Denyut nadi baru, seolah mendapat hidup yang berlisensi....
Meski aku legal......
Meski aku bukan anak jadah dari keturunan apapun penyebutannya....
Aku sah pemilik juga negeri ini....
Negara belang dengan ribuan negeri yang hijau ranau.....
Republik gamang yang menaklukkan hirarki monarki.....
Aku bukan belatung atau kepompong yang menandai setengah jadi....
Aku anak bangsa tanpa ras yang terbantahkan.....
Aku menjejak seolah hambal surga terpampang mendatar.....
Aku membungkuk dibalik jeruji gunung tinggi menjulang...
Aku bersila ditepi sungai-sungai dewa dan lautan maha kaya.....
Menyusuri ngarai...
Menjelajah lembah sabana...
Meruak hutan rimba....
Meniti karang....
Menuruni lembah....
Mendaki ujung-ujung tiang awan meski kabut merahasiakan.....
Dan saat ini aku diangka usia yang kesekian dalam puncak pengaguman.....
Tak harus jumawa...
Tak juga semakin melemah...
Aku masih punggung republik ini...
Bukan banci...
Bukan mucikari yang melelang negeri ini.....
Negeri elokku...
Negeri yang telah berkali-kali diperkosa.....
Diperawani oleh lanun-lanun durjana.....
Tapi akulah pemuda....
Maha karya anak negeri ini yang pernah juga menyanggah tiang republik ini....
Akulah sang hidup...
Pembuka suara lantang revolusi....
Pemilik kunci sang saka merah putih......
Penanda nisan " MERDEKA atau MATI "
(Rainnessance, djava dwipa mungkin sorga)
Meski aku legal......
Meski aku bukan anak jadah dari keturunan apapun penyebutannya....
Aku sah pemilik juga negeri ini....
Negara belang dengan ribuan negeri yang hijau ranau.....
Republik gamang yang menaklukkan hirarki monarki.....
Aku bukan belatung atau kepompong yang menandai setengah jadi....
Aku anak bangsa tanpa ras yang terbantahkan.....
Aku menjejak seolah hambal surga terpampang mendatar.....
Aku membungkuk dibalik jeruji gunung tinggi menjulang...
Aku bersila ditepi sungai-sungai dewa dan lautan maha kaya.....
Menyusuri ngarai...
Menjelajah lembah sabana...
Meruak hutan rimba....
Meniti karang....
Menuruni lembah....
Mendaki ujung-ujung tiang awan meski kabut merahasiakan.....
Dan saat ini aku diangka usia yang kesekian dalam puncak pengaguman.....
Tak harus jumawa...
Tak juga semakin melemah...
Aku masih punggung republik ini...
Bukan banci...
Bukan mucikari yang melelang negeri ini.....
Negeri elokku...
Negeri yang telah berkali-kali diperkosa.....
Diperawani oleh lanun-lanun durjana.....
Tapi akulah pemuda....
Maha karya anak negeri ini yang pernah juga menyanggah tiang republik ini....
Akulah sang hidup...
Pembuka suara lantang revolusi....
Pemilik kunci sang saka merah putih......
Penanda nisan " MERDEKA atau MATI "
(Rainnessance, djava dwipa mungkin sorga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar