Anggota Polisi Singosaren Solo


Lokasi penggranatan Pospam Lebaran


 Jenazah tersangka teroris tiba di RS POLRI Kramat Jati


 Bripka Dwi Data Subekti


 Briptu anumerta Suherman

 Pemakaman anggota Densus 88 yang gugur pada penyergapan teroris


Jenazah Farhan dan Mukhsin TSK teroris Solo










Tidak ada komentar:

Posting Komentar