Sudahlah nak, ayahmu sedang galau saat ini...
Seorang presiden tentu sangatlah dalam memikirkan nasib rakyatnya...
Ayahmu bermalam-malam tak lena...
Terpekur,kadang sesenggukan...
Entahlah, ibu juga merasa tak bisa apa-apa....
Sempat terpikir, bahwa negeri ini memang bukan warisan...
Negara ini terlalu besar untuk sekecil kemampuan ibu....
Bilapun dikatakan, ayahmu tak akan lebih kurang sama menilainya....
Para punggawa rasanya terlalu sederhana memiliki tanggung jawab menjaga tegaknya republik ini....
Ibu pasrah bila harus kembali menjadi rakyat jelata sekalipun....
Ibu hanya cukup punya kekuatan untuk keluarga ini, bukan negara ini nak...
Ibu juga miliki jiwa ibu-ibu dinegeri ini...
Yang ingin keluarganya tumbuh tanpa beban berlebih diluar kemampuan.....
Mengeluh rasanya lebih sering ibu lakukan...
Rasanya begitu kesepian di republik ini....
Cobalah lihat hidup kita sekarang....
Cukup nyamankah bersama diruang keluarga ??
Tiada santai didepan teve....
Bagaimana tidak, berita disini begitu nampak emosi....
Cukup dekatkah kita sehari-hari...??
Ibu faham tentang pengorbanan......
Tapi yang ibu lebih mengerti adalah kemampuan batin ini....
Ibu tak pernah lahir diruang kesatrian....
Ibu tak digodok dikawah candradimuka.....
Ibu hanya mampu mengurus ayahmu...
Mengurus segala keperluan rumah ini, juga besarkanmu nak...
Pahamilah, ayahmu sedang berusaha tenang untuk pulang kepada kita nak...
Ibu yakin, ayahmu hanya butuh waktu untuk tak gegabah....
Ibu nyaris tak pernah lagi mendengar rayuan ayahmu....
Ibu kehilangan separuh jiwa ayahmu....
Tapi sungguh, kepahaman ini telah berlipat akan arti pengorbanan...
Kitalah yang malang nak...
Kitalah yang pantas dikasihani....
Anakku,.....
Akan panjang keluh ibu....
Akan semakin ciut nyali ini...
Semakin kerdil rasanya hidup berlatar istana...
Ibu bisikkan padamu.....
Satrio piningit itu bukan ayahmu....
Bukan pula engkau nak.....
Dan bukan siapa-siapa di keluarga kita ini.....
(rainessance,opera FUN Emperia : 270312)
Seorang presiden tentu sangatlah dalam memikirkan nasib rakyatnya...
Ayahmu bermalam-malam tak lena...
Terpekur,kadang sesenggukan...
Entahlah, ibu juga merasa tak bisa apa-apa....
Sempat terpikir, bahwa negeri ini memang bukan warisan...
Negara ini terlalu besar untuk sekecil kemampuan ibu....
Bilapun dikatakan, ayahmu tak akan lebih kurang sama menilainya....
Para punggawa rasanya terlalu sederhana memiliki tanggung jawab menjaga tegaknya republik ini....
Ibu pasrah bila harus kembali menjadi rakyat jelata sekalipun....
Ibu hanya cukup punya kekuatan untuk keluarga ini, bukan negara ini nak...
Ibu juga miliki jiwa ibu-ibu dinegeri ini...
Yang ingin keluarganya tumbuh tanpa beban berlebih diluar kemampuan.....
Mengeluh rasanya lebih sering ibu lakukan...
Rasanya begitu kesepian di republik ini....
Cobalah lihat hidup kita sekarang....
Cukup nyamankah bersama diruang keluarga ??
Tiada santai didepan teve....
Bagaimana tidak, berita disini begitu nampak emosi....
Cukup dekatkah kita sehari-hari...??
Ibu faham tentang pengorbanan......
Tapi yang ibu lebih mengerti adalah kemampuan batin ini....
Ibu tak pernah lahir diruang kesatrian....
Ibu tak digodok dikawah candradimuka.....
Ibu hanya mampu mengurus ayahmu...
Mengurus segala keperluan rumah ini, juga besarkanmu nak...
Pahamilah, ayahmu sedang berusaha tenang untuk pulang kepada kita nak...
Ibu yakin, ayahmu hanya butuh waktu untuk tak gegabah....
Ibu nyaris tak pernah lagi mendengar rayuan ayahmu....
Ibu kehilangan separuh jiwa ayahmu....
Tapi sungguh, kepahaman ini telah berlipat akan arti pengorbanan...
Kitalah yang malang nak...
Kitalah yang pantas dikasihani....
Anakku,.....
Akan panjang keluh ibu....
Akan semakin ciut nyali ini...
Semakin kerdil rasanya hidup berlatar istana...
Ibu bisikkan padamu.....
Satrio piningit itu bukan ayahmu....
Bukan pula engkau nak.....
Dan bukan siapa-siapa di keluarga kita ini.....
(rainessance,opera FUN Emperia : 270312)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar